Bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum) mekar sempurna di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda, Cimenyan, Kabupaten Bandung. Seperti namanya, bunga yang tumbuh mekar dengan tinggi tiga meter dan lebar dua meter ini mengeluarkan bau khas, mirip dengan bangkai tikus.
Kepala Balai Pengelolaan Tahura Ir H. Djuanda, Lianda Lubis mengatakan, bunga tersebut mekar sempurna selama kurang lebih dua hari, yakni pada Minggu (24/1) dan Senin (25/1). Setelah itu, bunga yang mekar tadi akan layu.
"Jadi dia itu ada dua fase, fase vegetatif sama fase generatif. Fase vegetatif itu saat tumbuh daun sama batang doang, itu biasanya sekitar 3 tahunan. siklusnya itu mati tumbuh lagi daun batang, mati tumbuh lagi daun batang, biasanya di tahun ke 3 atau 4 itu fase generatif tumbuh bunga," ujar Lianda di Bandung, Selasa (26/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lianda mengatakan saat ini terdapat lima umbi bunga bangkai raksasa atau kibut di Tahura Djuanda. Rata-rata setiap bunga yang bibitnya berasal dari Bengkulu ini mekar sempurna setiap tiga atau empat tahun sekali.
"Dia mekar enggak lama-lama, antara lima sampai tujuh hari, habis itu layu. Baunya mirip bangkai tikus mati ya, kalau bunganya lagi mekar-mekarnya cukup santer baunya, tapi kalau sudah layu mulai hilang baunya," ucap Lianda.
![]() |
Mekarnya bunga bangkai raksasa ini, ujarnya, menarik perhatian pengunjung yang datang ke Tahura. Mulai dari peneliti, hingga wisatawan mancanegara yang penasaran melihat wujud tumbuhan tersebut.
"Saya lihat pagi, dari kemarin sampai tadi banyak yang datang. Yang datang bukan pengunjung biasa, ada peneliti ada dari kelompok tertentu, ada biksu, terus ada bule, jadi memang orang-orang yang sengaja datang (melihat bunga), setelah melihat ya pulang, tidak berwisata di Tahura," tuturnya.
Menurut Lianda, tidak sulit bagi bungai bangkai raksasa ini untuk tumbuh di Tahura Djuanda. Pasalnya, tanah tempat ditanamnya bunga tersebut cukup subur karena nutrisi terkandung dalam tanah andosol yang berasal dari gunung api ini memadai.
"Tanah di Tahura ini subur, mereka punya nutrisi sendiri sehingga tidak perlu kita tambahkan nutrisi, tinggal kita pagar saja," kata Lianda.
Sering Disalahartikan dengan Rafflesia Arnoldii
Tanaman bungai bangkai raksasa ini kerap disalahartikan dengan Rafflesia arnoldii. Walau sama-sama mengeluarkan bau, nyatanya kedua tanaman ini merupakan jenis yang berbeda.
Bedanya bunga bangkai raksasa ini memiliki batang dan daun karena melewati masa vegetatif. Orang Jawa umumnya menyebut tanaman ini suweg, karena memiliki batang dan daun, dengan bunga yang mekar dari dasar bunga yang menyembul ke luar.
Sedangkan Rafflesia atau padma adalah tumbuhan parasit yang tidak memiliki daun atau pun akar. Walau begitu padma memiliki bunga berukuran besar. Tanaman ini endemik dari Pulau Sumatera.
"Memang beda, bunga bangkai itu Amorphopallus dan memiliki fase vegetatif, makanya berdaun dan berbatang. Kalau Rafflesia tidak ada daunnya," kata Lianda.