Jasad seorang pria ditemukan di dalam sebuah kamar penginapan di Garut, Jabar. Diduga, pria tersebut meninggal akibat COVID-19. Hari yang sama, di Kota Intan itu polisi juga memutar balik kendaraan yang masuk tanpa membawa surat bebas COVID-19.
Nursanah (50) hanya bisa meringis kesakitan di tempat tidurnya. Warga Cimanggu, Pandeglang, Banten ini mengalami hal aneh lantaran setengah kulit tangan bagian kirinya tiba-tiba membusuk dan berubah warna menjadi hitam gelap.
Masih ada sederet berita menarik lainnya di Jabar-Banten hari ini, berikut ulasannya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi Putar Balik Kendaraan yang Masuk Garut Tanpa Bawa Surat Bebas COVID-19
Polisi mulai melakukan penyekatan di perbatasan Kabupaten Garut. Puluhan mobil terpaksa diputarbalikkan lantaran tidak membawa kelengkapan syarat jalan.
Rabu (28/4/2021) siang, sejumlah kendaraan yang melintas di Jalan Raya Kadungora-Leles terpaksa harus balik kanan setelah petugaa memutarbalikkan mereka.
Kanit Turjawali Polres Garut Ipda Budiman mengatakan, mobil-mobil yang diputarbalikan lantaran para penumpangnya tidak membawa keterangan hasil Rapid Test Antigen.
"Selama melaksanakan kegiatan ini, ada puluhan yang terpaksa kita putarbalikan. Hari ini juga lumayan banyak. Mereka tidak membawa keterangan yang menyatakan bebas COVID-19," ucap Budiman kepada wartawan, Rabu (28/4/2021).
Budiman menjelaskan, penyekatan yang dilakukan pihaknya masih cukup longgar. Di mana, para petugas hanya memutarbalikan kendaraan yang para penumpangnya tidak membawa surat keterangan bebas COVID-19.
Namun, kata Budiman, penyekatan akan mulai ditingkatkan lagi tanggal 6 Mei 2021 mendatang. Seluruh moda transportasi berpelat nomor selain Garut akan jadi perhatian petugas.
"Seperti tadi ada yang kita putar balikan dari Jakarta, Lampung, Bali," katanya.
Selain di kawasan Kadungora, petugas juga melakukan penyekatan di kawasan jalur Limbangan-Malangbong.
Di lokasi tersebut, petugas juga menemukan banyak pelanggar prokes dan pengendara yang tidak membawa keterangan bebas Corona.
Budiman menambahkan, dalam kegiatan penyekatan ini, pihaknya sudah menyiapkan sebanyak 12 pos penyekatan yang tersebar di sejumlah titik di Kabupaten Garut.
4 titik di antaranya diketahui berada di kawasan Limbangan-Malangbong serta Leles-Kadungora. Sedangkan 8 titik lain berada di kawasan perkotaan.
"Kami mengimbau agar masyarakat lebih baik menunda mudiknya agar penyebaran virusCOVID-19 bisa diminimalisir," tutup Budiman.
Wagub Jabar Tegaskan Tak Ada Dispensasi Mudik Bagi Santri
Pemprov Jawa Barat tak akan memberikan dispensasi bagi santri pada masa larangan mudik 6-17 Mei 2021. Hal itu ditegaskan oleh Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum.
Uu mengatakan, hingga saat ini pun belum ada aturan tertulis dari pemerintah pusat.
"Belum ada aturan baru dari pemerintah soal larangan mudik. Artinya, santri juga harus mengikuti aturan tersebut," kata Uu dalam keterangannya di Indramayu, Rabu (28/4/2021).
"Kami fatsun kepada pemerintah pusat. Selagi belum ada aturan baru. Kami tetap menggunakan aturan konsep lama, artinya tetap dilarang mudik," imbuhnya.
Pada masa normal, ujar Uu, biasanya santri diliburkan pada hari ke-20 Ramadan. Pesantren memadatkan jadwal belajar agar santri bisa pulang lebih awal.
Sementara bila santri baru diliburkan pada 20 Ramadan maka akan sangat berdekatan dengan tanggal 6 Mei 2021.
Maka sebelum tanggal 6 Mei 2021, Uu menyarankan pengelola pesantren mulai memikirkan kepulangan santri dari sekarang.
Pasalnya, ujar Uu, sebelum tanggal 6 Mei baru sebatas pengetatan persyaratan pelaku perjalanan. Sehingga perjalanan dalam negeri masih diperbolehkan dengan syarat- syarat tertentu.
"Jadi santri yang mau pulang silakan sebelum tanggal 6 Mei, tapi sertakan surat keterangan bebas COVID-19," ucapnya.
Sebelumnya, usulan dispensasi bagi santri ini mengemuka dari Wapres Ma'ruf Amin. Walau begitu, itu baru sebatas usulan karena pemerintah pusat belum mengeluarkan aturan resmi terkait hal tersebut.
"Kami menyesalkan banyak informasi dimedsos beredar, seolah memperbolehkan mudik, seolah presiden bicara. Kalau enggak baca beritanya, jadi seolah membolehkan, padahal tidak," katanya.
Warga Bandung Diimbau Salat Ied di Rumah
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau warga melaksanakan salat Idul Fitri di rumah bersama keluarga. Wali Kota Bandung Oded M Danial pun sepakat dengan imbauan tersebut.
"Itu sudah kita imbau. Sesuai dengan arahan MUI kan sama seperti itu," kata Oded menegaskan kembali setelah Rapat Koordinasi Nasional secara virtual di Pendopo Bandung, Jalan Dalem Kaum, Rabu (28/4/2021).
Meski Kota Bandung saat ini dalam tingkat kewaspadaan zona kuning, kewaspadaan terhadap kerumunan masih jadi kekhawatiran. "Kenapa? Karena ada kekhawatiran terjadi kerumunan dan pergerakan yang bebas. Mudah-mudahan saya kira warga Kota Bandung bisa memahami itu semua," ujar Oded menambahkan.
Dia mengajak masyarakat dapat mengikuti imbauan salat Idul Fitri di lokasi yang dekat dengan rumah. "Iya di lingkungan RT (Rukun Tetangga)," tutur Oded.
Sebelumnya diketahui, kasus penyebaran virus COVID-19 di Indonesia saat ini masih terjadi. MUI meminta masyarakat tidak mudik dan mengimbau warga agar melaksanakan salat Idul Fitri di rumah bersama keluarga.
"Soal bagaimana persiapan kita menjelang Lebaran, tentu ada dua, ada terkait mudik dan kedua adalah salat Idul Fitri. Sekali lagi, salat Idul Fitri in karena akan menimbulkan kerumunan, karena akan menimbulkan kelompok masyarakat yang berbondong-bondong menuju lapangan, maka kita utamakan untuk sekali lagi salat Idul Fitri di rumah bersama keluarga, terutama yang sudah dinyatakan masih (zona) merah," ujar Sekjen MUI Amirsyah Tambunan melalui siaran video di channel YouTube BNPB, Jumat (23/4).
Amirsyah menjelaskan, imbauan agar melaksanakan salat Idul Fitri di rumah semata-mata untuk mencegah penularan COVID-19. Selain itu, menurutnya, silaturahmi bisa dilakukan dengan cara virtual.
Mayat Pria Pegang Surat Antigen Positif COVID-19 Ditemukan di Penginapan Garut
Jasad seorang pria ditemukan di dalam sebuah kamar penginapan di Garut, Jabar. Diduga, pria tersebut meninggal akibat COVID-19.
Penemuan jasad pria yang diketahui berinisial Y itu ditemukan di dalam kamar salah satu penginapan yang berada di Kecamatan Tarogong Kidul, Rabu (28/4/2021) dini hari.
"Betul, tadi jam 2," ucap Kasat Reskrim Polres Garut AKP M. Devi Farsawan saat dikonfirmasi, Rabu.
Berdasarkan pantauan detikcom di lokasi, jasad tersebut ditemukan dalam keadaan terlentang dan tertutup selimut. Y diduga kuat meninggal akibat virus COVID-19.
Devi mengatakan, berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) ditemukan sepucuk surat hasil pemeriksaan Rapid Test Antigen yang dijalani korban beberapa waktu lalu.
"Ada surat Rapid Test Antigen yang isinya positif," katanya.
Petugas berpakaian APD kemudian terlihat mengevakuasi jasad korban sekira pukul 02.00 WIB.
Devi mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan Tim Satgas COVID-19 Garut untuk memastikan penyebab tewasnya korban.
"Diserahkan teknisnya kepada Satgas COVID-19," tutup Devi.
Jasad pria itu pertama kali ditemukan oleh sejumlah karyawan yang curiga lantaran Y tidak merespons saat dipanggil.
Pegawai yang penasaran kemudian membuka pintu kamar dan menemukan pria itu meninggal dunia.
Cerita Pilu Wanita di Pandeglang yang Tangannya Membusuk Tak Bisa Berobat
Nursanah (50) hanya bisa meringis kesakitan di tempat tidurnya. Warga Cimanggu, Pandeglang, Banten ini mengalami hal aneh lantaran setengah kulit tangan bagian kirinya tiba-tiba membusuk dan berubah warna menjadi hitam gelap.
Kepada detikcom, Sarnati (35) anak Nursanah mengatakan bahwa ibunya itu tadinya hanya mengeluh sakit pinggang sekitar 4 bulan yang lalu. Setelah dibawa ke klinik dan diberi obat, keluhan itu akhirnya hilang hingga sang ibu bisa beraktivitas kembali seperti biasa.
"Tadinya cuma sakit pinggang sampai enggak bisa duduk, terus kita bawa ke klinik. Kata dokter waktu itu tulang punggungnya keropos, tapi setelah diobatin langsung sembuh bahkan bisa jalan lagi," katanya saat dihubungi di Pandeglang, Banten, Selasa (27/4/2021).
Sebulan setelah kejadian itu, Sarnati mengaku ibunya malah mengalami hal aneh. Tangan kiri Nursanah tiba-tiba terkelupas sendiri yang dia sebut seperti luka bekas siraman air panas.
Karena tidak memiliki biaya untuk berobat lagi, penanganan Nursanah hanya dilakukan melalui bidan desa setempat. Namun lama-kelamaan, kondisi tangan yang dialaminya itu malah makin memburuk hingga terjadi pembusukan dan berubah warna menjadi hitam gelap.
"Tiba-tiba tangannya begitu, kulitnya luarnya udah enggak ada. Sekarang timbul kulit baru, tapi membusuk dalamnya, kalau luarnya mah kering," ujarnya.
"Tiga bulan ini enggak dibawa lagi a, enggak punya biaya. Paling cuma disuntik doang sama bidan, tadi siang juga ada dokter puskesmas ngecek, katanya harus dibawa ke rumah sakit. Tapi mau gimana, BPJS enggak ada, buat biaya pengobatannya juga enggak ada," ungkapnya.
Meski mengalami hal aneh, Sarnati ingat sebelum tangan kiri ibunya membusuk, ayahnya Asbu sempat menemukan 3 ular tanah dalam waktu yang berbeda dan memotongnya hingga menjadi dua bagian. Keluarga ini pun sempat percaya sakit yang dialami Nursanah itu masih berhubungan dengan kejadian tersebut.
Kejadian pertama dialami suami Nursanah ketika menggembala kambing di kebun. Saat itu, Asbu kaget lantaran menemukan ular tanah yang mau mendekatinya hingga ia memotongnya menjadi dua bagian.
Sementara dua kejadian lainnya, dialami Asbu rumahnya sendiri. Pertama ular itu ditemukan di dekat kamar mandi dan yang terakhir di dekat pintu belakang rumahnya. Nasib kedua ular itu pun berakhir dengan kondisi yang sama, yaitu dipotong menjadi dua bagian karena khawatir malah membahayakan ke anggota keluarga.
"Kalau kata dukun mah si ularnya enggak terima gitu, udah mah dibunuh terus enggak dikubur. Kesannya dendam gitu larinya ke raga mamah saya," katanya.
"Itu kata dukun setelah bapak motong ular jadi dua. Lukanya juga memang kayak digigit sama ular, tapi itu bukan karena digigit sama ular itu mah a, enggak mungkin sama ular juga" tuturnya.
Sarnati mengaku saat ini sedang mengurus kartu BPJS untuk Nursanah supaya bisa dibawa berobat ke rumah sakit. Ia berharap ibunya bisa segera ditangani dan bisa sembuh dari penyakit aneh tersebut.
"BPJS-nya lagi diproses a, tadi sudah minta tolong supaya diurusin. Soalnya kalau mau berobat biasa enggak ada biaya, mamah cuma ibu rumah tangga sementara bapak cuma kerja serabutan tergantung ada yang ngajak kerja," pungkasnya.