Indra Sumedi siuman. Tubuhnya terbaring lemah lunglai di ruang operasi rumah sakit. Ia perlahan membuka pandangan lebar-lebar selepas beberapa jam tak sadar.
"Waktu bangun usai dibius, saya kaget. Dua kaki sudah enggak ada," kata Indra mengenang kisahnya saat berbincang bersama detikcom di kontrakannya, Jalan Kawaluyaan Baru 1, RT 6 RW 13, Kelurahan Sukapura, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, Rabu 2 Juni 2021.
Tim medis mengamputasi kaki Indra lantaran infeksi menjalar ke paha. Semenjak itu, hari-hari Indra diterkam gelombang kelam yang mengusik benak dan otak.
"Terus terang saja, saya putus asa. Sempat down," kata pria bertato ini.
Insiden horor berujung Indra kehilangan kaki dipicu keributan di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Malam itu, tahun 1998 atau semasa reformasi Indonesia, Indra dan kelompoknya terlibat bentrok dengan kawanan pemuda.
Tubuh ini ditutup daun pisang. Warga menyangka saya sudah meninggal. Indra Sumedi |
Perkelahian sengit pecah. Kubu musuh memburu Indra. Terdesak gempuran lawan, Indra menghindar dan berlari kencang ke arah perlintasan kereta api di kawasan Cibatu.
Tiba-tiba kaki kirinya tersangkut di sela-sela rel. Nahas, kereta api ekspres jurusan Surabaya-Jakarta bergerak cepat mendekatinya. Indra panik bukan kepalang.
"Kereta menggilas kaki kiri dan kanan," ucapnya.
Warga setempat gempar ada kabar lelaki tersambar. Mereka melihat Indra bersimbah darah. Mengenaskan.
"Tubuh ini ditutup daun pisang. Warga menyangka saya sudah meninggal," ujar Indra.
Seorang temannya datang, lalu membuka daun itu dan mengecek napas Indra. "Tahu saya masih hidup, teman dan warga langsung membawa ke puskesmas di Garut. Setelah itu, saya dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung," tutur Indra.
Dua Kakiku Teramputasi di Rel Kereta, Kisah Hidup Preman Tobat
(bbn/mso)