Dalam sepekan ini, sejumlah kabar menghebohkan Jawa Barat dan Banten. Mulai dari ibu tak bisa tidur hingga mural kritik pemerintah diberangus.
Berikut Jabar-Banten Sepekan :
Istri Cekik Suami Gegara Dipaksa ML
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
HI (56) mencekik mati suaminya, Asni (55), di rumahnya, kawasan Kasemen, Kota Serang, Banten. Perempuan tersebut menyesali perbuatannya.
Kasus pembunuhan ini diawali pertengkaran yang dipicu Asni memaksa istri berhubungan badan. Suami geram lantaran HI menolak.
"Korban suami saya sendiri. Dia ngajak begituan, nggak sabaran. Mungkin nggak halal, nggak sah namanya delapan tahun nggak bareng. Yuk kata saya laporan dulu sama kiai, mudah-mudahan meridai. Dia nggak mau, marah" kata HI di Mapolres Serang Kota, Rabu (1/9/2021).
Suami langsung menyeretnya. Asni murka dan menganiaya HI.
"Langsung nyeret-nyeret, ngejedor-jedorin (banting-banting) saya. Saya sakit. Tangan diseret," ujarnya.
Kejadian itu, kata dia, terjadi beberapa waktu. Di dalam rumah itu hanya mereka yang tinggal. Usai bertengkar, HI langsung mengunci diri di kamar. Ia juga tidak tahu bahwa suaminya meninggal.
"Sekarang saya menyesal. Kirain suami saya nggak meninggal. Tangan saya digigit, jontor lambe saya menyonyon (bibir jontor)," ujarnya.
HI mengaku mengalami luka. Tangannya terluka karena digigit korban. Saat itu, untuk melepas gigitan, HI mencekik korban.
Kapolres Serang Kota AKBP Maruli Hutape mengatakan bahwa HI merupakan tenaga kerja wanita (TKW). HI baru pulang setelah delapan tahun di Timur Tengah.
Dia kembali ke kampung halamannya sejak dua bulan. Karena masalah keluarga, suami-istri tersebut sering cekcok.
"Sebelum terjadi perbuatan itu, korban dan pelaku ada keributan. Pembicaraan soal kebutuhan sehari-hari, lahir dan batin. Pelaku sepertinya enggan. Tarik-menarik sehingga terjadi perbuatan tersebut," ujarnya.
Polisi menerapkan pasal kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana diatur dalam UU tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Ia dijerat Pasal 44 ayat 1 dan 3 jo Pasal 351 ayat 3 KUHP.
"Ancamannya hingga 15 tahun penjara," ujarMaruli.
Cucu (45), nampaknya sudah lupa bagaimana rasanya bisa tertidur nyenyak setiap malam maupun siang hari. Lalu bangun lagi dengan kondisi tubuh dan pikiran yang jernih. Hilang penat usai beraktivitas hari sebelumnya.
Warga Kampung Warung Jati, RT 02/10, Desa Ciptagumati, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat itu sudah bertahun-tahun tak bisa tidur. Namun tak pasti sejak tahun berapa, hanya saja sejak 2014 ia sudah mengalami masalah sulit tidur.
Dia berkisah awal mulai mengalami sulit tidur tatkala merasa gelisah setiap hendak tidur pada tahun 2014 lalu. Entah apa yang di pikirkannya, namun yang jelas ia mengaku sama sama sekali tak bisa tidur nyenyak tiap malam.
"Awalnya itu tahun 2014, ngerasa enggak bisa tidur. Kalau mau tidur itu gelisah, paling bisa tidur hanya dua jam atau tiga jam, terus bangun lagi. Tapi sekarang sudah enggak bisa tidur sama sekali," ungkap Cucu kepada detikcom, Selasa (31/8/2021).
Cucu mengaku tak tahu apa yang menyebabkannya bisa seperti ini. Padahal sebelum tahun 2014 atau saat usianya baru menginjak 38 tahun ketika belum mengalami kondisi tersebut, kehidupan Cucu berjalan normal.
"Enggak tahu kenapa, keluarga saya juga enggak ada yang seperti saya. Memang dulu sempat jatuh di bagian kepala, tapi sudah lama. Pokoknya waktu anak kedua saya masih kecil, saya juga lupa tahun berapa. Tapi pas jatuh itu ya normal aja setelahnya," ujar Cucu.
Cucu tak tahan dengan apa yang dirasakannya. Ia lantas memutuskan berobat ke RSUD Cikalongwetan sekitar tahun 2014 lalu, hingga dirinya diberikan obat tidur. Usai mengonsumsi obat tersebut, sedikit demi sedikit ia mulai kembali dapat merasakan kantuk dan tertidur.
"Setelah dikasih obat itu agak lumayan, jadi bisa lebih tenang sama bisa tidur. Tapi ya tetap enggak bisa lama tidurnya," terang Cucu.
Nampaknya tubuh Cucu menuntut lebih terhadap obat yang dikonsumsinya. Kian hari Cucu kian ketergantungan akan obat untuk membantunya menghilangkan cemas agar bisa tidur. Selama setahun penuh ia terus diberikan obat tersebut oleh rumah sakit. Hingga akhirnya ia berhenti mengkonsumsi obat tersebut setahun kemudian lantaran tak merasakan lagi khasiatnya.
"Karena semakin kesini obatnya engga mempan lagi. Jadi dosisnya ditambah. Setahun penuh sejak berobat itu dikasih obat tidur tapi malah badan saya jadi gerak-gerak sendiri di bagian kaki sama kepala. Karena kan itu obat keras," ucap Cucu.
Akibat kondisinya tersebut, kini Cucu hanya bisa terkulai di tempat tidur. Padahal sebelum mengalami efek samping mengonsumsi obat tersebut, Cucu berkisah bisa beraktivitas dengan normal kendati memang tak bisa tertidur.
"Kalau dulu mending, enggak bisa tidur juga aktivitas normal. Kalau malam, biasanya jam 1 malam itu saya jalan-jalan keliling kampung. Ke rumah kakak, orangtua, tetangga. Kalau sekarang enggak bisa. Mau jalan juga malah jadi miring badannya. Kalau duduk juga terus gerak-gerak, malah sakit," cerita Cucu sambil terisak.
Saat ini Cucu memilih tinggal di rumah anak pertamanya di Kampung Pasirhalang, RT 02/14, Desa Mandalamukti, Kecamatan Cikalongwetan, KBB. Hal itu dilakukan supaya ia bisa lebih dekat dengan keluarga besarnya. Terlebih ada dua anaknya yang beranjak dewasa yang terus memerhatikan dan mengurusnya.
Beruntung Cucu tak patah arang ingin bisa kembali sembuh dan kembali seperti sediakala. Ia mencoba berbagai pengobatan mulai dari modern hingga tradisional. Terakhir ia diantar keluarga dan kerabatnya berobat ke RS Santosa pada Juli 2021. Di sana Cucu dilakukan scanning pada bagian kepala.
Cerita mencengangkan terselip saat Cucu menjalani pengobatan di RS Santosa. Untuk melakukan scanning, ia harus menerima bius agar tertidur. Dua kali dibius, ternyata tak ada efeknya sama sekali. Memang tubuh Cucu bisa berhenti bergerak, namun matanya tetap tak bisa tertidur.
"Kemarin baru ke (RS) Santosa, discan kepalanya. Hasilnya belum keluar. Ia sempat dibius, tapi enggak mempan. Dokter juga sampai bingung kenapa bisa seperti ini. Katanya mereka juga baru dapat pasien seperti saya," jelas Cucu.
Cucu berharap ada pihak yang bisa membantunya mendapatkan kesembuhan. Ia tak mau terus membebani keluarga dengankondisinya yang seperti ini. "Yainginnya cepat sembuh, soalnya sedih kadang suka nangis. Badan juga sakit karena gerak-gerak sendiri," harap Cucu.
Mural Kritik Pemerintah di Jabar Diberangus
Coretan dinding berupa mural hingga grafiti bermunculan. Kritik terhadap pemerintah itu muncul di sejumlah tempat di Jawa Barat.
Di Bandung, coretan dinding bertuliskan 'Jadikan Koruptor Pahlawan Cara Firli Bahuri Berantas Korupsi' mejeng di Jembatan Viaduct, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung. Lokasinya terletak di dekat patung Tentara Pelajar.
Coretan yang ditujukan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Ketua KPK Firli Bahuri itu tak hanya satu, tetapi ada dua. Satu lagi, coretan itu mejeng di tiang Jembatan Viaduct atau di seberang coretan pertama, tulisannya 'KPK Sakit Koruptor Bangkit Cara Firli Bahuri Berantas Korupsi'.
Belum diketahui kapan pastinya coretan tersebut muncul. Namun, sejumlah warga yang kerap beraktivitas di sekitar Viaduct mengatakan gambar tersebut baru muncul beberapa hari ke belakang. Tepatnya, saat ramai berita penghapusan mural bergambar mirip Presiden Jokowi di Bandung.
"Saya biasa lewat sini setiap pulang kerja, kalau coretan ini saya baru lihat ya. Kayaknya baru-baru, enggak sampai seminggu," ujar Hendra salah seorang sopir angkot yang kerap melintas di Jalan Perintis Kemerdekaan.
Belakangan coretan ini dihapus oleh petugas. penghapusan coretan itu melibatkan aparat Satpol PP dari kecamatan dan kepolisian. Staf Trantib Kecamatan Sumur Bandung Nina Kurniasari mengatakan, penghapusan coretan tersebut karena mengandung unsur-unsur penghinaan.
"Dihapus karena tulisannya memang tidak bertanggung jawab, ada unsur-unsur penghinaan. Ya mungkin bukan penghinaan lebih ke menjelekkan, ya seperti itulah," ujar Nina saat ditemui di lokasi coretan.
Selain di Bandung, coretan dinding juga muncul di daerah lain seperti di Karawang, sejumlah mural muncul di pusat kota Karawang. Mural-mural ini berisikan gambar dan tulisan yang mengkritisi pemerintah.
Pantaun di kawasan pertokoan, Jalan Tuparev, Karawang, mural bergambar sosok lelaki bertopi dibuat di rolling door sebuah toko, dengan tulisan 'URUS RAKYATMU JANGAN URUS MURALKU'. Tidak jauh dari lokasi itu, hadir mural bergambar sosok berseragam SD dengan wajah putih dan kedua matanya ditutup garis merah bertuliskan '404 Not Found' serta 'KAPAN TATAP MUKA KAMI SUDAH TIDAK MAMPU MEMBELI KUOTA' menghiasi tembok pertokoan. Sisi tembok lainnya terdapat tulisan 'MURAL KAMI BERLIPAT GANDA'.
Di Kota Cimahi juga muncul. Namun, berbeda dengan di kota lain di Cimahi kritikan dibuat menggunakan kertas yang kemudian di tempel.
Selebaran dengan tulisan 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit' menutupi rambu lalulintas yang terdapat di Jalan Lurah, Kelurahan Karangmekar, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.
Pada selebaran berbahan dasar kertas HVS itu juga terpampang tulisan yang bunyinya 'melawan COVID-19 dan menolak dibodohi'. Namun ukuran tulisannya sangat kecil sehingga tak terbaca dengan jelas.
Berdasarkan pantauan detikcom pada Selasa (31/8/2021) selebaran tersebut ditempel di rambu lalulintas di sebelah kiri jalan. Sementara satu lagi ditempel pada papan promosi sebuah warung makan angkringan.
Sebelum itu, ada juga mural bergambar wajah mirip Presiden Jokowi tertutup masker di jembatan layang Pasupati. Belakangan mural itupun dihapus.