Ketika tidak ada kaki yang bisa mengarahkan jalan, ada mulut yang bisa meminta pertolongan. Itulah yang dialami Faisal, kakinya tidak sanggup membawanya sebuah perjumpaan, namun ada kata yang dapat menyampaikan rindu.
Faisal Nurohman, seorang anak disabilitas yang memiliki keterbatasan pada kakinya yang rindu dengan teman-temanya. Selama pandemi ia sama dengan anak lainnya terpaksa belajar menggunakan sistem online. Bahkan di saat kondisi normal pun, Faisal tak bisa ke mana-mana tanpa kursi rodanya.
Saat ini, Faisal masuk dalam sekolah menengah kejuruan di daerah Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Kini ia menginjak kelas 10 SMK.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi anak disabilitas, belajar tanpa adanya interaksi intens antara guru dan murid cukup menyulitkan. Terlebih, fasilitas yang Faisal miliki tidaklah cukup untuk melakukan daring setiap saat.
"Susah, apalagi jurusan hitung-hitungan kalau enggak dijelasin langsung agak pusing," ujar Faisal di halaman rumahnya, Desa Cempaka Mulia, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Sabtu (29/5/2021).
Meski dengan segala keterbatasannya, ia tidak semudah itu menyerah. Terlebih, ia sudah banyak mengalami kesulitan dibandingkan saat pandemi ini.
Karena kondisi fisiknya, ia sering kali dipandang sebelah mata. Ia dijauhi bahkan sedikit memiliki teman. Ia mengaku bahwa ketika awal masuk sekolah dirinya sulit beradaptasi.
"Kalau untuk disabilitas di sekolah normal itu tantangannya berat banget. Cuman sekarang udah bisa, karena lebih ingin jadi diri sendiri aja. Kalau ada kata-kata kurang enak di hati ditahan dulu, tunggu tenang, baru nanti diungkapin ke temen atau orang tua," tutur Faisal.
Terkadang, Faisal menuliskan sesuatu untuk menyalurkan emosinya. Ia pun membuat sebuah puisi yang ia persembahkan untuk anak disabilitas lainnya.
"Iya ini untuk temen-temen disabilitas. Karena memang semua orang itu gak sama. Tapi setidaknya kita harus saling mendukung," ucapnya.
Atas bakat inilah, Faisal bertekad pula ingin melanjutkan pendidikannya. Ia ingin masuk jurusan Psikologi ataupun Sastra. Selain itu, ia pun memiliki ketertarikan pada dunia public speaking.
"Saya pingin punya podcast, yang pertama mau bikin soal sahabat. Karena sahabat itu support sistem banget," ungkapnya sembari tersenyum.
Sementara itu, Media and Brand Manager Save the Children Dewi Sri Sumanah menuturkan, pendidikan di tengah pandemi semakin memperburuk akses pendidikan kepada anak disabilitas. Mereka kesulitan menerima asupan pembelajaran dengan sistem pembelajaran daring.
Salah satunya, sebut Dewi, tidak meratanya akses internet mempersulit pembelajaran anak disabilitas. Terlebih, banyak diantara orang tua yang memiliki anak disabilitas masuk dalam kategori tidak mampu secara ekonomi.
"Kedua kualitas guru, di mana guru harus shifting beradaptasi pembelajaran online. Daring dan guru kunjung juga harus beradaptasi. Karena banyak guru gak bisa berkunjung ke 40 rumah siswa dalam satu hari. Itu juga tantangan besar," kata Dewi.
Selain itu, lanjut Dewi, banyak orang tua yang tidak mampu mengajarkan anaknya. Mereka cenderung kesulitan memberikan pembelajaran tanpa memiliki metode yang mudah dimengerti oleh anak.
"Ketiga, kapasitas orang tua yang belum siap menjadi pendidik di rumah itu juga perlu diatasi," tuturnya.
Maka dari itu, ia pun meminta agar pemerintah daerah maupun pusat untuk memperhatikan kondisi anak disabilitas dalam akses pendidikan di tengah pandemi. Karena, setiap anak memiliki hak yang sama.
Berikut ini puisi Faisal:
Aku, Kau dan Pandemi
Karya: Faisal Nurohman
Kau, Aku dan Pandemi
Banyak cerita yang kita miliki
Kini tak ada lagi diskusi di pagi hari
Untuk membahas pelajaran yang kita pelajari
Semua dilakukan via aplikasi
Dan aku masih di sini menunggu kita bersama lagi
Pandemi..... bertemu?
Jika ada kesempatan kau sibuk dengan handphonemu
Sesungguhnya aku rindu