Cerita Warga yang Kini Sulit Temukan Kelomang di Pantai Pangandaran

Cerita Warga yang Kini Sulit Temukan Kelomang di Pantai Pangandaran

Faizal Amiruddin - detikNews
Selasa, 23 Mar 2021 09:00 WIB
Penjual kelomang di Pangandaran
Penjual kelomang di Pangandaran (Foto: Faizal Amiruddin/detikcom).
Pangandaran -

Populasi kelomang di sekitar pantai Pangandaran ditengarai kian menipis. Satwa yang juga disebut hermit crabs ini sudah sulit ditemui. Bahkan di pantai pasir putih yang dulu dikenal sebagai habitat kelomang di Pangandaran, kini sudah sulit ditemukan. Kalau pun ada ukurannya masih kecil-kecil.

"Di Pangandaran sudah sulit, kalau pun ada masih kecil-kecil. Lagi pula kalau di Pangandaran ada larangan mengambil kelomang liar," kata Juhana (58) pedagang kelomang di Pantai Timur Pangandaran, Selasa (23/3/2021).

Kelomang yang dijual oleh Juhana sendiri, didatangkan dari daerah Lampung melalui pengepul yang ada di Bekasi. "Kelomang dagangan saya asalnya dari Lampung. Beli dari bandar di Bekasi," kata Juhana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juhana yang juga merupakan warga Pangandaran mengatakan menurunnya populasi kelomang di Pangandaran dirasakan sejak terjadi tsunami pada tahun 2006 lalu. Dia menduga, populasi kelomang di pantai Pangandaran berkurang drastis karena bencana tersebut. "Terasa hilangnya sejak tsunami, kelomang jadi sulit dicari," kata Juhana.

Sejak saat itu pihak pemerintah dan LSM lingkungan hidup banyak yang berusaha meningkatkan populasi kelomang di Pangandaran. Ratusan kilogram kelomang dilepasliarkan di sekitar Cagar Alam Pangandaran.

ADVERTISEMENT

"Dulu sempat 3 kuintal kelomang dilepasliarkan. Lalu ada juga komunitas pecinta kelomang yang pesan 50 kilogram ke saya, lalu dilepasliarkan. Sejak saat itu juga, ada imbauan agar wisatawan tak menangkap kelomang dari Pasir Putih Pangandaran," papar Juhana.

Juhana mengaku sudah belasan tahun menjual kelomang di Pangandaran. Banyak wisatawan, terutama anak-anak yang ingin memelihara satwa pemilik 10 kaki ini.

"Kelomang ini umurnya panjang. Bisa mencapai 30 tahun kalau di alam bebas, kalau dipelihara bisa sampai 20 tahun. Pakannya sisa buah-buahan atau sayuran. Mentimun, semangka, wortel itu kesukaannya," kata Juhana.

Kelomang memiliki banyak jenis. Kebanyakan dibedakan dari warna kakinya. "Ada kelomang bule yang kaki putih, ada kelomang kaki hitam, kaki ungu dan yang mahal ada kaki merah. Yang paling umum kelomang kaki hitam," kata Juhana seraya mengatakan kelomang berukuran kecil dia jual Rp 5 ribu dan yang berukuran besar Rp 10 ribu per ekor.

Selain dijadikan peliharaan, menurut Juhana kelomang juga memiliki khasiat obat. Menurut pengalaman Juhana, kelomang ampuh menyembuhkan penyakit asma. "Caranya rumahnya digeprek. Ambil kelomangnya lalu dibakar sampai kering. Dibubukan, lalu diminum dicampur dengan teh. Saya tahu itu dari seorang wisatawan," kata Juhana.

Dia lalu mencoba membuktikan khasiat itu kepada anaknya yang sering sakit asma dan terbukti manjur. "Anak saya itu diajak suaminya tinggal di Lembang Bandung. Disana kan cuacanya dingin, asmanya sering kambuh. Saya coba kasih kelomang, 3 kali minum sembuh," kata Juhana.

Juhana juga mengaku pernah memberikan ramuan itu kepada seorang pasien asma di RSUD Banjar. "Waktu saudara saya dirawat di RSUD Banjar, ada yang sakit asma. Saya sarankan diobati oleh kelomang, sembuh. Sampai sekarang orangnya jadi sering main ke Pangandaran, sudah seperti saudara," kata Juhana.

Simak juga 'Dulu Ribuan Kelomang di Banten':

[Gambas:Video 20detik]



(mso/mso)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads