Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cimahi mencatat ada sebanyak 1.080 siswa lulusan SD yang melanjutkan pendidikannya ke pondok pesantren. Namun tak diketahui pesantren mana saja yang menjadi tempat para siswa tersebut berlabuh.
Secara keseluruhan ada sebanyak 8.432 siswa kelas 6 di Cimahi yang dinyatakan lulus. Sebanyak 4.099 siswa melanjutkan ke SMP Negeri di Cimahi, 526 siswa ke SMP Negeri di luar Cimahi, 1.615 siswa ke SMP swasta di Cimahi, 441 siswa ke SMP swasta di luar Cimahi, 643 siswa ke MTs negeri dan swasta.
"Ada 1.080 siswa SD yang sudah lulus lalu mengaku lanjut ke ponpes. Itu jumlah yang cukup banyak," ungkap Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi Harjono kepada detikcom, Rabu (18/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Harjono menggaris bawahi mereka juga tetap penting mengenyam pendidikan formal meskipun melanjutkan pendidikannya ke pondok pesantren.
"Harapan kami yang melanjutkan ke ponpes juga harus melanjutkan ke sekolah formal, entah itu MTs entah SMP. Sehingga pendidikan mereka dari keagamaan dapat dan ijazah formal juga dapat," beber Harjono.
"Kalau hanya ke ponpes saja tanpa ke (sekolah) formal, otomatis nanti mereka dianggap tidak tamat jenjang SMP. Nantinya itu bisa menurunkan nilai rata-rata anak sekolah di Cimahi," imbuh Harjono.
Selain yang melanjutkan pendidikannya ke pesantren, pihaknya juga mencatat ada 28 siswa lulusan SD namun memilih tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP. Jumlah siswa yang tidak melanjutkan sekolah itu berdasarkan data dari wali kelas SD se Kota Cimahi.
"Yang tidak melanjutkan sekolah ke SMP itu ada 28 orang. Kami sudah membuat laporan ke Plt Wali Kota Cimahi dan beliau memerintahkan untuk dilakukan penelusuran terhadap 28 orang ini," kata Harjono.
Harjono melanjutkan ada sejumlah alasan di balik keputusan tidak lanjutnya pendidikan ke 28 siswa tersebut. Di antaranya siswa masuk kategori Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), lalu ada pula siswa yang memilih menjalani kursus.
"Jadi mereka yang ABK ini tidak menemukan SMP yang cocok kemudian orangtuanya memilih tidak melanjutkan.
Lalu ada juga beberapa siswa yang memilih kursus. Karena kakak-kakaknya yg lain juga kebetulan sama tidak melanjutkan (sekolah)," jelas Harjono.
Ada pula siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP lantaran terbentur biaya. Harjono mengatakan pihaknya sudah mendatangi keluarga siswa tersebut untuk menawarkan bantuan.
"Ada juga yang karena tidak punya biaya.
Sudah didatangi, kalau mau melanjutkan ke sekolah negeri atau swasta akan dibantu. Tapi sampai kemarin belum ada respons. Ini harus ada kerjasama dengan unsur kewilayahan. Tapi by name by address sudah ada," pungkas Harjono.
Sementara itu Kepala Seksi Pendidikan MTs pada Kementerian Agama Kota Cimahi Sarifudin mengatakan saat ini hampir tak ada anak yang masuk pesantren tanpa juga melakoni pendidikan di MTs maupun SMP.
"Pesantren itu kan non formal. Anak tidak mungkin hanya sekolah non formal, pasti dengan sekolah formalnya. Setahu saya, jadi mereka itu tidurnya di asrama pesantren tapi tetap sekolah di MTs," kata Sarifudin.
Belum lagi di Cimahi sendiri tak ada pesantren yang murni hanya fokus pada pendidikan keagamaan tanpa diimbangi dengan pendidikan formal.
"Di Cimahi enggak ada yang murni pesantren dan tidak ada sekolahnya, jadi semua ada sekolah formalnya juga. Belum lagi anak sekarang itu pada enggak mau mondok sebetulnya. Jadi tidak perlu dikhawatirkan kalau di pesantren tapi enggak dapat pendidikan formal, semua pasti dapat," tegas Sarifudin.
(mud/mud)