Ratusan lilin doa dinyalakan di Vihara Dharma Ramsi di Jamika, Astanaanyar, Kota Bandung pada Jumat (12/2/2021). Pancaran lilin doa berwarna merah itu dipercaya menjadi penerang bagi hidup, jalan rezeki, kesejahteraan dan kesehatan.
Di tiap lilin tersemat nama pemilik lilin dan orang-orang lainnya yang ikut didoakan. Doanya pun beragam mulai dari panjang umur, rezeki lancar, sejahtera dan sehat.
"Kalau orang percaya itu, pasang lilin, ukurannya berbeda-beda tergantung dia yang punya (dana). Seperti di sini ada lilin gabungan yang banyak nama, itu kan buat yang kurang mampu, jadi kita tampung semua yang kurang mampu tuh di dalam satu lilin, gabungkan, urunan semua," ujar Relawan Vihara Dharma Ramsi Awa Kwan saat ditemui.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lilin tersebut tak boleh mati selama 15 hari, atau sampai perayaan Cap Go Meh. Petugas akan memastikan agar lilin terus menyala dengan cara berkeliling di halaman vihara.
"Kalau mati kita nyalakan lagi, kalau mati enggak ada apa-apa, yang paling penting kalau pasang lilin untuk imlek itu kemarin jam 12 malam, tapi karena pandemi tetap dinyalakan juga tapi bukan oleh umat, tapi sama petugas di sini," katanya.
"Karena ritualnya harus jam 12 malam, dibaca ritual dulu, setelah ritual baru dinyalakan, jadi enggak sembarangan," katanya.
Salah satu yang menarik perhatian adalah lilin atas nama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Kapolda Jabar Irjen Pol Ahmad Dofiri dan Pangdam Mayjen Nugroho Budi Wiryanto. Lilin tersebut memiliki tinggi kurang lebih 1,5 meter dam dipasang di depan pintu masuk menuju bangunan utama, dan diikat di atas cawan hio.
"Itu tiap tahun ada. Waktu itu pas menjabat Wali kota sering datang ke vihara, sekarang mungkin sibuk. Sebenarnya lilin ini kalau dulu sebelum petugas yang menyalakan, pak wali dulu yg nyalain. Sekarang pak wali jadi gubernur, sibuk, dan pandemi," kata Awa Kwan.
Sebelum Ridwan Kamil, katanya, lilin atas nama Dada Rosada pun yang kala itu menjabat sebagai Walikota Bandung pun pernah ada. "Awalnya pertama ada kirab, tahun 2010. Kapolda juga sama berbarengan," katanya.
Awa Kwan mengatakan, lilin tersebut dibuat bukan atas permintaan yang bersangkutan. Tapi merupakan, inisiatif pengelola vihara sebagai bentuk apresiasi dan dorongan doa. "Ini kalau lilin ini dari donatur, ada yang sukarela. Itu inisiatif kita," katanya.
Harga satu lilin yang paling besar dibanderol dengan harga Rp 3 juta (20 kati), Rp 2 juta (15 kati), 1,5 juta (10 kati) dan lilin yang paling kecil Rp 500 ribu (5 kati). Ukurannya pun beragam dari mulai 1,5 meter hingga 30 centimeter.
(yum/mud)