Jelang Kemarau, Ratusan Warga Kuningan Gotong Royong Membendung Sungai

Jelang Kemarau, Ratusan Warga Kuningan Gotong Royong Membendung Sungai

Bima Bagaskara - detikNews
Senin, 07 Jun 2021 14:57 WIB
Warga Kuningan gotong royong bendung sungai mengantisipasi kekurangan air saat kemarau
Warga Kuningan gotong royong bendung sungai mengantisipasi kekurangan air saat kemarau (Foto: Bima Bagaskara)
Kuningan -

Ratusan warga Desa Benda, Kecamatan Luragung, Kabupaten Kuningan gotong royong membendung aliran Sungai Cisanggarung. Aksi gotong royong tersebut dilakukan untuk mengaliri saluran irigasi guna mengantisipasi kekurangan air di musim kemarau.

Dengan alat seadanya, warga membendung sungai dengan lebar kurang lebih 100 meter itu menggunakan bronjong bambu. Bronjong yang terbuat dari anyaman bambu yang diisi batu ini ditumpuk disepanjang aliran sungai hingga membelokkan air agar bisa mengalir ke saluran irigasi disana.

Ono Suwarno Kepala Desa Benda mengungkapkan aksi gotong royong untuk membendung aliran Sungai Cisanggarung ini merupakan tradisi turun temurun yang sudah dilakukan sejak zaman nenek moyangnya dulu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kegiatan ini adalah tatanan kehidupan masyarakat desa benda yang sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang, karuhun kalau bahasa Sundanya, mungkin sudah ratusan tahun," ucap Ono kepada detikcom, Senin (7/6/2021).

Menurut Ono mayoritas warga Desa Benda berprofesi sebagai petani dan disaat musim kemarau desanya selalu mengalami kesulitan air. Untuk itu, tiap tahun menjelang musim kemarau, warga berinisiatif membendung aliran sungai dengan bronjong bambu.

ADVERTISEMENT

"Ini dilaksanakan bahwa masyarakat disini kehidupannya dari pertanian mayoritas masyarakat adalah petani. Makanya menjelang musim kemarau untuk mengairi sawah tidak ada lagi cara selain Dengan cara membendung kali seperti ini," katanya.

"Jadi semua masyarakat turun dan melaksanakan secara manual dengan bronjong bambu. Kami belum mampu membuat bendungan secara modern jadi seperti ini yang sudah turun temurun," sambung Ono.

Ono menjelaskan untuk membendung aliran Sungai Cisanggarung dengan bronjong bambu, diperlukan biaya sekitar Rp 150 juta. Biaya tersebut didapat dari hasil swadaya warga.

Proses pengerjaan bendungan sendiri memakan waktu hingga empat hari dimulai sejak Jumat (4/6/2021) kemarin. Kata Ono air sungai yang dialihkan ke aliran irigasi nantinya bakal mengairi kurang lebih 100 hektare lahan pertanian.

Metode membendung air sungai ini menurutnya juga berdampak positif terhadap hasil pertanian warga. Jika biasanya warga memanen 8 hingga 10 kwintal padi per 100 bata di musim hujan, dengan metode ini warga bisa mendapat panen hingga 12 kwintal.

"Kalau modal itu Rp 150 juta uangnya dari swadaya warga juga. Airnya nanti dialiri ke saluran irigasi untuk lahan 100 hektare lebih. Manfaatnya pakai ini (bronjong bambu) juga hasil panennya bisa sampai 12 kwintal dari biasanya 10 kwintal," ungkap Ono.

Pemerintah Desa Benda sendiri sebenarnya sudah sering mengajukan bantuan pembuatan bendungan sebagai limpasan air untuk aliran irigasi. Namun hingga saat ini, bantuan yang diajukan tersebut belum pernah terealisasi sama sekali.

"Belum ada (bantuan), kalau mengajukan sih sudah. Kita warga disini cuma berharap ada perhatian dari pemerintah untuk dibangun bendungan sehingga tidak perlu lagi tiap tahun mengeluarkan uang ratusan juta kaya gini," tutup Ono.

(mud/mud)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads