Ratusan warga menggeruduk dan menyegel Kantor Pemasaran Perumahan Griya Sampurna di Desa Sukadana, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Minggu (24/1/ 2021)
Massa menuntut pihak pengembang perumahan PT Kresna Eka Karya Nugraha untuk segera membangun Tembok Penahan Tanah (TPT), melakukan penghijauan, dan membenahi drainase.
Eko Sulaslo, Ketua RW 13 Perumahan Griya Sampurna, Desa Cikahuripan, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, pihaknya meminta pengembang untuk segera membangun TPT dan memperbaiki drainase. Terlebih, kata Eko, kontur tanah di Perumahan Griya Sampurna kondisinya sangat labil, dan rentan terjadi longsor,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Warga di Desa Cikahuripan, Desa Sukadana, dan Desa Sawah Dadap meminta pihak pengembang segera membangun TPT dan melakukan penghijauan secepatnya," kata Eko Sulaslo kepada di lokasi.
Eko menambahkan, tindakan warga ini merupakan kekhawatiran pasca kejadian longsor di Dusun Bojong Kondang, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung pada beberapa waktu lalu.
Menurut Eko, kontur tanah di kawasan Griya Sampurna lebih curam dari Dusun Kondang yang sebelumnya terjadi tanah longsor yang menyebabkan menelan banyak korban.
"Segel akan dilepas, jika Direktur PT Kresna Eka Karya Nugraha mendatangi warga untuk berdiskusi. Jika tidak direalisasikan oleh pengembang, kami akan melakukan kembali musyawarah dengan warga," katanya.
Ucapan senada dikatakan Agus Setiawan, warga RT 01/09, Desa Sukadana mengatakan, aksi ratusan warga ini merupakan rasa khawatir terjadi bencana longsor dan banjir bandang yang terjadi seperti sebelumnya di Dusun Bojong Kondang.
Rasa khawatir ini, kata Agus, menyusul banyaknya retakan tanah, belum lagi jarak tebing perumahan hingga ke pemukiman berjarak sekitar 10 meter.
"Sudah hampir 5 tahun lebih, belum ada itikad baik dari pihak pengembang. Kami khawatir terjadi bencana, musibah itu tidak ada yang mau," ucap Agus.
Tonton juga 'Seluruh Korban Longsor Sumedang Ditemukan, Operasi Selesai':
Agus menyebutkan, dengan aksi warga ini diharapkan pihak pengembang tersentuh. Pihaknya pun berharap agar Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Kabupaten Sumedang meninjau ulang perizinan Perumaha Griya Sampurna.
"Yang kami khawatirkan adalah urusan nyawa. Hingga saat ini belum ada upaya yang siginifikan dari pihak pengembang, sekalipun ada peristiwa, pihak pengembang kerap menjawab
diakibatkan faktor alam," ucapnya.
Warga lainnya, Yuyun, Ketua RW 07 Dusun Cipareuag, Desa Sukadana mengatakan aksi warga ini merupakan rasa khawatir jika terjadi benca longsor dan banjir bandang. Belum lagi rasa khawatir ini menyusul adanya retakan tanah, Jarak tebing perumahan ini hingga ke pemukiman sekitar 40 meter.
"Warga kini selalu waswas bila hujan datang. Kami khawatir terjadi banjir bandang dan longsor," ujar Yuyun.
Ia menyebutkan, tebing setinggi 50 meter di perumahan Griya Sampurna dinilai membahayakan warga di Dusun Cipareuag. Terlebih, jika sering terjadi hujan deras, pemukiman warga kerap diterjang lumpur yang di bawa oleh genangan air hujan.
"Iya, jika hujan deras, setiap gang tertutup lumpur, dan hari ini kami berkoordinasi dengan warga perumahan Griya Sampurna untuk menemui pihak pengembang," katanya.
Sebelumnya, kata Yuyun, pihak pengembang telah membangun bronjong di dekat pemukiman warga Cipareuag. Namun, pembangunannya tidak maksimal, dan pembangunannya hanya saat ada pemeriksaan dari Polda Jawa Barat.
Menurutnya, saat itu pengembang hanya membangun bronjong sepanjang 40 meter, dan itu pun titiknya hanya di bawah dan bukan pada lokasi yang tepat.
"Hingga saat ini, pihak pengembang tidak bisa dipercaya omongannya. Sebelum pembenahan jalur air ke bawa terealisasi, warga meminta proyek pembangunan perumahan Griya Sampurna dihentikan dulu. Jangan sampai menunggu ada korban dulu," ungkapnya.
Sementara itu, marketing Perumahan Griya Sampurna, Retno mengatakan kedatangan warga ke kantor pemasaran Griya Sampurna ini berkeinginan untuk dibangunkan drainase dan penghijauan lahan.
"Warga akan membuka segel, jika Bapak ( Direktur PT Kresna Eka Karya Nugraha) mendatangi warga," terang Retno.