Meski harga kedelai naik, produsen tahu di Kabupaten Sumedang masih tetap beroperasi. Hal itu dilakukan karena perajin takut kehilangan pelanggan.
Seperti yang dirasakan oleh salah satu perajin tahu, Tata (63). Dia mengaku selama ini sudah memiliki pelanggan tetap, sehingga tidak mungkin untuk tidak beroperasi.
Dia juga menyebut kenaikan harga kedelai sudah terjadi sejak dua bulan lalu. Kondisi itu berdampak terhadap harga jual dan produksi tahu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Naiknya nggak sekaligus, sehari Rp 100 sampai Rp 200, cuma naiknya itu tiap hari. Kalau harga normal kedelai biasanya Rp 630 ribu per kuintal, sekarang harganya naik lagi jadi Rp 930 ribu per kuintal, naiknya hampir 50 persen," kata Tata saat ditemui di rumah produksi tahu miliknya, Minggu (3/1/2021).
Tata mengatakan jika kondisinya normal, para karyawan yang bekerja dapat mengolah kacang kedelai sebanyak tiga kuintal per hari. Namun saat ini hanya dapat mengolah kedelai sebanyak dua kuintal per hari.
Meski harga kacang kedelai naik, namun harga tahu buatan Tata tidak mengalami kenaikan. Sehingga, Kondisi ini berdampak pada ruginya perusahaan.
"Dua kuintal juga terpaksa, karena saya takut kehilangan pelanggan. Ruginya ya karena kedelainya naik, sedangkan tahunya kan tidak bisa naik," katanya.
Dirinya memprediksi kenaikan harga kacang kedelai masih akan terjadi, bahkan harganya dapat diperkirakan bisa mencapai Rp 100 ribu per kuintal.
"Susah menyiasatinya buat perusahaan, karena harga tahu kan tidak bisa naik, sedangkan harga kedelai mungkin akan terus naik, bahkan sampai Rp 10 ribu (per kilogram) lebih," ucapnya.
Tata berharap ada peran pemerintah dalam menangani kenaikan harga kacang kedelai. Sebab hal ini akan berdampak buruk bagi perajin tahu lainnya yang masih kecil.
"Harapan ke depan pemerintah cepat-cepat menurunkan harga kedelai, kasihan lah pengusaha-pengusaha kecil seperti saya, apalagi sekarang sedang pandemi (COVID-19)," ucapnya.
(mso/mso)