Sepenggal Sejarah Jembatan Cincin Sumedang dan Jalur KA di Indonesia

Unak Anik Jabar

Sepenggal Sejarah Jembatan Cincin Sumedang dan Jalur KA di Indonesia

Nur Azis - detikNews
Minggu, 26 Sep 2021 08:19 WIB
Jemabatan Cincin Sumedang
Foto: Jemabatan Cincin Sumedang (Nur Azis/detikcom).
Sumedang -

Jembatan Cincin menjadi salah satu kekayaan heritage bagi Kabupaten Sumedang. Jembatan yang dibangun pada masa Hindia-Belanda tersebut masih berdiri kokoh hingga kini.

Dikutip dari berbagai sumber, jembatan yang berada di Cisaladah, Cikuda, Kecamatan Jatinangor ini dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS) atau Perusahaan Kereta Api Negara pada tahun 1917/1918. Rencananya, jembatan itu untuk jalur kereta api yang menghubungkan Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari-Citali.

Selain sebagai angkutan orang, jembatan untuk jalur kereta api itu utamanya untuk mengangkut hasil perkebunan di kawasan Jatinangor yang kala itu jadi penghasil teh dan karet. Namun sayang, pembangunannya terhenti akibat persoalan keuangan di Pemerintahan Hindia-Belanda ditambah kedatangan Jepang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu Pegiat Literasi, Atep Kurnia mengatakan Jembatan Cincin merupakan bagian dari rencana pembangunan jalur kereta api dari Rancaekek hingga ke Sumedang. Namum, rencana itu gagal lantaran adanya krisis keuangan di Pemerintahan Hindia-Belanda.

ADVERTISEMENT
Jemabatan Cincin SumedangFoto-foto klasik: bersumber dari Buku, Boekoe Peringatan dari Staatsspooren Tramwegen di Hindia-Belanda 1875 - 1925 karya S. A. Reitsma (1924)

"Pembangunan jalur simpangan ke Tanjungsari, sebenarnya diniatkan hingga Sumedang tetapi karena terkendala keuangan jadinya berhenti di Tanjungsari," ungkap Atep saat dihubungi detikcom, beberapa hari lalu.

Atep melanjutkan, jalur kereta api Rancaekek-Sumedang dan Bandung-Ciwidey merupakan jalur kereta api yang sudah direncanakan sejak lama pada masa itu.

"Sejak akhir abad ke-19 sudah banyak pihak swasta yang mengajukan konsesinya tetapi selalu ditolak pemerintah (Hindia-Belanda)," terang Atep sambil menyebutkan bahwa jalur kereta api Rancaekek-Sumedang dibangun dengan tujuan untuk kepentingan ekonomi dan militer Pemerintah Hindia-Belanda.

Dalam buku 'Boekoe Peringatan dari Staatsspooren Tramwegen di Hindia-Belanda 1875-1925' karya S.A. Reitsma (1924) yang disadur ulang ke dalam versi pendek berbahasa melayu rendah oleh R. M. Haria W. Soemarta, SS telah berhasil membangun sejumlah jalur kereta api di pulau Jawa dan Sumatera. Bahkan, warisannya masih bisa dirasakan hingga kini.

Sebelum SS, sebetulnya sudah ada perusahaan swasta yang lebih dulu membangun jalur kereta api Semarang-Solo-Jogja yang rampung pada 21 Mei 1873, serta Betawi-Bogor, yakni Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) atau Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda.

Namun perusahaan tersebut tidak dapat mengembangkan jalur-jalur lainnya akibat keterbatasan modal. Faktor alam di pulau Jawa yang cukup menantang telah menguras para investor dimana keuntungan yang didapat tidak sepadan dengan modal yang dikeluarkan.

SS sendiri memulai proyek pembangunan jalur kereta api pertamanya dengan membuka jalur Surabaya-Pasuruan dan Malang pada 6 April 1875. Pembangunan yang menelan budget 10 juta gulden itu dipimpin oleh pensiunan kolonel zeni KNIL, yakni Inspektur Jenderal David Maarschalk - Patung marmer untuk mengenang jasanya berada di stasiun kereta api Bogor ?

Jalur tersebut sukses dikerjakan untuk kemudian diresmikan langsung oleh Gubernur Jenderal Hindia-Belanda kala itu, Mr. J. W. van Lansberge pada 16 Mei 1878. Selain jalur Surabaya-Pasuruan- Malang, Maarschalk dan para pekerjanya juga membangun sejumlah jalur kereta api diantaranya Bogor-Cianjur-Bandung dan Cicalengka. Kemudian Sidoardjo-Modjokerto-Kertosono-Blitar.

Jemabatan Cincin SumedangFoto-foto klasik: bersumber dari Buku, Boekoe Peringatan dari Staatsspooren Tramwegen di Hindia-Belanda 1875 - 1925 karya S. A. Reitsma (1924)

Dari Kertosono disambung ke Madiun-Solo. Jalur lainnya, Cicalengka-Cilacap dan jalur Bangil-Pasuruan ke Probolinggo. Dalam membangun seluruh jalur kereta api tersebut, Maarschalk sukses menyelesaikan hanya dalam kurun waktu 5 tahun.

Pada tahun 1880, Maarschalk melepas jabatannya dan digantikan oleh Derx yang tidak lain adalah tangan kanannya. Di masa Derx ada sejumlah jalur kereta yang dibangun, diantaranya jalur Pasuruan-Probolinggo, jalur Surabaya-Kalimas, jalur Betawi-Tanjung Priok, jalur Jogja-Cilacap.

Derx juga menyelesaikan pembangunan jalur Kertosono- Madioen-Solo hingga tersambung dengan jalur milik NIS pada 24 Mei 1884. Kemudian pada 1 November 1894, Derx juga dapat menyelesaikan jalur Cilacap-Cicalengka. Sehingga jalur kereta api tersambung terus dari mulai Tanjung Priok hingga ke Surabaya.Sehingga, orang yang dari Tanjung Priok bisa memanfaatkan moda transportasi ini sampai ke Surabaya.

Singkatnya, jalur kereta api telah berkembang pesat di pulau Jawa pada tahun 1901. Jalur timur Jawa telah dibangun sepanjang 812 kilometer dan jalur Barat sepanjang 812 kilometer. Jumlah tersebut, hampir dua kali lipat jika dibanding tahun sebelumnya atau tahun 1894 dimana jalur timur hanya sepanjang 485 kilometer dan jalur Barat sepanjang 604 kilometer.

Pada tahun 1913 menjadi tahun penting bagi kemajuan SS setelah jalur Bogor-Betawi berhasil dibeli dari NIS seharga 8 juta gulden. Sehingga jalur barat semuanya menjadi milik SS. Belum lagi Jalur lain yang berhasil dibangun setelahnya, seperti jalur Garut-Cikajang, jalur Bandung-Banjaran-Pangalengan, Banjar-Parigi-Cijulang dan jalur kereta api lainnya. Selain di Pulau Jawa, SS juga berhasil membangun sejumlah jalur kereta api di Sumatera.

Secara struktur perusahaan, SS yang berkantor pusat di Bandung, awalnya dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal, yakni Kolonel David Maarschalk yang untuk kemudian diganti oleh Derx. Pada masa kepemimpinan Derx, SS berada di bawah Departemen Pekerjaan Umum Sipil, di bawah pengawasan langsung Direktur Burgelijke Openbare Werken (BOW) atau Institusi Penyelenggara jalan baik jalur Timur ataupun Barat. Tugas dari Inspektur Jenderal yang menjadi Kepala Inspektur, hanya sebagai penasehat saja.

Jemabatan Cincin SumedangFoto-foto klasik: bersumber dari Buku, Boekoe Peringatan dari Staatsspooren Tramwegen di Hindia-Belanda 1875 - 1925 karya S. A. Reitsma (1924)

Perubahan terjadi pada 1906, dimana SS tidak lagi berada di bawah pengawasan Departemen Pekerjaan Umum namun Departemen terpisah yang dipimpin langsung Kepala Inspektur, yakni H. P. van Stipriaan Luiscius. Kemudian pada 1913, Luiscius digantikan oleh Damme.

Di bawah kepemimpinannya, Kepala Inspektur membawahi beberapa kepala bagian diantaranya kepala layanan administratif, kepala layanan jalan dan pekerjaan umum serta kepala layanan lainnya. Kepemimpinan selalu berubah seiring dengan perubahan kebijakan hingga datangnya masa pendudukan Jepang.

Jumlah pegawai SS diawal-awal berdiri sangat sedikit. Namun pada 6 April 1925, Jumlah pekerjanya kurang lebih telah mencapai 40 ribu orang. Kendati demikian, pergolakanditubuh perusahaan kerap terjadi. Seperti pada Mei 1923 pernah terjadi pemogokan kerja dari para pribumi akibat adanya peraturan-peraturan baru yang merugikan.

Simak juga 'Melihat Patung Ikonik Daendels dan Pangeran Kornel di Sumedang':

[Gambas:Video 20detik]



Mogok Massal Pertama di Perusahaan Kereta Api, Dirk Fock Vs Semaun

Pergantian Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari Van Linburg Stirum kepada Dirk Fock (1921) membawa perubahan kebijakan yang sangat signifikan dalam berbagai sektor. Salah satunya pada perusahaan kereta api milik negara.

Takashi Shiraishi dalam buku Zaman Bergerak-Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926 (Grafiti,2005), kebijakan yang dikeluarkan Dirk Fork salah satunya rasionalisasi pada perusahaan kereta api 1 Januari 1923. Akibat kebijakan itu, banyak dari pegawai pribumi yang terkena PHK, pemotongan upah, pemotongan tunjangan hidup dan tunjangan-tunjangan lainnya.

Hal itu mengundang reaksi dari seorang pemuda mantan pegawai SS, bernama Semaun. Sebagai tokoh propagandis serikat buruh kereta api, Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP), Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Sarekat Islam (SI) Cabang Semarang.

Pecahnya pada April 1923, Kebijakan Dirk Fork dilawan oleh Semaun dengan ancaman akan melakukan aksi mogok massal. Rencana aksi tersebut ia sebarkan melalui selebaran ke seluruh cabang VSTP di daerah lainnya.

Namun, ancaman tersebut bagi Dirk Fork malah dijadikan celah untuk memberangus VSTP sebagai penghalang bisnis bagi pemerintah Hindia Belanda. Terbukti, pada Mei 1923, Semaun ditangkap dan aksi mogok massal pun terjadi untuk pertama kalinya pada perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia-Belanda.

Tercatat lebih dari 10.000 buruh di Semarang, Surabaya, Madiun, Cirebon, Jogjakarta, Pekalongan dan Tegal melakukan aksi mogok massal. Aksi ribuan buruh ini disambut oleh Dirk Fork dengan pemecatan dan penindakan yang lebih represif.

Salah satunya dengan dikeluarkannya hukum kriminal pasal 161bis bagi para pekerja dan siapa saja yang melakukan hasutan mogok kerja (Pasal ini kini ditiadakan berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1946, Pasal VIII, butir 34).

Pada saat itu banyak dari pemimpin VSTP yang ditangkap. Hingga pada 22 Mei 1923, aksi mogok kerja pun berhenti. Sikap represif dari Gubernur Jenderal yang baru tersebut telah sukses mengendalikan gerakan buruh yang terbilang cukup revolusioner kala itu. Dari anggotannya yang berjumlah 13 ribu menjadi seribu orang.

Semaun sebagai tokoh propagandis VSTP, akhirnya dibuang ke Belanda awal Agustus 1923 saat usianya baru 24 tahun. Belakangan diketahui, Semaun juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pertama Partai Komunis Indonesia (PKI). Itu berawal dari adanya pertentangan di dalam tubuh SI yang menolak adanya paham-paham komunisme pada kongres 1921.

Pembangunan jalur kereta api dengan beragam kisahnya memiliki tujuan utama sebagai moda transportasi untuk mengeruk hasil bumi yang ada di pulau Jawa. Itu kenapa jalur kereta api harus segera dibangun, agar kapal-kapal laut yang telah lama bersandar di pelabuhan dapat dengan segera membawa kekayaan alamnya hingga sampai ke Negeri Belanda sana.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads