Jurus UMKM Tembus Pasar Asia Saat Pandemi Lewat Produk Ber-SNI

Jurus UMKM Tembus Pasar Asia Saat Pandemi Lewat Produk Ber-SNI

Yudha Maulana - detikNews
Kamis, 20 Mei 2021 23:31 WIB
Perjuangan UMKM untuk tembus pasar mancanegara di tengah pandemi
Perjuangan UMKM untuk tembus pasar mancanegara di tengah pandemi (Foto: Yudha Maulana)
Bandung -

Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Itulah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan bisnis yang dirintis oleh Dede Sudianto (51). Pemilik dari Rumah Tempe Zanada itu kini bisa meraup omzet puluhan juta Rupiah per bulannya, usahanya pun kini mulai dilirik pasar mancanegara.

"Saya memutuskan untuk pensiun dini setelah 25 tahun bekerja di bank. Awalnya saat keluar itu, belum ada rencana mau memulai bisnis apa. Saya hanya bisa mengajar, dan menjadi dosen sambil merintis lembaga pelatihan," ujar Dede saat berbincang dengan detikcom, belum lama ini.

Masuk tahun 2016, Dede dan istrinya mulai terpikir untuk mencari alternatif bisnis. Setelah melakukan riset, akhirnya ia menemukan tempe yang dinilainya memiliki potensi bisnis yang besar. "Kenapa tempe ? karena dari segi potensi bisnis cukup tinggi. Rata-rata konsumsi tempe orang Indonesia itu cukup tinggi ya, 70 persen orang Indonesia itu setiap hari mengonsumsi tempe," kata Dede.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dede pun mulai mengikuti pelatihan pembuatan tempe yang digelar Rumah Tempe Indonesia (RTI), ia belajar cara membuat tempe yang higienis baik dari cara produksi maupun dari bahan-bahan yang digunakan.

ADVERTISEMENT

"Tapi ternyata pesaingnya itu luar biasa. Di Bandung itu cukup banyak ya produsen tempe, karena saya pernah survei juga, tetapi ada kelemahannya yakni higienitas (kebersihan)," ujarnya.

Berkaca dari hasil riset, Dede mencoba menjual tempe yang lebih higienis ke pasar tradisional. Pada tahap awal usahanya, ia tak langsung memproduksi tempe sendiri, tetapi bermitra dengan RTI di Bogor dan mengemas ulang dengan merk Kizz.

Evaluasi Kilat: Ubah Segmen Pasar

Ekspektasi tak sesuai realita, Dede pun harus mengernyitkan kening ketika tempe yang dipasarkannya tak dilirik oleh para pelanggan. Pasalnya, harga tempe yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan dengan tempe-tempe lainnya.

"Awal-awal iya susah menjual, ibu-ibu kan lebih mahal Rp 500 juga jadi dongeng. Ketika itu saya belum tahu segmen pasarnya, kita masih meraba-raba. Akhirnya coba segmen yang berbeda, masuk ke rumah makan, masuk ke supermarket supaya orang lebih mudah teredukasi dan cara ini berhasil," kenang Dede.

Evaluasi dan adaptasi pasar yang cepat, membuat bisnis yang dirintis Dede berkembang dengan cepat. Setengah tahun berlalu, akhirnya Dede mendirikan tempat produksi tempe yang berlokasi di Komp Bumi Harapan, Desa Cibiru Hilir, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Melihat proses pembuatan tempe agar terjaga kualitasnyaMelihat proses pembuatan tempe agar terjaga kualitasnya Foto: Yudha Maulana

"Kita konsepnya masih sama rumah produksi tempe yang higienis. Higienis dalam artian alat yang dipakainya higienis, tidak menggunakan drum. Air yang digunakan untuk proses produksi juga kita proses dengan teknologi seperti air minum isi ulang," katanya.

Tak puas dengan produksi tempe mentah, pada 2017 Dede melakukan diversifikasi produk dengan membuat keripik tempe yang diberi bumbu perasa. "Dari segi respon lebih bagus, kita terus ubah-ubah desain kemasannya agar berbeda dengan produk cemilan yang lain," katanya.

Media sosial juga berperan banyak dalam pemasaran produk keripik tempe Kizz. Lewat sistem reseller, jejaring pemasaran keripik ini telah mencapai ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Singapura, Malaysia dan Vietnam.

"Tahun 2018, saya juga di komunitas Forum Tempe Indonesia, bisa diberi kesempatan diundang ke Amerika. Keripik saya juga sampai ke Amerika, walau hanya sampel untuk pameran di sana," katanya.

Ingin memberikan produk yang berkualitas, tempat; proses produksi; dan produk dari Rumah Tempe Zanada ini telah mengantongi sertifikat Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) dari Komite Akreditasi Nasional (KAN). Keripik tempenya pun juga telah memiliki sertifikat Standar Negara Indonesia (SNI), dengan persyaratan acuan SNI 2602:2018.

Dalam jangka panjang, Dede memiliki visi bahwa rumah tempe yang dirintisnya bisa menjadi salah satu destinasi wisata edukasi bagi para pelajar, mahasiswa dan para calon wirausahawan untuk mengetahui secara detail proses pengolahan tempe dan manfaat kandungan gizi dalam tempe.

"Kami juga memiliki program tanggung jawab sosial berupa program Berbagi Tempe," katanya.

Pandemi Tak Surutkan Tekad Tembus Pasar Asia

Pandemi COVID-19 diakui Dede merupakan masa yang 'berdarah-darah' bagi pelaku UMKM. Harga bahan baku utama tempe, yaitu kedelai meroket. Sedangkan penjualan tempe mentah ke restoran dan hotel berkurang seiring dengan pembatasan yang dilakukan pemerintah di sektor usaha jasa dan pariwisata.

"Sebenarnya pada tahun 2020 dan 2021 ini masih sama berdarah-darah, kita sudah bisa bertahan di 2020 sudah alhamdulillah. Karena buat kita sih bahan baku, kedelai itu dari Rp 7.000-an per kilogram, naik menjadi Rp 10.000. Sudah naik 35 persen. Kita bertahan dengan mengatur cash flow, menggenjot penjualan, karena menaikkan harga tidak mungkin," ujar Dede.

Walau kondisi tengah sulit karena pandemi, Dede tak menyerah. Berbekal sertifikat HACCP dan SNI yang telah dikantongi, keripik produksinya dilirik oleh eksportir dari Taiwan. Tak tanggung-tanggung, eksportir tersebut memesan satu kontainer keripik.

"Di Taiwan saat ini sedang nego dan proses kurasi dulu. Kita sedang mengobrolkan tentang harga dan kapasitas pengiriman juga. Ekspor ini juga setelah kami mendapatkan pelatihan dari dinas dan sekolah ekspor yang digelar Kementerian Perdagangan," katanya.

Badan Sertifikasi Negara (BSN) Jawa Barat pun disebutnya berperan banyak di dalam memoles kegiatan usahanya sehingga menghasilkan produk yang layak ekspor, di samping perbaikan di aspek Good Manufacturing Process (GMP).

"Dengan SNI kita jadi lebih percaya diri dalam memasarkan produk itu, selain itu kita juga diberikan pendampingan," kata Dede.

Komitmen BSN Dorong UMKM Bangkit di Masa Pandemi

Kepala Kantor Layanan Teknis BSN Jawa Barat Hardiles menegaskan, BSN berkomitmen untuk mendorong UMKM kembali bangkit di masa pandemi COVID-19. Salah satunya dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk membuka potensi-potensi pasar bagi UMKM yang dibina.

"Ya kita koordinasi dengan Pemprov Jabar atau Pemkot Bandung ya di sini, seperti apa nih Free Trade Agreement (FTA) ini, misal minta dicarikan pasar, ini produk untuk ekspor, bisa tidak diberikan rekomendasi. Kira-kira UMKM yang dibina bisa tidak dicarikan pasarnya," ujar Hardiles.

Hardiles mengatakan, memang tidak mudah untuk mendapatkan sertifikasi SNI, karena harus ada penyesuaian yang harus dilakukan oleh pengusaha. Walau begitu, jika bisa memilikinya, tentu akan ada banyak manfaat yang bisa didapatkan.

"Kalau SNI ini kita lakukan pendampingan sampai dia dapat sertifikasi. Kemudian evaluasi dan harapan kita ada implikasi terhadap pendampingan kita ini. Pemasaran mereka jadi lebih banyak, jadi terus berkembang," katanya melanjutkan.

Hardiles mengatakan, UMKM jangan sungkan untuk bertanya terkait proses sertifikasi ini. Untuk tahun 2021 ini, ditargetkan BSN bisa melakukan pembinaan terhadap 60 UMKM di Jabar. "Tahun 2020 ini yang dibina ada sekitar 30, yang komit untuk mendapatkan SNI ini sekitar 30-an," katanya.

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum berharap sertifikat SNI, dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas dan keamanan produk. Maka itu, dia berharap BSN menyosialisasikan sertifikasi SNI kepada masyarakat, terutama pelaku UMKM dan Industri Kecil Menengah (IKM).

"Harapan kami ada promosi dari pihak BSN kepada masyarakat, dan promosi ini harus benar-benar digencarkan, sehingga seluruh pelaku ekonomi, khususnya UKM dan IKM bisa tahu ada (SNI) ini dan ingin produknya mendapatkan label SNI," ucap Uu dikutip dari laman jabarprov.go.id, 26 Februari 2020.

"Kemudian juga, harapan kami ke depan kalau sudah dapat SNI, para pengusaha itu harus ada keberanian untuk ekspor. Jangan sampai kita berkutat di Jawa Barat saja, sementara peluang untuk keluar negeri sudah ada," pungkas Uu.

Halaman 2 dari 3
(yum/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads