Gangguan stabilitas keamanan dan ekonomi pada saat itu diduga dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab untuk mencuri besi jembatan kereta tersebut. "Dugaan kami ini dilakukan oleh oknum," kata Haris.
Menurutnya, pihak yang mengambil besi jembatan itu dipastikan orang yang mengerti konstruksi jembatan kereta api. "Ya pasti dilakukan oleh mereka yang mengerti dunia konstruksi. Karena kalau dilakukan serampangan dan sampai salah melepas baut, jembatan bisa ambruk," tutur Haris.
Dia menduga pencurian tak dilakukan dengan alat sederhana atau cukup bermodal gergaji besi. "Wah bukan pakai gergaji, nggak akan kuat besi rel digergaji manual," ujar Haris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Haris mengatakan berdasarkan keterangan warga, pengambilan besi pada waktu itu juga mendapat penjagaan dari pihak tertentu sehingga warga pun hanya bisa menyaksikan. Menurut Haris, taksiran nilai aset besi yang hilang itu mencapai Rp 3 miliar lebih.
Dia menjelaskan besi rel itu kualitas grade A atau besi baja. Harganya sekitar Rp 5 ribu per kilogram. Sementara estimasi berat rel yang membentang di jembatan Cikacepit sekitar 698 ton.
"Itu baru perhitungan jembatan Cikacepit, kalau ditambah jembatan Cipambokongan ya bisa dua kali lipat, karena habis dengan besi rangkanya. Walaupun kalau besi rangka jembatan itu lebih murah dari besi rel," tutur Haris.
Dia mengatakan jembatan Cikacepit dan Cipambokongan ini telah ditetapkan menjadi cagar budaya. Jembatan Cikacepit memiliki panjang 310 meter dan tinggi 38 meter. Jembatan yang dibangun Belanda sekitar tahun 1913-1916 ini melintas di antara perbukitan.
Sementara jembatan Cipambokongan memiliki panjang sekitar 299 meter dan tinggi 40 meter. Jembatan ini berada di sekitar perbukitan pantai Karangnini, Kecamatan Kalipucang, Pangandaran.
(bbn/bbn)