Jabar Sepekan: Habib Bahar Bogem Ryan Jombang-Syam Organizer Digeledah

Jabar Sepekan: Habib Bahar Bogem Ryan Jombang-Syam Organizer Digeledah

Tim Detikcom - detikNews
Sabtu, 21 Agu 2021 22:23 WIB
Ditjenpas Kemenkumham membagikan foto bukti Ryan Jombang dan Habib Bahar bin Smith sudah berdamai
Foto: dok. Humas Ditjenpas Kemenkumham
Bandung -

Berbagai peristiwa terjadi di Jawa Barat dalam sepekan. Mulai dari kasus pemukulan Ryan Jombang oleh Habib Bahar bin Smith hingga pembunuhan sadis di Kabupaten Subang.

Berikut rangkuman Jabar sepekan :

1. Habib Bahar Pukul Ryan Jombang di Lapas Gunung Sindur

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Very Idham Henyansyah alias Ryan Jombang menjadi sorotan. Terpidana mati kasus mutilasi ini dibogem habib Bahar bin Smith gegara masalah uang.

Kasman Sangaji, kuasa hukum Ryan Jombang menjelaskan dugaan penganiayaan yang menimpa kliennya itu dipicu masalah uang. Bahar disebut kerap meminjam uang kepada Ryan Jombang hingga totalnya mencapai Rp 10 juta.

ADVERTISEMENT

"Kalau permasalahan awalnya itu sebenarnya masalah sepele, jadi habib Bahar ini beberapa bulan lalu sering meminjam uang ke Ryan," ujar Kasman.

Selain dipukul, kata Kasman, lengan kliennya juga disayat Bahar. Sayatan itu mematri tulisan 'Pengkhianat'. Buntut dari aksi tersebut, Ryan berencana melaporkan Bahar ke polisi. Bahkan kuasa hukum Ryan sudah berkoordinasi ke Bareskrim Polri.

Namun belakangan kuasa hukum menunda terlebih dahulu. Kasman mengatakan pihaknya akan berbicara terlebih dahulu dengan Ryan lantaran sudah adanya perdamaian secara internal di Lapas Gunung Sindur.

Soal perdamaian ini pun dibenarkan oleh Kalapas Gunung Sindur Mujiarto. Dia mengatakan kasus tersebut sudah selesai dan sudah saling memaafkan.

"Yang jelas perselisihan sudah selesai dan mereka pun kembali mengikuti aturan-aturan dan program pembinaan yang diberikan pihak lapas," kata dia.

Belakangan juga beredar surat yang diduga kuat ditandatangani Ryan yang membantah bahwa persoalan dirinya dengan Bahar karena piutang Rp 10 juta.

2. Geger Pembunuhan Ibu-Anak di Subang

Warga Kabupaten Subang digegerkan dengan temuan mayat penuh darah di bagasi mobil Alphard. Diketahui, dua mayat itu merupakan mayat ibu dan anak yang dibunuh secara sadis.

Kedua korban yakni Tuti (55) dan Amelia Mustika Ratu (23). Keduanya ditemukan tewas bersimbah darah di mobil yang terparkir di halaman rumah di Dusun Ciasuti, Desa Jalancagak, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang pada Rabu (18/8).

Kepala Desa Jalan Cagak Indra Jenal mengatakan mayat ibu-anak itu ditemukan suami korban, Yosep (55) pukul 07.30 WIB.
"Kondisinya banyak darah di dalam bagasi belakang mobil," kata Jenal.

Menurut Jenal, suami sekaligus ayah korban yang memberi tahu kepadanya soal dua mayat dalam bagasi mobil itu. Polisi sudah datang ke tempat kejadian perkara (TKP) yang tak lain rumah korban. Mobil itu pun milik korban.

"Suaminya itu yang menemukan kedua korban di rumahnya (mobil parkir di halaman)," ucap Jenal.

Autopsi jenazah ibu dan anak yang mayatnya ditemukan dalam bagasi mobil sudah dilakukan. Hasil sementara, kedua korban mengalami patah tulang tengkorak kepala hingga luka robek.

Hasil sementara, kedua korban mengalami patah tulang tengkorak kepala dan memar, itu diperkirakan akibat benda tumpul, ada luka robek di bagian bibir ibunya, sementara untuk hasil lab kita tunggu dua tiga hari ke depan," ujar Kapolsek, Kamis (19/08/2021).

Hasil autopsi juga mengungkap perbedaan waktu pembunuhan. Ada perbedaan waktu hingga lima jam antara pembunuhan Tuti dan anaknya.

"Kemudian dari kaku mayat diperkirakan korban pertama ibu itu meninggalnya 5 jam sebelum ditemukan itu, ya dini hari lah ya, kemudian yang anak 23 tahun remaja itu dperkirakan kematiannya jam 4-5 subuh, karena kaku mayatnya beda," tuturnya.

Sejauh ini pelaku masih misterius. Namun polisi menduga pelaku dan korban saling mengenal. "Untuk motifnya belum ketahuan jelas, yang pasti korban kenal dengan pelaku," ujar Kasat Reskrim Polres Subang AKP M Zulkarnaen saat dikonfirmasi, Kamis (19/8/2021).

Analisa korban dan pelaku saling kenal itu berdasarkan hasil olah TKP yang dilakukan oleh penyidik Polres Subang. Menurut Zulkarnaen, tak ada kerusakan di TKP.

"Penyerangannya tidak menimbulkan kerusakan. Posisinya sempat berantem juga kalau dilihat dari TKP," kata dia.

3. Kantor Syam Organizer Digeledah Kaitan Pendanaan Teroris

Kantor LSM kemanusiaan Syam Organizer di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, digeledah Tim Detasemen 88 Antiteror terkait terorisme. Dalam penggeledahan itu, petugas menyita 1.540 celengan kotak amal yang diduga digunakan untuk pendanaan terorisme.

"Jadi, penggeledahannya itu kemarin. Hari Minggu di kantor Sekretariat Yayasan Syam Organizer Jawa Barat, alamatnya di Soreang, Bandung," ujar Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan kepada wartawan, Senin (16/8/2021).
"Yang diamankan itu banyak, 1.540. Ada 1.540 celengan," sambungnya.

Ramadhan menyebut celengan kotak amal yang disita dari kantor Syam Organizer itu diduga digunakan untuk mendanai aksi teror. Adapun Densus hanya mengamankan celengan kotak amal itu di kantor Syam Organizer, bukan di tempat umum ataupun masjid.

"Ini yang sekarang diamankan itu di kantor sekretariat itu. Jadi bukan kami ambil di tempat-tempat masjid, tapi di kantor," ucap Ramadhan.

Ruko ditempati Syam Organizer Jabar ini berada di sisi Jalan Gading Tutuka, Desa Cincin, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Pantauan detikcom, Senin (16/8/2021) siang, ruko dengan cat abu dan merah itu sudah ditutup menggunakan garis polisi.

Dari luar tidak terlihat ada logo atau spanduk yang menjelaskan nama dari ruko tersebut. Namun, detikcom melihat ada tulisan 'Syam Organizer' pada sebuah tiang parkir di depan ruko.

Pagar dari ruko tersebut tertutup rapat. Sebuah rantai melintang dengan gembok menutup jalan menuju ruko. Ruko tersebut pun menjadi perhatian sejumlah warga yang melintas.

Salah satu warga menuturkan, ruko tersebut sudah lama tidak ada aktivitas. Pintu ruko selalu tertutup.
"Sudah lama nggak buka itu ruko pak. Jarang juga lihat keluar masuk orang," ujar Yulia (41), warga yang bekerja di samping ruko tersebut.

Dari keterangan pengurus RW setempat, kantor tersebut milik seorang pria asal Ciamis. Tahun lalu atau 2020, ruko tersebut dikontrakkan kepada pengelola Yayasan Syam Organizer Jabar. Sekadar informasi, dalam profil yang ditampilkan Google Maps, kantor ini bernama Syam Organizer Jabar.

"Awalnya pemilik ruko baru membangun sekitar 70 persen. Terus lapor ke saya, kalau ruko itu mau dikontrakkan," ujar Ketua RW 19, Aan Tadjudin, kepadadetikcomdi lokasi penggeledahan, Senin (16/8/2021).

Penelusuran detikcom dari laman syamorganizer.org, lembaga ini berdiri pada tahun 2013. Awalnya, lembaga yang telah memiliki 21 cabang di berbagai kota di Indonesia ini, merupakan penata acara untuk kegiatan road show tablig akbar yang mengabarkan bahwa Umat Islam sedang terzalimi di seluruh belahan dunia.

"Kemudian berkembang menjadi satu lembaga kemanusiaan internasional yang fokus membantu korban bencana kemanusiaan di Negeri Syam," tulisan dalam profil laman syamorganizer.org sebagaimana dilihat detikcom dari, Senin (16/8/2021).
Di dalam profil Syam Organizer itu tertulis juga Akta Notaris Yayasan Amal Syam Abadi, berikut akta dari Menkumham dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Salah satu hal yang menyita perhatian dalam laman ini, adalah ditampilkannya wajah sejumlah ustaz kondang dalam video di halaman depan laman tersebut.

Sementara itu, penggalangan dana dengan jangka waktu tertentu pun dilakukan oleh lembaga ini mulai dari gotong royong bedah rumah, wakaf renovasi musala, pembagian makanan siap saji untuk panti, santri dan duafa, proyek pabrik roti Syam Organizer, bantuan musim dingin untuk warga Palestina dan yang lainnya. Baik di dalam maupun di luar negeri.

4. Pakar ITB Ungkap Potensi Gempa Bumi Megathrust

Bencana gempa bumi megathrust kembali menghantui. Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas mewanti-wanti terkait potensi bencana gempa bumi megathrust selatan Jawa. Menurut Heri, gempa tersebut memiliki kekuatan yang sangat besar dan saat ini tengah berada di ujung siklus perulangan (earthquake cycle).

Menurut Heri, berdasarkan data Global Navigation Satellite System (GNSS) mengkonfirmasi adanya akumulasi energi di bagian megathrust Selat Sunda hingga Pelabuhan Ratu dan selatan Parangtritis hingga selatan Pantai Jawa Timur. Dari hasil pemodelan, jika gempa terjadi kekuatannya dapat mencapai magnitudo (M) 8,7 hingga 9,0, bisa jadi diikuti tsunami hingga 20 meter tingginya.

Gelombang tsunami bisa sampai di pesisir Jakarta dengan ketinggian 1 meter hingga 1,5 meter. Dibandingkan dengan tsunami yang terjadi di bagian selatan ketinggian tersebut relatif lebih kecil.

"Namun demikian fakta saat ini pesisir Jakarta wilayahnya sudah ada di bawah laut hingga minus 1-2 meter, ini artinya potensi tsunami akan lebih besar. Berdasarkan hasil simulasi model, run-up tsunami dapat mencapai sebagian besar Pluit, Ancol, Gunung Sahari, Kota Tua hingga Gajah Mada. Kalau kita perhatikan modelnya ternyata nyaris menyentuh Istana," ujar Heri dalam keterangan yang diterima detikcom, Senin (16/8/2021).

Karena itu, ujar Heri, dari pemodelan tersebut menyiratkan bahwa tanggul pantai atau laut di Jakarta akan berperang sangat penting, tidak hanya mencegah banjir rob, tetapi juta melindungi Jakarta dari tsunami. "Untuk itu kita harus mendukung pemerintah dalam mempercepat upaya pembangunan tanggul sepanjang pesisir Jakarta. Fakta ini mau tidak mau harus diungkap, meskipun terkesan menakut-nakuti," ujar Heri yang juga Ketua Lembaga Riset Kebencanaan IA-ITB.

"Mari kita sikapi dengan bijak dan waspada. Gempa bumi dan tsunami merupakan bencana alam yang hampir tidak mungkin kita cegah, kecuali dengan doa. Apa yang bisa kita perbuat adalah bagaimana kita bersiap menghadapinya," tutur Heri menambahkan.

Menurutnya, tanggul pantai atau laut adalah salah satu bentuk kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana seperti di Jakarta. "Untuk itu sekali lagi, kita harus mendukung pemerintah dalam mempercepat proses pembangunan tanggul di pesisir Jakarta. Takutnya tsunami-nya keburu datang, karena saat ini tengah di ujung perulangan," ucap Heri mengingatkan.

5. Raden Rahardjo Dilantik Saat Kisruh Kasepuhan Cirebon

Raden Rahardjo, pria keturunan Sultan Sepuh XI Radja Jamaludin Aluda Tajul Arifin yang sempat membetot perhatian publik dengan menggembok Keraton Kasepuhan Cirebon pada 2020 silam, kini dilantik sebagai Sultan Sepuh Aloeda II. Pelantikan atau jumenengan Rahardjo sebagai sultan digelar tertutup.

Rahardjo dinobatkan sebagai Sultan Sepuh Aloeda II oleh keluarga besarnya. Penobatan Rahardjo sebagai Sultan Sepuh Aloeda II digelar sehari setelah peringatan Hari Kemerdekaan, 18 Agustus kemarin.

Penobatan Rahardjo sebagai sultan ini menjadi bukti bahwa polemik yang terjadi atau perebutan takhta di Keraton Kasepuhan Cirebon masih terjadi. Sebab, saat ini Pangeran Raja Adipati (PRA) Luqman Zulkaedin pada tahun lalu telah dinobatkan sebagai Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan Cirebon. Prosesi jumenangan Luqman itu digelar pada 30 Agustus 2020, sebulan setelah ayahnya yakni Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat mangkat.

Penobatan Rahardjo sebagai Sultan Sepuh Aloeda II itu merupakan sikap dari klan atau keluarga besar Sultan Sepuh XI menolak kekuasaan PRA Luqman Zulkaedin, yang merupakan klan dari Sultan Sepuh XIII Maulana Pakuningrat.

Rahardjo pun menjelaskan tentang proses jemunengan dirinya sebagai Sultan Sepuh Aloeda II yang dilakukan secara tertutup. "Karena untuk menjaga kesakralan penobatan ini. Beliau (Sultan Sepuh XI) setelah menikahi nenek saya, Nyi Mas Rukjah mengganti gelar di belakangnya dari Natadiningrat menjadi Aluda," kata Rahardjo kepada awak media di kompleka Keraton Kasepuhan Cirebon, Kamis (19/8/2021).

Rahardjo menjelaskan PRA Luqman Zulkaedin bukanlah keturunan Sultan Sepuh XI. Sehingga, penobatan Luqman sebagai sultan tidak sah.

"Kalau kita merunut kembali dari kakek moyangnya Luqman, yaitu Alexander Raja Rajaningrat, beliau tidak memiliki hubungan darah dengan Sultan Sepuh XI," kata Rahardjo.

Rahardjo mengaku keputusannya untuk menobatkan diri sebagai sultan berpegang pada putusan Mahkamah Agung (MA) yang menolak forum previlegiatum Alexander, yang mengaku sebagai Sultan Sepuh XII. Putusan tersebut berawal saat enam keturunan Sultan Sepuh XI mengajukan gugatan ke pengadilan terkait penolakan Alexander.

Dalam perjalanannya, pengadilan negeri memutuskan menolak forum previlegoatum atau jabatan sultan Alexander. Hal itu dibuktikan dengan putusan pengadilan bernomor 82/1958/Pn.Tjn juncto nomor 279/1963 PT.Pdt juncto nomor K/Sip/1964. Salah satu ahli waris dari enam nama yang mengajukan gugatan itu adalah Raden Rahardjo, yang kini menobatkan diri sebagai Sultan Aloeda II.

"Keputusan MA mengenyampingkan atau menolak forum previlegiatum Alexander. Artinya pada saat itu, NKRI tahun 1958 tidak pernah mengakui Alexander sebagai sultan," kata Rahardjo.

Rahardjo mengaku telah menyiapkan langkah-langkahnya untuk memuluskan proses pelantikannya sebagai sultan. Ia pun mulai kasak-kusuk menjalin komunikasi dengan instansi lain.

"Kita akan kirim surat ke instansi-instansi. Kemudian kita juga akan membentuk perangkat baru untuk membantu melaksanakan tugas sultan," kata Rahardjo.

Sementara itu, Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Luqman Zulkaedin belum memberikan keterangan resmi terkait penobatan Raden Rahardjo sebagai sebagai Sultan Aloeda II. Jurnalis detikcom berusaha menghubungi Luqman, namun belum mendapatkan jawaban.

Sekadar diketahui, polemik perubatan takhta di Keraton Kasepuhan Cirebon ini bermula saat Rahardjo menggembok pintu Bangsal Dalem Arum dan menurunkan foto mendiang Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat pada akhir Juni 2020. Saat itu Arief tengah menjalani perawatan intensif di salah satu RS di Bandung.

Sebulan setelah kejadian itu, Arief meninggal dunia. Anak dari Arief, PRA Luqman Zulkaedin melanjutkan tahta ayahnya. Luqman dinobatkan sebagai Sultan Sepuh XV pada akhir Agustus 2020.

Sementara itu, Rahadjo Djali yang merupakan cucu dari istri kedua Sultan Sepuh XI Jamaludin Aluda Tajul Arifin dikukuhkan sebagai polmak atau pejabat sementara (Pjs) Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon pada awal Agustus 2020. Pengukuhan Rahardjo sebagai polmak dilakukan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Kota Cirebon, Jawa Barat.

Halaman 2 dari 5
(ern/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads