Miris! Kakek Difabel Huni Gubuk Belakang Kantor Desa di Pandeglang

Miris! Kakek Difabel Huni Gubuk Belakang Kantor Desa di Pandeglang

Rifat Alhamidi - detikNews
Minggu, 21 Mar 2021 15:47 WIB
Kakek difabel di Pandeglang huni gubuk belakang kantor desa
Kakek difabel di Pandeglang huni gubuk belakang kantor desa (Foto: Rifat Alhamidi)
Pandeglang -

Seorang kakek penyandang disabilitas harus tinggal sendirian di sebuah gubuk di belakang Kantor Desa Kertajaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten. Ia terpaksa menetap di sana lantaran tak punya tempat tinggal meski hanya untuk sekedar berteduh hingga istirahat melepas lelah.

Namanya adalah Masrip. Pria berumur 50 tahunan itu sejak kecil telah memiliki kekurangan. Akibatnya, kakek yang akrab disapa Abah Masrip ini tak bisa berbicara dengan fasih, bahkan tangan dan kakinya juga tidak berfungsi secara normal lantaran sakit panas yang dideritanya pada saat berusia sekira 5 tahun.

Meski begitu, semangat Abah Masrip masih tetap menggebu-gebu. Saat ditemui wartawan di gubuk berukuran tak lebih dari 2x2 meter, dia bahkan masih antusias menceritakan pengalaman hidupnya meskipun dengan nada bicara yang terbata-bata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Geus kebel didieu. Ilu numpang kana batur (Tinggal di sini udah lama. Cuma dari dulu menumpang ke orang lain)," kata Masrip mengawali perbincangannya bersama detikcom, Minggu (21/3/2021).

Masrip sebenarnya lahir di desa seberang yang cukup jauh dari tempatnya saat ini. Dia merupakan anak bungsu dan hanya memiliki seorang kakak perempuan dengan kondisi ekonomi yang juga hidup serba kekurangan.

ADVERTISEMENT

Dia kemudian berpindah ke Desa Kertajaya lantaran diterima tinggal di sana. Dua bulan terakhir, warga setempat secara swadaya membangun gubug berukuran 2x2 meter supaya Abah Masrip tak kesulitan jika ingin beristirahat.

"Aya teteh, kuari di ditu di barat. Didieu sorangan doang, teu boga pamajikan jeng anak (Kalau teteh ada, sekarang tinggal di barat-menunjuk arah kampung seberang tempat tinggal kakak perempuannya- Saya di sini sendirian, enggak punya istri sama anak)," ujarnya.

Meski hidup serba kekurangan, Abah Masrip tak pernah mengeluh. Dia bahkan masih kuat berkeliling desa hanya untuk mencari barang rongsokan yang bisa dia jual lagi ke orang lain. Dalam sehari, Abah Masrip mengaku bisa mendapat uang Rp 10 ribu dari hasil memungut rongsokan itu.

"Lumayan jeung jajan," ucapnya singkat.

Karena rutinitasnya itu, Abah Masrip tak jarang harus pulang hingga tengah malam. Warga di sana pun selalu khawatir dan mencemaskan kondisi Abah Masrip.

"Mun peuting sok bari nganjang. Atuh abah geh hayang kana bikang (Kalau malem itu suka sambil ngapel. Kan abah juga masih mau sama perempuan)," ungkap Abah Masrip diselingi gelak tawa warga setempat yang saat itu ikut nimbrung di gubuknya.

Abah Masrip merupakan salah satu warga Pandeglang yang luput dari perhatian pemerintah. Pasalnya, dia belum pernah merasakan bantuan apapun dari instansi terkait.

Simak juga 'Viral, Pria di Ternate Tendang Kakek Tukang Sol dengan Gaya Kungfu!':

[Gambas:Video 20detik]



Usut punya usut, masalah ini terjadi karena Abah Masrip hingga kini belum punya KTP. Padahal, menurut pengakuannya, Abah Masrip sudah lama mengajukan pembuatan identitas kependudukan itu, namun sampai sekarang tak kunjung selesai.

"Engges kebel. Abah ges pernah poto sagala, tapi teu jadi-jadi (Udah buat dari lama. Abah udah pernah dipoto segala, tapi enggak pernah jadi-jadi KTP-nya)," ucapnya.

Untungnya, warga sekitar masih peduli terhadap keberadaan Abah Masrip. Selain membuat gubuk sederhana, setiap hari warga juga sering mengantarkan makanan untuk Abah Masrip.

"Aya nu mere dahar mah, ieu geh rokok menang ti polisi. (Ada yang ngasih kalau mau makan mah, ini juga rokok dapat dari polisi, ada yang ngasih)," katanya.

Sementara, salah satu warga setempat, Jumiyati menjelaskan, sebelum tinggal di gubuk itu, Abah Masrip tadinya menetap di rumah warga yang berada di kampung tetangga. Namun dua bulan lalu, dia datang ke sini karena ada kerabatnya yang mau merawat.

"Abah pingin pindah ke sini karena ada warga yang masih keluarga. Akhirnya dibuatin tempat sama warga supaya Abah bisa istirahat," katanya.

Jumiyati mengaku, warga kerap melarang Abah Masrip supaya berhenti mengambil rongsokan karena kondisinya yang sudah renta dan penyandang disabilitas. Namun, Abah Masrip tetap memaksa lantaran tak mau merepotkan orang lain.

"Sebenarnya udah dilarang ngambil rongsokan, karena kan cape udah tua. Tapi tetap saja, katanya kalau enggak ngambil rongsokan nggak bisa jajan," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(mud/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads