Jabar Hari Ini: Mural Mirip Jokowi-Dua Klan Kesultanan Cirebon Ricuh

Jabar Hari Ini: Mural Mirip Jokowi-Dua Klan Kesultanan Cirebon Ricuh

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 25 Agu 2021 20:42 WIB
Mural pria mirip Jokowi di Bandung
Foto: Mural pria mirip Jokowi di Bandung (Yudha Maulana/detikcom).
Bandung -

Mural sesosok pria dengan mata tertutup masker di Kota Bandung membuat heboh. Pasalnya, jika dilihat sekilas sosok pria yang tergambar di Jalan Prabu Dimuntur itu mirip dengan Presiden Jokowi.

Sementara itu, Wakil Bupati Bandung Hengky Kurniawan hadir di PN Bandung. Ia menjadi saksi atas kasus pengadaan bansos COVID-19. Sementara itu kisah dua bocah yang terlahir dempet di Garut menginspirasi, meski di tengah keterbatasan fisik keduanya punya cita-cita tinggi.

Apa saja yang terjadi Jabar Hari Ini? Berikut ulasannya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mural Mirip Jokowi

Kemunculan gambar pria mirip Jokowi dengan mata tertutup masker menghiasi dinding Kota Bandung, tepatnya di Jalan Prabu Dimuntur. Letaknya berada di sisi luar jembatan fly over Pasupati dan dapat dilihat dengan mudah oleh warga yang melintas.

ADVERTISEMENT

Dari pantauan detikcom, Rabu (25/8/2021) sesosok pria yang tergambar dalam mural tersebut berambut poni dan menggunakan baju kemeja berwarna putih. Terlihat sosok pria tersebut tengah berpose sambil memegang kening sebelah kanan.

Diperkirakan ukuran mural tersebut memiliki tinggi dua meter dengan lebar 2,5 meter. Mural tersebut berjejer dengan coretan grafiti lainnya.

Walau demikian, belum diketahui siapa pembuat mural tersebut, hanya ada tulisan 'Niskala' di kerah pria tersebut. Devi (38) warga yang kerap melintas di jalan tersebut memperkirakan mural tersebut sudah ada sejak satu bulan terakhir.

Kendati begitu, ia tidak tahu bagaimana proses pengerjaan mural tersebut. "Ya ada lah sekitar sebulanan kalau tidak salah, tapi kalau yang buatnya siapa dan kapan saya tidak tahu," ujar Devi saat berbincang dengan detikcom.

Dosen Komunikasi Visual Universitas Padjadjaran (Unpad) Teddy Kurnia menilai, secara historis dinding kerap dijadikan media ekspresi yang paling mudah dikonsumsi oleh publik. Bukan tak mungkin juga dinding digunakan untuk menyampaikan kritik sosial melalui gambar.

"Karena jalan itu jadi milik siapa pun, tergantung siapa yang bikin (isi pesannya) yang saya lihat mural itu sangat mungkin bertujuan untuk melakukan kritik sosial, hanya memang kalau lihat itu lebih ke street art, dan street itu lebih banyak kepada ungkapan kritis terhadap suatu fenomena," ujar Teddy saat berbincang dengan detikcom, Rabu (25/8/2021).

Menurut Teddy, cara setiap orang untuk mengungkapkan ekspresi atau opini berbeda-beda. Ada yang menyampaikan tulisan di koran, ucapan maupun visual.

"Ungkapan di dinding jalan itu memang ada dua, ada seni dan ada vandalisme, kalau vandalisme itu tujuannya tidak jelas, tapi kalau seniman jalanan punya tujuan tertentu entah kritik sosial atau meningkatkan image dia di portofolio," kata Teddy.

Sedianya, ujar Teddy, mural di dinding sebagai penyampai pesan telah digunakan sejak zaman purba. Ketika itu manusia gua kerap menggores batu untuk menggambarkan suatu keadaan. Masuk ke abad pertengahan, mural menjadi dekorasi bagi gereja atau gedung pemerintahan.

Pelukis Pablo Picasso pun pernah menyuarakan suara 'anti-perangnya' di Spanyol lewatmuralnya yang fenomenal 'Guernica'. "Di zaman kemerdekaan juga kita juga Merdeka atau Mati itu kan diekspresikan di dinding, karena mereka (zaman perjuangan kemerdekaan) tidak punya media yang lain," pungkas Teddy.

Simak video 'Aksi Saling Lempar Batu Terjadi di Keraton Kasepuhan Cirebon':

[Gambas:Video 20detik]



Kisruh Pelantikan Kesultanan Cirebon

Penolakan pelantikan perangkat Kesultanan Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, versi Sultan Sepuh Aloeda II Rahardjo Djali berbuntut ricuh. Aksi saling lempar batu antarkelompok pendukung sultan yang tengah berseteru terjadi di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon.

Pantauan detikcom, sebelum terjadi kericuhan saling lempar batu, kelompok dari pendukung Rahardjo berkumpul dan foto bersama di depan gapura Kutagara Wadasan, atau Lunjuk Keraton Kasepuhan. Usai mengambil foto bersama, massa pendukung Rahardjo ini berkumpul kembali di area Langgar Alit Keraton.

Tak lama setelah itu, massa pendukung Rahardjo merangsek kembali ke arah Lunjuk Keraton Kasepuhan. Massa ini mengaku mendapatkan serangan lemparan batu sehingga bereaksi. Belum diketahui dari kelompok mana yang menyerang massa pendukung Rahardjo.

Kejadian aksi saling lempar batu itu terjadi sekitar pukul 12.55 WIB, Rabu (25/8/2021). Pihak kepolisian berusaha meredam. Kejadian saling lempar batu ini berlangsung sekitar setengah jam. Hingga akhirnya petugas kepolisian berhasil meredam suasana. Hingga berita ini diterbitkan, petugas kepolisian belum memberikan keterangan resmi.

Sebelumnya, Bentrokan terjadi antara keluarga Sultan Sepuh XV Pangeran Raja Adipati (PRA) Luqman Zulkaedin dan Sultan Sepuh Aloeda II Raden Rahardjo Djali di Keraton Kasepuhan Cirebon.

Bentrokan antar keluarga itu terjadi saat acara pelantikan perangkat Keraton Kasepuhan Cirebon versi Rahardjo yang digelar di Bangsal Jinem Pangrawit. Tepat saat pembacaan naskah pelantikan, beberapa pengikut dan keluarga dari Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin mendatangi tempat pelantikan.

Suasana memanas saat kedua pengikut dan keluarga itu saling berhadapan. Perang argumen terjadi. Bahkan, sempat terjadi aksi saling dorong. Kejadian itu terjadi sekitar pukul 08.00 WIB, Rabu (25/8/2021). Ketegangan kedua pihak itu terjadi sekitar setengah jam lebih. Pihak keamanan berhasil meredam suasana.

Rahardjo juga menyikapi tentang kericuhan yang terjadi antar keluarga saat pelantikan perangkat kesultanan. Ia menilai kejadian kericuhan merupakan hal lumrah.

"Bagi kami hal biasa. Ada yang suka dan tidak suka. Kalau tidak suka mari selesaikan secara intelektual. Karena kita ini orang berpendidikan dan bermartabat," kata Rahardjo.

Rahadjo mengutuk tindakan premanisme. Ia berharap pihak yang tak puas terkait polemik dualisme kekuasaan di Keraton Kasepuhan Cirebon diselesaikan secara jalur hukum.

"Mari jangan menyelesaikan masalah secara premanisme. Kalau tidak puas selesaikan jalur hukum," kata Rahardjo.

Sementara itu, Direktur Badan Pengelola Keraton Kasepuhan Cirebon Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat yang merupakan keluarga dari Sultan Sepuh XV menolak pelantikan perangkat kesultanan Sultan Sepuh Aloeda II. Alexandra mengaku kaget dengan kegiatan pelantikan tersebut.

"Kegiatan ini tanpa izin Sultan Sepuh (XV). Di keraton itu sultan cuma satu. Tidak ada sultan dua. Kegiatan yang di keraton harus ada izin dari Sultan Sepuh XV PRA Luqman Zulkaedin," kata Alexandra.

"Saya sebagai badan pengelola KeratonKasepuhan berhak menegur mereka. Karena tidak ada pemberitahuan. Kegiatan itu tanpa izin," kata Alexandra menambahkan.

Hengky Kurniawan jadi Sanksi Sidang Kasus Aa Umbara

Plt Bupati Bandung Barat Hengky Kurniawan mendatangi pengadilan untuk diperiksa sebagai saksi kasus dugaan korupsi bantuan sosial (bansos) yang menyeret Bupati Bandung Barat nonaktif Aa Umbara. Hengky siap untuk memberikan keterangan di hadapan hakim.

Hengky datang ke Pengadilan Tipikor Bandung di Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung pada Rabu (25/8/2021). Mengenakan kemeja batik berwarna hijau, Hengky langsung masuk ke ruangan persidangan.

Hengky kemudian duduk menghadap hakim. Dia duduk bersama saksi lainnya seperti Sekda Bandung Barat Asep Sodikin dan Kabag Hukum Pemkab Bandung Barat Asep Sudiro.

Namun, lantaran materi pemeriksaan saksi berbeda dengan tiga saksi lain, Hengky kemudian diminta untuk meninggalkan ruangan terlebih dahulu untuk menunggu giliran diperiksa.

Di luar ruangan, Hengky mengaku siap untuk diperiksa sebagai saksi. Dia datang karena sebagai warga negara yang baik.

"Tentu sebagai warga negara yang baik, hari ini saya sebagai saksi di sidang Pak Aa Umbara, kemudian Kang Andri Wibawa dan M Totoh, tapi saya belum jalani proses sidang karena saya istirahat dulu," ujar Hengky.

Hengky belum mengetahui apa saja yang akan ditanyakan kepadanya. Dia belum bisa berbicara banyak.

"Belum tahu, memang belum ditanya, bergiliran, nanti setelah ditanya barulah nanti bisa statement, mungkin kaitan bansos, mungkin ya," katanya.

Hengky sendiri sudah dipanggil KPK untuk dimintai keterangan. Hengky diperiksa KPK berstatus sebagai saksi pada Selasa (27/7/2021). KPK juga mendalami peran Hengky dalam perkara tersebut.

"Yang bersangkutan hadir dan didalami pengetahuannya antara lain mengenai dugaan adanya perencanaan dan pembahasan bersama dengan tersangka AUM (AaUmbara) terkait dengan bantuanbansos dalam pengadaan barang tanggap darurat bencanapandemiCOVID-19 padaDinsos Pemkab Kabupaten Bandung Barat tahun 2020," kataPlt Juru BicaraKPK AliFikri kepada wartawan, Rabu (28/7).

Deretan Pejabat yang Mundur di Masa Gubernur Banten Wahidin

Mundurnya Sekda Al Muktabar menambah deretan nama pejabat di lingkungan Provinsi Banten yang mengundurkan diri di masa kepemimpinan Gubernur Banten Wahidin Halim. Sebelum Muktabar, seluruh pejabat di Dinas Kesehatan mulai dari eselon III dan IV juga melakukan hal yang sama.

Pengakuan dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD) pengunduran diri Al Muktabar karena alasan pribadi dan memilih kembali berkarir di Kementerian Dalam Negeri. Ia memang sebelumnya menjadi bagian dari pejabat di lingkungan sana.

Sebelum Sekda, peristiwa pengunduran diri dari jabatan belum lama ini juga terjadi di Dinkes. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai 20 orang. Mereka adalah keseluruhan pejabat Dinkes kecuali kepalanya.

Pengunduran diri pejabat Dinkes tidak lama setelah adanya penetapan tersangka kasus korupsi masker yang disidik Kejati pada Mei 2021. Waktu itu, ada nama Lia Susanti selaku PPK Dinkes yang dijadikan tersangka kasus masker.

Surat pengunduran diri para pejabat ini disampaikan dalam pernyataan sikap yang suratnya diberikan gubernur, wakil gubernur dan tembusan ke DPRD Banten.

Melihat fenomena ini, Pengamat Politik Untirta Ikhsan Ahmad mengatakan bahwa mundurnya Sekda sebagai hal yang mengagetkan dan mendadak. Ia menilai, nampaknya sekda bukanlah orang yang diinginkan gubernur sejak awal. Apalagi, ada indikasi bahwa Plt penggantinya dikenal sebagai orang dekat gubernur.

"Nampaknya Sekda pada awalnya bukan Sekda yang diinginkan oleh WH (Wahidin), dengan ditunjuknya PLt sekarang, petunjuknya jelas sebagai orang WH," kata Ikhsan saat dimintai tanggapan di Serang, Rabu (25/8/2021).

Di sisi lain, ia menilai bahwa saat ini Banten dalam kondisi tidak stabil dan penuh gonjang-ganjing. Reformasi birokrasi justru belum terwujud. Apalagi, ada rangkaian pengunduran diri saat kepemimpinan Wahidin. Misalnya adalah Sekda Ranta Soeharta, para pejabat DInkes dan yang terbaru Muktabar.

"Pengunduran diri pejabat bukan kali ini terjadi, ada sekda sebelumnya dan para pejabat di lingkungan Dinkes, secara psikologis fenomena pengunduran diri ini dapat dikatakan fenomena frustasi dan fatalistik kepemimpinan dalam birokrasi di Banten, artinya tidak mungkin birokrasi seperti ini mampu mengidentifikasi harapan yang lebih baik untuk Banten ke depan, karena ada akumulasi konflik dan arus tajam persoalan politik kepentingan dan kekuasaan," ujarnya.

Kepala BKD Komarudin menampik bahwa ada perselisihan antara Sekda dan gubernur. Pilihan Sekda katanya berdasarkan alasan pribadi yang tidak bisa disampaikan.

"Nggak ada (perselisihan), faktanya beliau mengajukan surat, bukan soal perselisihan. Itu pilihan pribadi beliau dalam memilih karir," kataKomarudin.

Kisah Bocah Kembar Siam Dempet Perut di Garut

Al Dewi Putri Ningsih dan Al Putri Anugrah bocah kembar siam dempet perut asal Garut kini mulai ikut sekolah. Meski hidup dalam keterbatasan fisik, mereka punya cita-cita yang tinggi.

Senyum keduanya menyambut saat detikcom bertandang ke rumahnya, Rabu (25/8/2021). Mereka mempersilakan masuk ke rumahnya yang sederhana di Kampung Padasari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja Garut.

Mereka bercerita setelah dewasa nanti, ingin mewujudkan cita-citanya. Dewi ingin menjadi ilmuwan sedangkan Putri ingin menjadi artis. "Aku mah ingin jadi artis," ujar Putri.

"Kalau aku mau jadi ilmuwan," ucap Dewi menambahkan.

Keduanya tampak riang dan penuh kebahagiaan. Iwan Kurniawan (43), ayah Dewi dan Putri mengatakan anaknya itu rajin mengikuti materi yang diajarkan guru di sekolah.

"Alhamdulillah rajin, periang. Senang aja gitu enggak rewel," ucap Iwan.

Layaknya anak dengan fisik normal, Dewi dan Putri juga tak hanya sebatas bersekolah. Mereka menambah porsi belajar dengan mengikuti bimbel dan belajar mengaji di masjid dekat rumahnya.

"Anak saya ngaji juga. Sudah hafal beberapa surat pendek," ujar Iwan.

Dewi dan Putri adalah kakak beradik yang dilahirkan kembar siam dan mengalami dempet di bagian perutnya. Sejak lahir, keduanya divonis tidak bisa dipisah.

Keduanya sempat menjalani operasi penghilangan kaki tambahan di RS Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2017 silam. Operasi kala itu berjalan lancar dan sukses.

Saat ini Dewi dan Putri yang berusia 7 tahun duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Tegal Panjang, Kecamatan Sucinaraja, Garut.

Halaman 2 dari 5
(yum/mso)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads