Cerita Petugas Penyekatan di Karawang yang Rela Tak Mudik Demi Tugas

Cerita Petugas Penyekatan di Karawang yang Rela Tak Mudik Demi Tugas

Yuda Febrian Silitonga - detikNews
Minggu, 16 Mei 2021 12:01 WIB
Mendengar cerita petugas penyekatan di Karawang yang rela tak mudik demi tugas
Mendengar cerita petugas penyekatan di Karawang yang rela tak mudik demi tugas (Foto: Yuda Febrian)
Karawang -

Usai menjaga tugas utama, di Terminal Cikarang, staminanya harus dipersiapkan kembali untuk tugas penjagaan di Pos Sekat Tanjungpura, Karawang.

Tepat pukul 19.00, dengan kuda besinya, ia lalu menuju Karawang, dan menjadi garda terdepan dalam penjagaan di Pos Sekat Tanjungpura.

Heri Supriatna (46), merupakan salah satu petugas yang kisahnya mungkin sama dirasakan oleh petugas pos penyekatan di seluruh wilayah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai gambaran bagaimana para petugas berjibaku mengemban tugas, sebagai penegak aturan larangan mudik. Heri, mendapatkan tugas Bawah Kendali Operasi (BKO) dari Dinas Perhubungan (Dishub) Jawa Barat, dari H-7 hingga H+7 larangan mudik.

"Saya BKO dari Dishub Jabar, berjaga dari awal pelarangan mudik, hingga usai," kata Heri saat diwawancarai di Pos Sekat Tanjungpura, Sabtu (15/5/2021) dini hari.

ADVERTISEMENT

Ia masuk dalam regu 3, yakni bertugas mulai pukul 20.00 sampai 8 jam sesuai aturan dalam tugas."Saya tugas 12 jam mas, bergantian dengan regu lainnya, dan saya kebagian regu 3, pada jam 8 malam," tutur pria yang lahir di Bulan September ini.

Selama dalam tugas, suka, dan duka selalu menyertainya, seperti halnya petugas lainnya. "Sukanya itu bisa punya banyak temen baru, dari berbagai satuan lainnya, dan dukanya itu, kalau misal di telpon oleh keluarga di rumah, suka kepikiran pulang," katanya seorang Tenaga Kerja Kontrak (TKK) di Dishub Jabar.

Lanjutnya, apalagi di saat melihat warga bersilaturahmi saat lebaran, rasa ingin bertemu keluarga seolah menarik empati jiwanya untuk pulang.

"Apalagi kalau liat orang-orang berangkat silaturahmi ke sanak keluarga, rasa di hati saya bergejolak, seolah ingin melunturkan niat saya untuk bertugas, dan pulang ke kampung," tutur pria yang berasal dari Garut.

Selama menjadi petugas, ia tinggal di mes terminal Cikarang, di ruang kamar yang sederhana itu, ia terkadang menghabiskan waktu untuk menelpon orang tuanya.

"Paling untuk mengobati rindu, di sela-sela istirahat di mes suka telepon ibu sama anak-anak saya, agar mereka juga tidak khawatir," akui pria yang memiliki dua anak ini.

Bukan hanya itu, ia juga tidak pernah telat untuk selalu menjaga stamina tubuhnya, dengan minum jamu, sebelum bertugas.

"Alhamdulillah, selama bertugas dari awal penyekatan, badan gak pernah kena sakit, karena saya suka diingetin sama keluarga agar minum jamu, sebelum bekerja," ungkapnya.

Ia juga mengakui, menghadapi para pemudik selama bertugas sangat menguji emosional dirinya."Kalau tidak bisa terkontrol, terkadang emosi ini terpancing untuk membentak, ataupun memarahi pemudik yang ngotot ingin diloloskan, tapi saya juga harus berpikir tetap tenang, dan positif, karena emosi bukan jalan yang baik untuk menenangkan pemudik," tuturnya.

Hingga saat ini, ia tetap bertugas bersama TNI, kepolisian, Satpol PP, dan petugas lainnya. Meski, dalam hati kecilnya, ingin bertemu kedua orang tuanya, di Garut, dan bisa jalan-jalan saat liburan lebaran tiba.

"Niat hati kecil saya tidak akan bisa dibohongi, pasti rindu keluarga, tapi demi tugas, dan ini bagian dari solusi pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid, saya rela menguburkan niat hati kecil saya untuk sementara," tandasnya.

Kisah Heri pun sama, seperti yang dialami Aiptu Suhera Darmawati, Polisi Wanita (Polwan) anggota Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Karawang, ia pun bertugas, masuk dalam regu 3, namun yang membedakannya adalah, Suhera merupakan seorang Ibu yang memiliki 3 anak. Selama bertugas, ia harus bisa membagi waktu mengurusi ketiga anaknya, dan melayani suaminya.

"Paling suka, dukanya itu saat saya harus mampu membagi waktu dengan keluarga sebelum bertugas, seperti menyiapkan makan untuk suami, dan anak-anak, kemudian saya baru berangkat," kata Suhera yang lahir tahun 1978 ini.

Sementara, saat mengobati rindu, di sela-sela waktu senggang ia terkadang menelepon, dan video call.

"Kalau ada kesempatan saya telepon atau video call dengan suami dan anak-anak," katanya.

Di pos penyekatan Tanjungpura, ia bertugas mengarahkan para pemudik untuk rapid test, terkadang juga memberikan konsuling.

"Saya tugasnya mengarahkan para pemudik yang memang perlu dirapid tes, juga terkadang saya juga berikan konsuling terhadap para pemudik, yang memang membutuhkan sharing, dalam menenangkan emosinya selama perjalanan," ungkanya.

Dalam menghadapi pemudik, ia mencoba memperlakukannya seperti saudara."Saya coba meredam, menenangkan, para pemudik, dengan menjadi pendengar yang baik saat pemudik emosi, dan kemudian memberikan nasehat agar mendinginkan emosi yang membara-bara," terang wanita yang sudah bertugas menjadi Polwan selama 24 tahun ini.

Beruntung, kata dia, suami yang seorang polisi juga akhirnya memahami kondisi, dirinya yang memiliki dua tanggungjawab.

"Alhamdulillah, suami memang polisi juga, jadi mengerti, kondisi saya, disamping menjadi seorang istri, tapi juga menjadi polisi yang harus siap saat ditugaskan," tandasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads