Kota Tangerang Selatan (Tangsel) masih bertahan di zona merah penyebaran COVID-19. Satgas menilai daerah ini kurang dan minim melakukan tracing, testing dan treatment dibandingkan dengan jumlah pasien terpapar.
"3 T yaitu tracing, testing dan trearment masih kurang dibandingkan kasus positif yang ada," kata Jubir Satgas COVID-19 Pemprov Banten Ati Pramudji Hastuti melalui aplikasi pesan WhatsApp kepada wartawan di Serang, Selasa (2/2/2021).
Itu kemudian jadi salah satu kenapa daerah ini selalu berada di zona merah. Sedangkan berdasarkan data pada Senin (1/2) malam, daerah lain di Banten sudah mulai keluar dari zona merah seperti Kota Serang, Cilegon, dan Kabupaten Tangerang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi, selain tes dan tracing yang kurang, Tangsel memiliki kasus positif dan jumlah kematian pasien yang tinggi. Pada kemarin saja, jumlah pasien masih dirawat ada 680 pasien dan kasus meninggal mencapai 269.
Ditambah, menurut Ati bahwa meski daerah ini sudah menerapkan PPKM, masyarakat tidak disiplin menjalankan protokol kesetan. "Disiplin masyarakat dalam penerapan prokes masih kurang," katanya.
Terakhir, salah satu faktor kenapa daerah ini selalu merah adalah fasilitas tempat tidur baik untuk isolasi maupun ICU pasien COVID-19 kurang. Apalagi, menurutnya jika dibandingkan dengan jumlah kasus.
Memang, berdasarkan data Satgas, dari 8 kabupaten kota, Tangsel jadi yang paling banyak angka kematian pasien positif Corona. Tangsel di urutan pertama dengan jumlah kasus tewas 269 pasien disusul Kabupaten Tangerang 149 dan Kota Tangerang 124. Kemudian Cilegon ada 120 pasien, Kabupaten Serang 58, Kota Serang 37, Lebak 26 dan Pandeglang 19 orang.
(bri/mso)