Beragam peristiwa terjadi di Jabar dan Banten hari ini. Mulai dari cerita sopir ambulans bolak balik antar pasien di Bandung hingga polisi di Lebak menolak vaksinasi TKA China.
Berikut rangkuman Jabar-Banten hari ini:
Cerita Sopir Ambulans Bolak Balik Jemput Pasien
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah pandemi COVID-19 saat ini, tidak hanya tenaga kesehatan yang sibuk memberi bantuan kepada warga. Para sopir ambulans juga ikut berjibaku memberi pelayanan kepada warga yang membutuhkan pertolongan.
"Kalau warga yang sakit itu bisa sampai ke rumah sakit, saya merasa bangga bisa membantu apalagi bila kondisinya kritis. Tetapi kalau warga yang sakit meninggal di dalam mobil, itu yang sangat saya sesalkan," kata Hardi, seorang sopir ambulans saat berbincang dengan detikcom belum lama ini.
Selama pandemi COVID-19, tugas Hardi sebagai sopir ambulans cukup berat. Pengalaman suka dan duka dia dapat selama menjadi sopir ambulans.
Contohnya saja kejadian pahit minggu lalu, masih membekas dalam benaknya saat warga yang akan diangkutnya dalam kondisi kritis karena terinfeksi virus Corona.
"Waktu itu kita angkut pasien dari sekitar perumahan Kota Baru Parahyangan, begitu kita datang sudah plus. Itu warga yang sedang isolasi, tapi tetap kita bawa dulu karena kita kan hanya bisa melakukan penanganan sementara, kita lihat nafasnya sudah tidak ada," ujar Hardi.
Selepas Lebaran, Hardi mengaku sering mendapatkan permintaan untuk membawa pasien COVID-19 yang bergejala. Dalam satu hari ia bisa mengangkut hingga empat hingga lima warga yang terpapar. Tak jarang pula ia mengangkut jenazah dari rumah sakit ke tempat persemayaman di luar Bandung Raya.
"Saya mulai berkegiatan itu dari pagi ya, kadang pulangnya sampai pagi lagi. Kalau permintaan terus menerus ya kita coba semampu kita, kalau tidak terlayani kita lempar ke ambulans lain yang siap," kata Hardi yang juga menjabat sebagai Kabag Hukum DPW Persaudaraan Pengemudi Ambulance Indonesia (PPA) Jawa Barat.
Kondisi tersebut, dikatakannya cukup kontras dibandingkan saat sebelum Lebaran. Biasanya, hanya sesekali mengangkut pasien COVID-19, dan dua atau tiga pasien non covid di sekitar wilayah Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Tetapi belakangan ini, jumlah permintaan itu meningkat drastis baik dari sekitaran Padalarang, maupun dari luar Padalarang. "Kalau untuk ambulans itu 4-5 kali, bahkan sampai permintaan luar kota pun ada. Termasuk mengantar jenazah ke luar kota. Kita kedepankan kemanusiaan, sebagai driver ambulans saya sendiri tidak pernah memilih ini pasien apa, pasien apa," tuturnya.
Tak jarang Hardi harus berkeliling mencari rumah sakit rujukan COVID-19, saat rumah sakit yang didatanginya tak bisa menampung pasien lagi. Da juga kerap mendapatkan permintaan mengantar warga yang mengeluh sakit sesak, tapi belum diketahui hasil swab testnya.
"Mau tidak mau kita harus terus mencari, minimal pasien dapat penanganan pertama dari dokter di rumah sakit, walau seadanya, bila masuk tak memungkinkan dan pasien dapat pertolongan pertama, kita pulang lagi," katanya.
"Makanya untuk persiapan, saya biasanya minta ditunjukkan rujukan sisrutenya bagaimana, atau minimal hasil swab testnya, karena banyak yang merasa sesak, terus minta ke rumah sakit, sekarang kan rumah sakit juga penuh," ucap Hardi melanjutkan.
Persiapan Harus Matang
Menjadi sopir ambulans di masa pandemi ini memberikan tantangan lebih bagi Hardi, ia harus bisa memastikan kondisi tubuhnya tetap prima. Salah satu kiat yang dijalankannya adalah makan teratur, rutin minum air hangat dan vitamin C.
"Kalau untuk perlengkapannya kita sediakan APD, dan disinfektan untuk tubuh kita sendiri dan kendaraan," ujar Hardi.
Keluarganya pun, dikatakan Hardi, telah memahami risiko pekerjaannya. Walau begitu, Hardi kerap mengganti baju dan mandi sebelum bersentuhan dengan keluarga di rumahnya.
Ia pun harus memastikan kondisi kendaraannya tetap siap untuk dipacu kapan pun dibutuhkan, oleh karena itu ia rutin memeriksakan kendaraannya ke bengkel.
"Seumpamanya ada keluarga pasien yang ngasih, kita alokasikan uangnya untuk cek kendaraan. Kalau misal ada sedikit yang kerasa, lekas-lekas kita bawa ke bengkel," katanya.
"Kalau dibilang-bilang, mobil ini ibarat istri pertama saya. Karena yang kita bawa itu di dalam mobil nyawa seseorang," pungkasHardi.
Kabar duka tengah menyelimuti keluarga besar Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka. Kepala Dinas mereka, Ahmad Suswanto meninggal dunia akibat virus Corona.
Sekertaris Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka Agus Susanto membenarkan kabar meninggalnya Kadisdik Ahmad Suswanto. Almarhum meninggal dunia pada Selasa (29/6/2021) pagi.
"Iya benar, tadi jam 5 subuh," kata Agus saat dikonfirmasi melalui pesan singkat.
Sebelum meninggal dunia, Ahmad Suswanto sempat menjalani perawatan di RSUD Majalengka selama lima hari. Ahmad dirawat karena mengalami gejala batuk dan sesak nafas..
"Iya (gejala sesak nafas). Masuk ruang isolasi hari Kamis kemarin, meninggal tadi pagi pukul 05.10 WIB," ucap Dirut RSUD Majalengka Erni Harleni.
Ahmad Suswanto sendiri diketahui positif COVID-19 setelah mengikuti tes antigen dengan hasil positif pada 22 Juni 2021 yang diikuti hasil tes PCR yang keluar pada 26 Juni 2021 kemarin.
Ahmad Suswanto sendiri merupakan salah satu 'rombongan' pejabat di Kabupaten Majalengka yang terpapar virus Corona.
Diberitakan sebelumnya, mulai dari BupatiMajalengkaKarnaSobahi,Sekertaris DaerahEmanSuherman, Kepala Dinas Komunikasi, KepalaSatpol PP, Kepala Dinas Kesehatan hingga Kepala Dinas Penanaman Modal juga diketahui positifCOVID-19.
Istilah 'banyak anak banyak rezeki' nampaknya masih berlaku di Kampung Sasaungan Desa Naggalamekar Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Bahkan mengalahkan slogan program Keluarga Berencana (KB) yakni dua anak cukup.
Pasalnya, seluruh warga di Kampung Sasaungan tersebut rata-rata memiliki banyak anak. Sedikitnya satu keluarga memiliki enam orang anak. Bahkan beberapa orang warga memiliki belasan anak.
Pantauan detikcom di lokasi, tampak di kampung itu memang banyak anak-anak. Saat pedagang keliling yang datang langsung diserbu anak-anak.
Fahrudin (53), warga Kampung Sasaungan mengaku selama menikah dengan istrinya, dia memiliki 14 anak, namun dua di antaranya meninggal dunia.
"Yang paling bungsu lahir saat Idul Fitri kemarin. Total punya 14 anak, tapi meninggal dunia dua anak. Sekarang yang masih hidup ada 12 anak, tiga diantaranya sudah menikah," ungkap dia, Selasa (29/6/2021).
Ia mengaku usia anak-anaknya tidak berbeda jauh, rata-rata hanya berjarak dua tahun. Beberapa bahkan hanya berbeda usia setahun.
Iyus, Ketua RT 02 Kampung Sasaungan mengatakan kondisi satu keluarga memilki banyak anak merupakan hal yang biasa di kampungnya.
"Sudah dari dulu warga di sini punya banyak anak. Sudah turun-temurun. Paling sedikit itu satu keluarga punya enam anak. Paling banyak ada yang 14 anak sekarang. Kalau dulu ada yang sampai 15 anak," kata dia.
Akibatnya meskipun jumlah keluarga di Kampung Sasaungan hanya sekitar 100 keluarga, tetapi jumlah jiwa lebih dari 700 orang. "Istilahnya jumlah jiwa di satu kampung ini sama dengan jumlah jiwa dua kampung di wilayah lain," ungkapnya.
Ia menambahkan warga di Kampung Sasaungan sudah mengikuti program KB. Namun sebagian besar kaum perempuan tetap hamil. "Kebanyakan sudah pakai KB, tapi memang KB-nya yang pil. Jadinya KB jalan, tambah anak tetap," kata dia.
Kepala Desa Nanggala Mekar Hilman mengatakan dari seluruh kampung di wilayahnya, hanya kampung Sasaungan yang setiap warganya memiliki banyak anak.
Dia mengaku akan berkooridinasi dengan pemerintah kecamatan dan kabupaten untuk memaksimalkan program KB. "Memang hanya kampung itu yang dikenal banyak anak. Dari dulu memang begitu. Mungkin masih berprinsip banyak anak banyak rezeki. Tapi sebagian besar sudah di-KB," ucap dia.
Dikhawatirkan dengan kondisi saat ini, banyaknya anak membuat kesejahteraan dan pendidikan anak-anak di kampung tersebut tidak terpenuhi.
"Apalagi kebanyakanorangtuanya buruh tani, kita lakukan upaya untuk menjalankan program dua anak cukup itu supaya pendidikan anak bisa tinggi. Makanya kami akan upayakan ke depan supaya program KB bisa maksimal di kampung tersebut," ujarnya.
Kasus positif Corona melonjak. Kini seluruh kecamatan di Kabupaten Karawang berstatus zona merah.
"30 kecamatan zona merah itu benar adanya, karena data positive rate yang terhimpun, seluruh kecamatan di Karawang berstatus zona merah," kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Karawang Fitra Hergyana, Senin (28/6).
Zona merah untuk 30 kecamatan itu ditetapkan pada Minggu (27/6). Selain itu, kata dia, Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit di Karawang sudah mencapai 95 persen.
"Jadi saat ini ada peningkatan BOR sampai ke 95 persen. Kami sudah menambahkan bed berjumlah 1.415, termasuk bed di Hotel Grand Pangestu, dan langsung cepat sekali terisi penuh," ujar Fitra.
Mengingat angka BOR tersebut, Fitra mengimbau kepada warga yang kondisinya sedang-ringan sebaiknya isolasi mandiri di rumah. Menurutnya, bupati Karawang memberikan arahan kepada seluruh Satgas COVID-19 di tingkat kecamatan agar memberikan sosialisasi langkah tepat dalam penanganan warga yang positif.
"Jadi apabila terdapat keluarga atau dirinya positif Covid-19, langsung laporkan ke RT atau RW setempat, dan nantinya dilaporkan ke puskesmas setempat untuk diberikan obat, juga pemeriksaan. Kalau kondisi gejalanya sedang-ringan, lebih baik diisolasi di rumah saja, kecuali sedang-berat, baru minta dirujuk ke rumah sakit," tutur Fitra.
Sementara itu, berdasarkan data terbaru hari ini, pukul 12.00 WIB, tercatat sebanyak 25.304 kasus terkonfirmasi positif, naik 314 dari hari sebelumnya.Rinciannya, 910 masih perawatan, 2.359 isolasi mandiri, 21.119 sembuh, dan 916 meninggal.
Sejumlah tenaga kerja asing (TKA) asal China meminta vaksinasi di Klinik Polres Lebak di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. Namun petugas menolak memvaksin TKA China itu karena vaksin dikhususkan untuk warga negara Indonesia (WNI).
Kapolres Lebak AKBP Teddy Rayendra ketika dimintai konfirmasi mengatakan para TKA datang dari kawasan industri di Cikande, Kabupaten Serang, dan Tangerang. Jumlahnya belum bisa dipastikan karena mereka datang pada Senin (28/6/2021) kemarin.
Petugas vaksinasi di klinik memilih menolak menyuntikkan vaksin meski mereka membawa identitas berupa paspor.
"Iya betul ada, merdeka dari Cikande dan Tangerang cuma kita tolak, jadi tidak ada kita menerima vaksinasi orang asing," kata Teddy saat dimintai konfirmasi, Selasa (29/6).
Vaksin yang disediakan klinik Polres Lebak, ia tegaskan, untuk masyarakat Lebak. Tidak ada jatah vaksin yang diterima oleh Polres yang bisa diberikan untuk warga asing, khususnya TKA China.
"Kalau untuk masyarakat kita ada, kalau WNA tidak, warga keturunan yang di Lebak boleh kan ada KTP, tapi kalau pekerja asing nggak ada," jelasnya.
Ia juga mengimbau warga Lebak agar mengikuti vaksinasi yang dilakukan, baik oleh kepolisian maupun Satgas COVID-19 Lebak. Pihaknya juga tidak mengeluarkan informasi pemberian vaksinasi kecuali warga setempat dan memiliki identitas KTP.
"Kita vaksinasi untuk masyarakat kita, lebih baik konfirmasi bisa atau tidak (untuk TKA), tapi kan tidak bisa," pungkasnya.