Pemprov Jabar mengoptimalkan potensi ekonomi di desa guna meningkatkan perekonomian daerah. Desa dinilai berpotensi tinggi untuk mendongkrak perekonomian.
"Dari jumlah penduduk hampir 50 juta jiwa, 36,1 juta jiwa berada di desa. Dengan luas wilayah di Jabar 3,7 juta hektare, mayoritas di desa juga," ucap Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jabar Bambang Tirtoyuliono dalam keterangan resminya, Jumat (5/3/2021).
Bambang menyatakan desa dianggap menjadi tumpuan bagi daerah Jabar. Sebab itu, kata dia, Gubernur Jabar Ridwan Kamil juga memiliki kepedulian tinggi terhadap desa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, kata dia, kemampuan anggaran desa terbatas. Sehingga, perlu adanya skema kerja sama yang dibangun. Dia mengakui akses permodalan di desa perlu bimbingan agar memahami skema usaha yang dijalankan.
"Gimana-gimana juga dari sisi akses modal sulit untuk berinvestasi. Yang penting BUMDES tidak dirugikan, apapun skemanya," kata Bambang.
Salah satu caranya, sambung dia, BUMDES bisa menyediakan lahan sementara masyarakat membuat toko dan menjual produk-produk lokal. "Skemanya BUMDES ini menyediakan lahan, kemudian di sebelahnya ada pusat ekonomi desa, tempatnya produk-produk desa," katanya.
Hal ini bisa dilakukan agar desa bisa melakukan kemandirian. Sebab, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat di pedesaan.
"Kita ingin menghadirkan bahwa desa itu bukan sebagai objek, tapi desa ini bagaimana bisa enggak setara sebagai mitra. Siapapun yang berinvestasi akan mengembangkan desa, desa ini sebagai mitra," tutur Bambang.
Tonton video 'Buka Rakernas Kemendag, Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi Harus Capai Kurang Lebih 5':
Menurut Bambang, desa di Jabar terbagi dalam tujuh tipologi yakni desa yang kaya dengan pertanian dengan jumlah 3.250 desa, desa pesisir pantai sebanyak 229 desa, desa sekitar hutan sebanyak 1.355 desa. Kemudian desa di sekitar perkebunan 155 desa, desa yang memiliki kekayaan sumber daya alam untuk wisata 215 desa. Lalu desa industri 335 desa, desa perikanan darat 1.052 desa. Sehingga dengan kondisi ini, pihaknya memiliki strategi untuk memaksimalkan potensi di desa.
"Kita punya tiga strategi. Bagaimana menghadirkan gerakan membangun desa. Lalu dengan program one village one company. Serta optimalisasi pemanfaatan desa digital," ujarnya.
"Kita kolaboratif. Dalam RPPJMD diatur, siapa berbuat apa. Kami mengoordinasikan semua program kegiatan yang dilaksanakan dengan berbagai macam stakeholder atau level pemerintahan," kata Bambang menambahkan.
Selain itu, pihaknya juga memberi contoh usaha yang layak dilakukan di desa. Salah satunya membuat SPBU mini. Bambang menuturkan pihaknya membantu setiap desa agar BUMDES-nya menjalankan usaha SPBU mini.
Menurutnya, usaha ini dipilih karena berpotensi untung besar dan memberi jaminan keamanan terhindar dari insiden kebakaran karena standar keamanan yang tinggi. "Di pedesaan itu banyak pengguna motor. Bagaimana layanan dasar itu bisa hadir," kata Bambang.
(dir/bbn)