Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat dan Banten, Senin (15/3/2021). Dari mulai geger video mesum anak di bawah umur 'Parakan 01' hingga elektabilitas AHY hingga Ridwan Kamil naik.
Berikut rangkuman beritanya:
Geger Video Mesum 'Parakan 01', Sejoli yang Terlibat Dapat Trauma Healing
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejoli yang mesum di tempat bertembok 'Parakan 01' di Kabupaten Serang, Banten yang diketahui masih di bawah umur langsung mendapatkan penanganan khusus untuk dilakukan trauma healing.
Penanganan trauma healing itu dilakukan puskesmas dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Serang.
Camat Jawilan Agus Saepudin mengatakan muda-mudi yang direkam tengah mesum itu berstatus pelajar di Kabupaten Serang. Keduanya mendapatkan konseling lantaran trauma akibat videonya tersebar luas ke publik.
"Sekarang ini sedang di rumah korban pengurus PKK, puskesmas dan P2TP2A. Fokus kita ke korban anak yang perempuan untuk melakukan pendampingan untuk trauma healing," ucap Agus dihubungi detikcom.
Tim pendampingan datang mempertimbangkan kondisi psikis anak yang masih di bawah umur. Ia juga sudah memberikan pesan kepada pihak keluarga mengenai hal-hal tersebut.
Agus menyayangkan ulah warga yang merekam perbuatan mesum sejoli itu hingga videonya menyebar. Ia berharap semua orang berhati-hati dalam menggunakan media sosial karena ada konsekuensi hukum.
"Mestinya waspada dan hati-hati dalam penggunaanmedsos, kalau kaitannya dengan viral kan sudah ada ketentuan undang-undangnya, termasuk kaitan kasus itu sudah ranah kepolisian," kata Agus.
MuI tegaskan, ritual bugil yang dilakukan kelompok 'Hakekok Balakasuta' disebuah rawa menyita perhatian publik di Karang Bolong, Pandeglang, Banten kegiatan menyimpang.
Dalam kejadian ini, ada 10 ajaran yang dipercaya oleh aliran 'Hakekok Balakasuta' yang dipimpin seorang pria bernama Aryani atau Arya (52) di Pandeglang, yakni antara ajarannya, aliran ini lebih mengedepankan para pengikutnya untuk percaya terhadap ketuanya yang mereka sebut sebagai 'Ama Sepuh' ketimbang Allah dan nabi.
MUI Pandeglang menyebut kelompok 'Hakekok' mengubah syahadat dan tidak mewajibkan salat lima waktu. "Syahadat saja mereka ubah dan tidak mewajibkan salat. Ya aliran ini memang sudah jauh menyimpang dari Syariat Islam karena memiliki keyakinan yang bertentangan dengan ajaran agama," kata Ketua MUI Pandeglang Tubagus Hamdi Maani kepada detikcom saat ditemui di Pandeglang.
Kepercayaan mereka ini pun harus diucapkan sebagai bentuk pengakuan layaknya dua kalimat syahadat dalam Islam. Namun, pemimpin dan pengikutnya mengubah dua kalimat syahadat dengan menambahkan kepercayaan kepada Ama Sepuh.
Selain itu, kelompok 'Hakekok' tidak mewajibkan pengikutnya zakat fitrah. Namun, pemimpinnya tetap mewajibkan pengikut untuk ibadah puasa di bulan Ramadan seperti umumnya dilaksanakan umat Islam.
Sementara, ritual rutin kelompok 'Hakekok' selalu digelar setiap bulan di hari Minggu Wage. Kegiatan mereka selalu diisi dengan pembacaan kidung dari kitab berjudul 'Kitab Domek' yang dipimpin langsung oleh 'Ama Sepuh' atau pemimpin aliran 'Hakekok' yaitu Arya.
Dalam ajarannya, aliran 'Hakekok' juga menjamin pengikutnya akan menjadi kaya raya. Jika ada pengikutnya yang keluar dari lingkaran kelompok ini, mereka percaya suatu saat akan terjadi bencana yang dahsyat.
"Memang sudah lama, cuma kegiatan mereka ini dulu tertutup sehingga enggak banyak yang tahu. Kegiatan mereka baru mencuat karena melakukan ritual mandi bareng itu yang akhirnya dipermasalahkan," ujar Hamdi.
Hamdi menyebut, dalam ajarannya, Ama Sepuh menjanjikan pengikutnya akan menjadi kaya raya. Jika ada pengikutnya yang keluar dari lingkaran kelompok ini, mereka percaya suatu saat akan terjadi bencana yang dahsyat.
"Secara kepercayaan, aliran ini memang sudah jauh menyimpang dari ajaran Syariat Agama Islam," sebutnya
MUI pun menyebut sudah pernah membina kelompok menyimpang ini sejak tahun 1980-an. Namun, kegiatan mereka akhirnya kambuh lagi dan akhirnya menyita perhatian publik akibat ritual mandi bugil bareng di sebuah rawa, Desa Karang Bolong, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (11/3) siang.
Lantaran membuat resah, 16 orang itu dibawa ke kantor polisi untuk dilakukan pembinaan. Belakangan, mereka pun sudah menyatakan tobat dan mau kembali ke ajaran syariat Islam setelah menghadap tokoh kharismatik asal Pandeglang, Abuya Muhtadi.
"Memang aliran itu sudah lama adanya, sudah pernah dibina olehMUI dankiyai setempat. Tapi, dulu tertutup sehingga enggak banyak yang tahu. Dulu udah baik dan kondusif, sekarang malah kumat lagi dan akhirnya dipermasalahkan karena mandi bareng itu," ujarHamdi.
Ditemukan bekas cekikan di leher wanita berambut pirang berinisial DW (29) yang ditemukan tewas di depan rumah kosong di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
"Lehernya ada bekas cekikan," kata Kapolres Karawang AKBP Rama Samtama Putra saat ditemui di RSUD Karawang.
Jasad wanita tersebut diketahui pertama kali oleh warga yang melintas Jalan Raden Rubaya, Kelurahan Karangpawitan, Kecamatan Karawang Barat, Senin pagi, pukul 06.00 WIB. Pelaku pembunuhan diduga sengaja membuat mayat DW di tepi jalan atau samping gerbang rumah kosong.
Sejumlah barang bukti sudah diamankan polisi. Kasus ini tengah diselidiki Polres Karawang untuk mencari siapa pelakunya.
"Jadi barang buktinya yang dikumpulkan, ada handphone, jam tangan, perhiasan seperti anting, dan juga pakaian yang dikenakannya. Kami tengah mendalami terus kasus dugaan pembunuhan terhadap DW. Saat ini tim tengah mengambil keterangan pihak keluarga," tutur Rama.
Keluarga terkejut dengan kematian ibu satu anak tersebut. Pihak keluarga sudah mendatangi RSUD Karawang untuk melihat jenazah Diah.
Selama ini Diah dikenal sebagai sosok yang baik dan menyayangi orang tuanya. "Dia itu anaknya baik, suka ngasih duit ke orang tuanya. Orangnya ramah dan sopan," ucap Nurjaya (45), paman Diah, saat dihubungi via sambungan telepon.
Sebagai perwakilan keluarga Diah, Nurjaya berharap polisi bisa mengungkap kasus ini dan menangkap pelaku pembunuhan. "Usut tuntas kasusnya. Tangkap dan penjarakan pelakunya," kata Nurjaya.
Polisi menetapkan pengemudi bus maut di Kabupaten Sumedang menjadi tersangka. Namun, polisi mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) lantaran sopir bus itu meninggal dalam kecelakaan tersebut.
"Penetapan tersangka, sopirnya kita kenakan Pasal 310 (Undang-undang Lalu Lintas)," ujar Direktur Lalu Lintas Polda Jabar Kombes Eddy Djunaedi.
Total korban tewas insiden kecelakaan ini berjumlah 29 orang. Eddy tak menjelaskan rinci terkait pasal detail yang dikenakan kepada sopir tersebut. Adapun pasal itu sendiri berbunyi :
"Pengemudi kendaraan bermotor yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban luka, baik luka ringan maupun luka berat, atau meninggal dunia diancam dengan sanksi pidana sebagaimana diatur Pasal 310 ayat (2), (3), dan (4) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
(2) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).
(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(4) Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
Kendati demikian, Eddy mengatakan sopir yang diketahui berinisial YA ini ikut menjadi korban meninggal dalam insiden tersebut.
"Tapi karena sopirnya meninggal dunia, jadi kita SP3," kata Eddy.
Selain itu, polisi turut memeriksa sejumlah saksi berkaitan kecelakaan maut ini. "Ada 10 sampai 15 orang (saksi)," ujar Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Erdi A Chaniago di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Senin (15/3/2021).
Erdi menuturkan pihak-pihak yang dimintai keterangan terdiri dari saksi di TKP hingga korban yang selamat. Mereka diminta keterangannya berkaitan dengan insiden tersebut.
"Ini (saksi) termasuk dari korban yang sehat, kemudian ada beberapa saksi yang melihat dan sebagainya," tutur dia.
Kecelakaan maut terjadi di Tanjakan Cae, Wado, Kabupaten Sumedang, Rabu (10/3) malam. Bus yang mengangkut puluhan penumpang tersebut masuk ke jurang. Tercatat 29 orang meninggal, Sementara puluhan korban lainnya mengalami luka-luka.
Elektabilitas Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai calon presiden (capres) meningkat pesat dalam survei yang dilakukan Indonesia Elections & Strategic (IndEX) Research. Selain itu, elektabilitas Gubernur Jabar Ridwan Kamil juga ikut naik.
Elektabilitas AHY naik dari 2,8 persen pada Februari 2020 lalu menjadi 7 persen pada Maret 2021.P Penelitidari IndEX Research Hendri Kurniawan mengatakan terdongkraknya elektabilitas AHY dikarenakan kisruh yang menerpa Partai Demokrat (PD).
Isu penggulingan AHY dan posisinya sebagai pihak yang diserang mendulang simpati dari publik. "Kisruh kemarin yang menerpa Demokrat, memengaruhi elektabilitas AHY, dalam tanda kutip (pihak) yang dizolimi. Kemudian diangkat juga persoalan Demokrat itu, ya publik menyorot ke AHY, popularitas dan elektabilitas otomatis terderek, apalagi posisisnya dalam tanda kutip terzolimi," kata Hendri saat dikonfirmasi detikcom.
Dilihat dari tren elektabilitas tokoh dari Februari 2020-Maret 2021, sedianya elektabilitas mengalami penurunan pada pertengahan tahun 2020. Namun, elektabilitasnya cenderung meningkat memasuki awal tahun 2021.
Berkat hal itu lah, AHY menduduki posisi empat besar setelah Prabowo Subianto (20,4%), Ridwan Kamil (14,1%) dan Ganjar Pranowo (13,5%). Sementara di posisi kelima ditempati Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dengan 6,8%.
Hal sebaliknya, kata Hendri, elektabilitas Moeldoko sebagai pihak yang mengkudeta Demokrat hanya meraih elektabilitas di bawah 1%, yakni 0,4%.
"Memang elektabilitas masih kalah dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain yang basicnya pejabat di pemerintah seperti Ridwan Kamil, Ganjar dan Anies. Mereka relatif disorot publik karena posisinya sebagai pejabat publik, baik di media sosial, media online, maupun di media cetak karena kebijakannya dari daerah masing-masing. AHY di Pilkada Jakarat dan Pilpres, relatif Demokrat tidak terlalu banyak gerakan," katanya.
Hendri mengatakan, survei yang dilakukan IndEX mengambil sampel 1.200 responden yang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan masa pengambilan data pada 25 Februari-5 Maret 2021.
Masih dalam survei IndEX Research pada Kang Emil menyalip Ganjar Pranowo di peringkat dua dan kian mendekati Prabowo Subianto di puncak. Elektabilitas Kang Emil di bursa Capres 2024 meningkat setelah satu tahun pandemi COVID-19.
Hendri mengatakan, elektabilitas Kang Emil sempat naik turun tahun lalu. Pada Februari 2020, elektabilitasnya berkisar di angka 7,3 persen, kemudian meningkat ke angka 8,9 persen (Mei 2020), 12,7 persen (Agustus 2020), dan turun kembali ke angka 7,8 persen pada November.
"RK mampu menjaga ritme sebagai tokoh daerah, seperti Ganjar Pranowo yang bisa menjaga ritme kapan dia muncul dan membuat gebrakan kebijakan," kata Hendri.
Sementara itu Gubernur Jabar Ridwan Kamil akan fokus kerja meski elektabilitas dirinya terus naik.
"Terus terang saya tidak mengkondisikan macam-macam, jadi teman media bisa melihat kerja fokus membereskan dan buzzer juga nggak ada," ujar Kang Emil sapaannya di Mapolda Jawa Barat.
Elektabilitas Kang Emil sendiri meningkat berdasarkan hasil survei terbaru yang dirilis IndEX Research. Dalam survei yang dilakukan pada 25 Februari-5 Maret 2021 itu, Kang Emil menyalip Ganjar Pranowo di peringkat kedua dan kian mendekati Prabowo Subianto di puncak.
"Jadi kalau ternyata ada kenaikan saya syukuri, tapi hidup ini bekerja bukan dalam rangka untuk ada poin elektabilitas atau tidak," kata Emil.
Survei ini juga disebut untuk bursa capres 2024. Menanggapi soal bursa capres, Kang Emil juga belum mau menanggapi lebih dalam dan masih ingin fokus bekerja terutama menangani pandemi COVID-19.
"Dan urusan 2024 juga tidak matematis, sekarang tinggi, pasti berjodoh, survei membuktikan tidak selalu begitu, yang penting mah kerja fokus saya ingin lihat covid beres baru ngomongin yang lain-lain," tutur dia.