Permintaan plasma konvalesen untuk pengidap COVID-19 meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir. Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) Kota Bandung mencatat, ada penambahan 40 kantong plasma setiap harinya.
Kepala UTD PMI Kota Bandung Uke Muktimanah mengatakan pada Maret 2021 rata-rata permintaan kantong plasma sebanyak 30 per harinya. Tetapi, selepas arus mudik permintaan kantong plasma bertambah drastis.
Kendati begitu, permintaan kantong plasma itu tak serta merta bisa langsung terpenuhi. Pasalnya, terdapat beberapa kendala di antaranya sulit menemukan donor penyintas COVID-19 yang memenuhi kriteria sehingga plasma konvalesennya bisa digunakan untuk penyembuhan COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Bandung dan rumah sakit, tetapi kadang ada kendala di mana penyintas donornya telah lewat dari 12 minggu atau tiga bulan," kata Uke di kantor PMI Bandung, Senin (5/7/2021).
Sekadar diketahui, sejumlah kriteria itu yakni memiliki berat lebih dari 55 kilogram, diutamakan laki-laki -bila perempuan belum pernah hamil, tidak menerima transfusi darah selama 6 bulan terakhir, memiliki keterangan sembuh dari dokter dan bebas keluhan minimal 14 hari dan maksimal 3 bulan.
"Memang mulai terjadi kenaikan itu di minggu pertama dan kedua bulan Juni, Maret itu antrean permintaan itu 267. Ada lonjakan lagi makin ke sini, makin naik. Bahkan pernah antrean permintaan itu sampai mencapai 581, ternyata sekarang juga masih ada kenaikan, tapi datanya harus kita verifikasi kembali karena ada permintaan yang belum terpenuhi atau orangnya yang sudah meninggal," ujar Uke.
Saat ini, ujar Uke, permintaan plasma konvalesen tak hanya datang dari dalam kota, tetapi juga dari luar kota Bandung. "Tidak bisa kita penuhi kalau dari luar, karena kita prioritaskan untuk dalam kota dulu. Kita juga harus membuat strategi, keluarga menyediakan donor, karena kalau menunggu donor saja sulit," ujarnya.
Plasma konvalesen ini, kata Uke, efektif untuk mempercepat pemulihan bagi pasien COVID-19 yang memiliki kondisi ringan menuju sedang. Sedangkan, donor penyintas yang paling baik dikatakannya berasal dari pasien yang memiliki gejala berat dan berhasil sembuh.
"Responsnya si virus ini memang canggih, memang dia tergantung pada respons tubuh masing-masing tapi yang saya perhatikan, orang yang bawaannya happy, positif, dia lebih cepat pulihnya," tutur Uke.
(yum/bbn)