Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) bernama Fadli Abdi Nursyahri (18) dilaporkan meninggal usai mengikuti kegiatan mahasiswa pecinta alam (Mapala) di Kabupaten Pandeglang. Sebelum dimakamkan, ditemukan beberapa luka lebam di tubuh mahasiswa semester 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untirta tersebut.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, setidaknya ada dua luka lebam di bagian kaki kanan korban. Luka tersebut berada di bagian tulang kering dan di dekat pergelangan kakinya.
"Luka itu memang dialami almarhum saat mengikuti diklat. Tapi kami pastikan, itu bukan luka dari bagian kekerasan fisik yang dilakukan sama panitia," kata Ketua Umum Mapala Untirta M. Ariansyah saat ditemui detikcom di Pandeglang, Banten, Selasa (2/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain kedua luka tersebut, terdapat beberapa luka lecet di bagian kedua telapak kaki almarhum. Namun ia memastikan, semua luka itu diperoleh saat almarhum mengikuti rangkaian kegiatan survival atau cara bertahan hidup di acara mapala tersebut.
"Memang kegiatan kami saat di gunung itu mayoritas survival ke area alam di lokasi diklat, kami juga ikut pantau semua anggota muda yang terjun sama panitia di lapangan. Karena di alam, luka itu bisa saja dari dedurian soalnya panitia yang di lapangan juga sama kena luka-luka lecet seperti itu," terangnya.
"Kalau luka di bagian telapak kaki, itu luka dari kutu air dan dari gesekan sepatu. Karena, anggota muda diwajibkan pakai sepatu di setiap kegiatan supaya menghindari adanya luka lebih serius kalau tidak pakai sepatu," ungkap mahasiswa yang memiliki nama lapangan Ogang tersebut.
Terkait luka di bagian tulang kering, Ogang mengaku hanya mendapat keterangan dari almarhum bahwa luka itu merupakan bekas benturan dirinya dengan teman satu anggota muda. Pihaknya pun tak bisa memastikan karena memang hanya itu pengakuan yang disampaikan Fadli saat beberapa kali dicek oleh panitia.
"Kedengerannya memang tidak masuk akal, bahkan keluarga juga sempat mastiin lagi itu lukanya kenapa. Tapi memang keterangan dari almarhum hanya itu, enggak ada yang kami tutup-tutupin pas ngasih kabar ke keluarganya juga," jelasnya.
"Luka itu juga yang buat almarhum gak bisa jalan pas mau turun dari gunung. Akhirnya kami harus tandu karena memang acaranya sudah selesai dan jarak tempuhnya cukup jauh ke perkampungan. Bahkan kegiatan yang seharusnya hari Minggu sudah ada di kampus, itu molor ke hari Senin (1/3/2021)," tambahnya.
Setelah tiba di kampus pada Senin pagi, almarhum meminta diantarkan ke kamar indekosnya yang tak jauh dari area kampus Untirta. Padahal, panitia mewajibkan semua anggota muda harus menjalani pemeriksaan di klinik kampus.
"Akhirnya dianterin sama panitia, karena itu juga almarhum yang minta. Katanya mau langsung istirahat dulu, pengen tiduran dan akhirnya dia dibantu sama teman kosnya buat bersih-bersih," tuturnya.
Namun tak lama setelah diantar ke indekosnya, panitia mendapat kabar kondisi kesehatan almarhum mengalami penurunan. Mereka kemudian mengecek kondisinya dan langsung melarikan almarhum ke klinik di kampus Untirta.
Sayangnya setelah dibawa ke klinik, tidak ada dokter yang berjaga di fasilitas kesehatan kampus tersebut. Panitia akhirnya berkoordinasi via telepon dengan dokter klinik di Untirta dan menyarankan almarhum segera dilarikan ke rumah sakit setempat supaya bisa mendapat perawatan.
"Pas di perjalanan mau ke rumah sakit, kondisinya juga mulai enggak sadar. Ternyata pas nyampe, nyawanya udah enggak ketolong," ucapnya.
Pascainsiden ini, pihak Mapala Untirta sudah berkunjung ke rumah duka dan menyampaikan semua kronologi mengenai kematian Fadli. Pihaknya pun sudah meminta maaf kepada keluarga dan menyampaikan berita duka tersebut kepada orang tua almarhum.
"Kami ikut berduka cita, ini musibah buat kami dan tentunya buat keluarga almarhum. Kami juga sudah memberikan penjelasan, dan kami pastikan akan bertanggungjawab atas kejadian ini karena almarhum juga sudah merupakan bagian dari keluarga Mapala Untirta," pungkasnya.
Lihat juga Video: Sempat Kritis, Mahasiswa di Kendari Akhirnya Meninggal