Miris! Keluarga di Cianjur Huni Gubuk Reyot-Hanya Makan Singkong

Miris! Keluarga di Cianjur Huni Gubuk Reyot-Hanya Makan Singkong

Ismet Selamet - detikNews
Senin, 02 Agu 2021 17:08 WIB
Pilu keluarga di Cianjur huni gubug reyot hingga hanya makan singkong
Pilu keluarga di Cianjur huni gubug reyot hingga hanya makan singkong (Foto: Ismet Selamet)
Cianjur -

Kehidupan memprihatinkan dijalani keluarga Rohman (60) dan Iin (40), warga Kampung Sukamukti Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur. Keluarga dengan 9 orang anak ini tinggal di gubuk yang reyot dan nyaris roboh.

Bahkan keluarga tersebut sering makan dengan singkong, sebagai pengganti nasi lantaran tak mampu membeli beras.

Iin mengatakan sudah dua tahun lebih, keluarga tidak mampu tersebut tinggal di gubuk yang jauh dari layak huni.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah seluas 3x4 meter yang dibangun di lahan milik perkebunan tersebut dibangun dengan kayu dan barang bambu. Bilik bambu menjadi dinding untuk menghambat masuknya angin malam yang dingin menusuk kulit.

Namun kondisi bilik pun sudah banyak yang rusak. Karung, kain sarung, hingga plastik bekas pun dijadikan tambalan.

ADVERTISEMENT

Bagian atap pun sudah banyak yang bocor. Tak ayal, jika hujan anggota Iin dan suami beserta anak-anaknya harus mencari bagian rumah yang kering untuk bisa beristirahat atau meneduh.

Tak ada lantai keramik, tanah merah perbukitan langsung menjadi lantai rumah keluarga tersebut.

Tidak ada juga tempat tidur yang layak, papan bambu yang berdiri di atas penyangga yang reyot jadi tempat mereka tidur. Hanya kain dan karpet lusuh yang dijadikan alas.

Iin, mengaku sebelumnya memiliki tempat rumah panggung yang sederhana untuk tinggal. Namun rumah itu dijual untuk biaya suaminya bekerja merantau ke pulau Kalimantan.

Namun di perantauannya, sang suami menghadapi masalah, sehingga terpaksa pulang dengan tangan kosong.

"Awalnya punya rumah, tapi dijual untuk modal kerja. Saya sementara tinggal di orang tua. Ternyata suami dapat masalah, jadi harus pulang dan tidak bawa apa-apa. Jadi dua tahun terakhir tinggal di sini," ujar Iin, Senin (2/8/2021).

Menurut Iin, tidak hanya dihadapkan dengan kondisi rumah yang bocor setiap hujan, mereka juga harus tidur dengan keadaan penerapan yang terbatas.

Hanya lampu cempor dengan bahan bakar minyak tanah yang menjadi penerang. Sebab tak ada jaringan listrik ke rumah tersebut.

"Tidak ada listrik, tiap malam pakai lampu cempor untuk penerangan. Daripada dipakai untuk pasang dan biaya listrik, uangnya mending untuk makan sehari-hari," kata dia.

Tak hanya kondisi tempat tinggal, keadaan ekonomi membuat keseharian keluarga tersebut sangat memprihatinkan.

Penghasilan sang suami yang tak tentu lantaran hanya bekerja serabutan membuat keluarga tersebut sering tak punya beras untuk dimasak.

Akibatnya sering Iin dan kesembilan anaknya makan dengan singkong dan pisang untuk mengganjal perut yang lapar.

"Kalau ada uang beli beras, kadang minta ke tetangga. Sering juga makan singkong dan pisang," ungkapnya.

Ia mengaku sedih jika melihat anak-anaknya makan dengan singkong lantaran tak ada beras. "Bukan hanya sedih, kadang nangis lihat anak-anak masih kecil tapi harus hidup susah begini," ucapnya seraya meneteskan air mata.

Penampakan keluarga yang huni gubuk reyotPenampakan keluarga yang huni gubuk reyot Foto: Ismet Selamet

Dia menuturkan jika selama ini belum pernah mendapatkan bantuan sosial seperti PKH ataupun BPNT. Sekali dia pernah mendapatkan bantuan tunai dari desa untuk bantuan COVID-19.

Namun uang tersebut hanya cukup untuk beberapa hari."Bantuan paling dari desa, baru pertama kalinya. Kalau PKH dan BPNT dari pemerintah pusat belum pernah," kata dia.

Ia berharap pemerintah bisa memperhatikan kondisi keluarganya, terutama anak-anaknya yang masih kecil. "Saya berharap bantuan bukan untuk pribadi, tapi untuk anak-anak saya, kasihan mereka," tuturnya lirih.

Sementara itu, Kades Desa Cimenteng A Haris Suryadi, mengatakan pemerintah desa sudah melakukan pendataan untuk pengajuan membangun rumah seperti rutilahu, dan bedah rumah langsung diajukan ke Dinas Sosial untuk keluarga tersebut. Namun hingga saat ini belum ada kabar dan kepastian.

"Diajukan sudah, mulai dari bantuan sosial hingga rutilahu. Tapi tidak kunjung masuk data dan ada kejelasan apakah dapat bantuan atau tidak," kata dia.

"Tapi untuk sehari-hari, kadang dari saya pribadi dan tetangganya sering membantu meskipun tidak seberapa. Saya berharap dari pemkab atau pusat ada bantuan untuk mereka," tambahnya.

Halaman 2 dari 2
(mud/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads