Mira Maryanti, kekasih Pratu Anumerta Ginanjar Arianda tak kuasa menahan tangis. Mahasiswi Universitas Siliwangi Tasikmalaya itu begitu kehilangan Ginanjar.
Perempuan warga Kecamatan Cisaga Ciamis itu tak menerima kabar dari kekasihnya Pratu (anumerta) Ginanjar Arianda dari Papua. "Padahal biasanya setiap pagi dia memberi kabar, tapi pas hari Senin tak ada kabar," kata Mira, Rabu (17/2/2021).
Dia sempat berusaha menghubungi namun sambungan telepon tak aktif. Sekuat hati dia memupus kekhawatiran yang menyelinap di pikirannya. "Ternyata menjelang siang, saya dapat kabar dari keluarganya, Ginanjar meninggal dunia," kata Mira berlinang air mata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hadir diantara deretan keluarga, sepanjang proses pemakaman tangan Mira tak lepas mendekap foto Pratu Ginanjar. Berkali-kali dia terlihat tak kuasa menahan air mata.
"Saya terakhir teleponan Minggu malam. Dia bilang minta doa supaya sukses dan selamat menjalankan tugas. Saya bilang tak diminta pun, selalu saya doakan," kata Mira.
Mira mengenal Ginanjar sejak masa sekolah. Ginanjar jadi TNI sementara Mira meneruskan kuliah. Menjalin hubungan dekat namun terpisah jarak yang jauh tentu tak mudah. "Di sana katanya susah sinyal, seringnya telepon. Tapi sesekali suka video call, kalau sinyal bagus," kata Mira.
Mira juga mengatakan rencana Ginanjar yang akan mendatangi tempat KKN nya di Tasikmalaya setelah pulang bertugas. "Saya kan sebentar lagi KKN, dia bilang nanti kalau pulang tak usah saya yang ke rumahnya. Biar dia yang datang ke tempat KKN saya," kata Mira.
Mira mengaku tak mengalami firasat apapun. Hanya saja akhir-akhir ini Ginanjar jadi sering minta didoakan. "Jadi sering minta didoakan, saya tak tahu mengapa. Terus Ginanjar pernah bilang tak mau membuat orang tuanya khawatir. Dia selalu bilang di sana semuanya baik-baik saja," kata Mira.
Bapak kandung Ginanjar, Dede Anda juga mengaku terakhir berkomunikasi dengan Ginanjar pada Minggu malam. "Saya pulang kerja, ibunya lagi telponan sama Ginanjar. Saya sempat ikut berbicara sama dia,' kata Dede.
Via sambungan telepon Ginanjar mengaku sedang memasak untuk makan malam. "Saya tanya masak apa, dia bilang lagi goreng ikan asin," kata Dede. Saat itu Dede sempat bercanda kepada anak bungsunya itu. "Tentara kok makan ikan asin, makan yang bergizi dong biar kuat," kata Dede.
Dede juga sempat berjanji akan memasak ikan gurame jika nanti Ginanjar pulang. "Saya bilang cepat pulang de, nanti bapak masak gurame," kata Dede.
Saat ditanya sosok Ginanjar dimatanya, Dede mengaku tak ingin menjelaskan panjang lebar. "Sejak kecil sampai sekarang saya tak pernah sekalipun menyentilnya. Silahkan simpulkan sendiri, dia anaknya kayak apa," kata Dede. Dia membenarkan jika Ginanjar anak yang penurut dan tak pernah menyusahkan.
Ginanjar juga menjadi kebanggaan keluarga karena karakternya yang gigih menggapai cita-cita. "Menjadi tentara dia tak langsung diterima. Pertama daftar jadi bintara, gagal. Tak putus asa, daftar lagi jadi tamtama, gagal. Latihan lagi. Sampai yang ketiga kalinya di tahun 2018 gelombang 2, dia berhasil lulus menjadi tamtama," kata Ginanjar.
Gilang, salah seorang teman kecil Ginanjar mengatakan almarhum merupakan sosok yang periang. Dia juga mengaku tak menyangka sekaligus bangga saat Ginanjar berhasil lulus menjadi anggota TNI. "Beberapa bulan lalu saya sempat video call. Dia mengajak menggelar reuni pada bulan Maret nanti, setelah dia selesai tugas di Papua. Tapi ternyata takdir berkata lain. Kami sangat kehilangan," kata Gilang.