Kasus anak terpapar COVID-19 di Jawa Barat (Jabar) telah menembus angka 52.350 per 30 Juni 2021. Jika dipresentasekan, kasus anak terpapar COVID-19 ini sebesar 14 persen dari keseluruhan kasus COVID-19 di Jabar yang menyentuh angka 368 ribu pada tanggal yang sama.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jabar (Dinkes Jabar) R Nina Susana Dewi mengatakan, dalam sepekan terakhir terdapat penambahan 3.300 kasus anak yang terpapar COVID-19. Kelompok anak usia sekolah (6-18 tahun) merupakan kelompok yang paling rentan terpapar, sebab, 77 persen dari kasus COVID-19 pada anak menerpa kelompok usia tersebut.
"Kedua balita (1-5 tahun), bayi (0-1 tahun) dan prasekolah (5-6 tahun)," ujar Nina dalam jumpa pers daring, ditulis Kamis (1/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tak merinci jumlah kasusnya, Nina mengatakan kasus COVID-19 pada anak paling banyak berada di Kabupaten Garut, Kota Depok, Kota Bandung dan Subang. Vaksinasi terhadap anak pun kini tengah dilakukan di Bogor dan Majalengka sebagai pilot project.
Dokter Spesialis Anak dari RS Santosa Bandung dr Iva Noviana Fitrya mengatakan, orang tua harus sebisa mungkin menahan anak agar tidak keluar dari rumah di masa pandemi ini. Cara itu diyakininya bisa meminimalisasi penularan virus pada anak.
"Berdasarkan pengalaman saya, kasus COVID-19 meningkat. Saran saya adalah orang tua harus bisa menahan diri dan menahan anaknya untuk tidak keluar rumah. Hati-hati bila berkunjung atau kalau bisa tidak perlu berkunjung atau keluar rumah bila tidak mendesak," kata Iva.
Iva mengatakan, orang tua juga harus memastikan protokol kesehatan berjalan dengan ketat saat menerima kunjungan tamu ke rumah. "Memang menahan anak di rumah itu sulit, tapi itu tantangan bagi kita, saat ini tidak ada cara lain melindungi anak kita, kecuali menahan mereka tidak keluar rumah," ucapnya.
Laman Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jabar (Pikobar) mencatat, terdapat 195 kasus kematian anak yang terpapar COVID-19 per tanggal 30 Juni 2021. Iva mengatakan, orang tua harus cermat dalam melihat kondisi kesehatan anak.
"Kalau ada gejala batuk, pilek, panas langsung ke dokter biar bisa ditangani dengan cepat. Pengalaman minggu-minggu ini mereka yang mengeluh, setelah saya kasih obat alhamdulillah ada berita gembira lewat WA. Katanya anaknya sudah aman, tidak ada gejala. Rasanya kalau kita bisa lebih cepat, saya rasa angka kematian anak bisa kita tekan," ujarIva.