Bagi sebagian besar masyarakat Kota Banjar, keberadaan sebuah menara atau tugu yang terletak di bagian belakang pasar Banjar, boleh jadi sudah tak asing lagi. Namun demikian tak sedikit orang yang berbelanja ke pasar Banjar bertanya-tanya mengenai tugu setinggi lebih dari 5 meter itu.
Tugu beton berbentuk mirip mercusuar itu hadir tanpa ada informasi sedikit pun. Posisinya berada di dekat tempat pembuangan sampah sementara. Bahkan gerobak-gerobak sampah disimpan di bagian bawah tugu tersebut. Tugu di pasar Banjar itu pun terlihat setengah jadi. Tanpa cat, hanya plesteran semen saja.
"Itu tugu pompa air, bekas kereta api jaman dulu," kata Ahmad, salah seorang pedagang pasar Banjar, Kamis (23/9/2021). Dia menjelaskan persis di tugu itu dulunya terdapat sumber air. Semacam sumur bor. "Di belakang pompa itu dulunya kolam penampungan air, untuk "minum" kereta," kata Ahmad.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan puluhan tahun lalu atau era tahun 80-an ke belakang, kereta api yang melewati stasiun kereta api Banjar merupakan kereta api bertenaga uap. Pompa dan penampungan air ini menjadi tempat kereta api mengisi air.
"Dulu rel itu sampai ke sini (pasar). Jadi lokomotif kereta tenaga uap yang tiba di stasiun Banjar, masuk dulu ke sini untuk mengisi air. Sekali mengisi satu bak penampungan bisa habis," kata Ahmad yang mengaku sejak 1969 mulai tinggal di sekitar stasiun Banjar.
Pompa air yang digunakan menurut Ahmad sudah menggunakan mesin, walaupun saat itu penggunaan mesin penyedot air belum populer di kalangan masyarakat. "Seingat saya pake mesin pompa yang besar, bukan pompa biasa. Nah kereta ke Pangandaran, Si Kuik itu yang paling sering mengisi air di sini," kata Ahmad.
Si Kuik adalah sebutan masyarakat Banjar untuk lokomotif kereta uap yang ukurannya agak kecil dibanding yang lain. Si Kuik ini menjadi lokomotif kereta trayek Banjar - Pangandaran. Penyebutan nama si Kuik merujuk kepada suara klasonnya. "Iya kan ada si Kuik, itu lokomotif yang ke Pangandaran. Ada lagi si Kuong, itu lokomotif besar tujuan ke Bandung," kata Ahmad.
Dia mengaku mengapresiasi langkah Pemkot Banjar yang membangun tugu air sebagai penanda jejak sejarah perkeretaapian di Kota Banjar. Namun dia menyayangkan pembangunannya terkesan setengah hati. "Ini dibangunnya sudah lama, sudah lebih 5 tahun sepertinya. Tapi dibiarkan saja begitu. Tak ada plang bahkan tak di cat. Posisinya dekat tempat sampah lagi, makin tidak jelas. Seperti setengah hati menbangunnya," kata Ahmad.
(mud/mud)