Masyarakat di Jawa Barat saat ini berkesempatan untuk melakukan penentuan kembali arah kiblat mengingat posisi matahari akan tepat berada di atas Kabah pada Rabu (14/7/2021) pukul 16.27 WIB.
Banyak cara dan alat yang bisa digunakan untuk melakukan penentuan arah kiblat tersebut, salah satunya Mizwala Qibla Finder. Pada prinsipnya, alat tersebut memproyeksikan bayangan matahari melalui sebuah jarum besi tegak lurus.
Alat tersebut dibuat oleh Hendro Setyanto pria lulusan Astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2011 silam. Mizwala Qibla Finder sendiri dibuat untuk memudahkan penentuan arah kiblat, tanpa harus selalu menunggu posisi matahari tepat di atas Kabah selama ada sinar matahari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi dengan Mizwala Qibla Finder ini penentuan arah kiblat bisa setiap saat. Kalau sekarang memang momennya sangat pas karena posisi matahari tepat ada di atas Kabah karena tidak semua punya alat penentu arah Kabah," ungkap Hendro kepada detikcom.
Saat digunakan Mizwala Qibla Finder harus ditempatkan di bawah matahari. Bidang dial yang di atasnya ada grafis skala penentu arah bakal memproyeksikan bayangan matahari dengan tongkat istiwa yang ada di tengahnya.
Setelah itu pengukur harus mengetahui azimut matahari lalu disinkronkan dengan azimut Mekah. Nantinya akan diketahui relatif azimut Mekah terhadap azimut matahari yang sekaligus menunjukkan arah Kabah.
Pada tahun ini, posisi matahari berada pada azimut 331 setelah dilakukan penghitungan menggunakan qibla finder pada pukul 13.00 WIB. Sementara untuk Kabah berada pada azimut 295 setelah dilakukan penghitungan merujuk pada arah angin sejati.
"Jadi harus tahu dulu azimut matahari dan azimut Mekah baru bisa menentukan arah kiblatnya. Tapi tidak melulu harus saat matahari tepat di atas Kabah karena bisa setiap saat. Kalau dengan alat ini, sebetulnya lebih fleksibel karena alatnya sudah memuat semua grafik penghitungan yang dibutuhkan," terang Hendro.
Alat tersebut saat ini sudah diproduksi sebanyak 600 unit yang tersebar di lembaga keagamaan seperti KUA, MUI, maupun Kementerian Agama. Hanya saja alat itu belum didaftarkan ke Hak dan Kekayaan Intelektual (HAKI).
"Sudah banyak juga kami produksi, karena banyak yang pesan juga. Untuk alat ini belum didaftarkan ke HAKI, karena prosesnya lama dan sampai sekarang belum tuntas," jelas Hendro.
Tak cuma membuat Mizwala Qibla Finder, demi mengembangkan kecintaannya pada dunia Astronomi, Hendro juga mendirikan Imah Noong Observatorium dan Musholatorium di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Imah Noong menjadi langganan para penyuka benda dan fenomena langit untuk berkumpul dan saling bertukar pikiran, terutama ketika akan terjadi suatu fenomena astronomi yang bisa dinikmati secara langsung seperti gerhana.
(mso/mso)