Komda KIPI Jawa Barat memastikan tidak ada faktor kelalaian atau human error dari petugas pemeriksa kesehatan hingga penyuntik vaksin COVID-19 di balik kematian siswa SMK di Kabupaten Ciamis. Semua proses vaksinasi telah sesuai prosedur kesehatan.
"Tidak ada human error, jadi orang mau diimunisasi kan susah. Jadi dia sehat-sehatin, dua minggu sebelumnya sakit dan ini agak lumayan jadi saya enggak bisa cerita penyakit lain. Jadi ada komorbid dia tidak jujur dan dikuat-kuatin, ini (almarhum) anak pandai sebetulnya diimunisasi agar ingin bersekolah," ujar Ketua Komda KIPI Jabar Kusnandi Rusmil saat dihubungi, Rabu (22/9/2021).
Sebelumnya C, siswa kelas XI SMK swasta di Kabupaten Ciamis, meninggal setelah sehari divaksinasi COVID-19. Kronologinya, remaja lelaki tersebut menjalani vaksinasi di SMAN 1 Sindangkasih pada Rabu (1/9) pagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, pada sore harinya, ia mengeluh lelah dan sempat meminta makan daging ayam. Orang tua sempat melihat Cahyono mengalami kejang pada Kamis (2/9) subuh. Kemudian keluarga menghubungi dokter. Saat dokter tiba ke rumahnya, siswa tersebut sudah meninggal dunia.
Berkaca dari kasus ini, Kusnandi mengimbau agar warga yang memasuki klasifikasi boleh vaksin tak melepaskan kesempatan untuk divaksinasi. Namun, ia menekankan saat datang ke sentra vaksinasi pastikan kondisi tubuh penerima vaksin dalam keadaan yang betul-betul sehat.
"Secepatnya divaksin, usahakan dalam keadaan sebaik-baiknya waktu divaksin dengan istirahat cukup, makan cukup, dalam keadaan sehat," ujar Kusnandi.
Hingga 22 September 2021, laman Kementerian Kesehatan RI melaporkan terdapat 14,01 juta warga Jabar yang telah menerima vaksin COVID-19 dosis pertama. Sedangkan penerima dosis vaksin kedua sebanyak 7,13 juta orang. Seperti diketahui, sasaran vaksinasi di Jabar mencapai 37,9 juta orang.
(yum/mso)