57 orang santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Bayan Cibadak Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat terpapar COVID-19. Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 Kabupaten Sukabumi mengatakan ponpes tersebut paling baik menjalankan protokol kesehatan (Prokes) pencegahan COVID-19, bagaimana awal mula kasus tersebut?
Dalam wawancara sebelumnya, Koordinator Bidang Data dan Informasi pada Satuan GTTP COVID-19 Kabupaten Sukabumi Andi Rahman menjelaskan hal itu. "Ya santri Al Bayan, Al Bayan kan dari mana. Namun perlu diketahui Al Bayan itu kan sudah melakukan kajian awal, pada pelaksanaannya pesantren tersebut paling bagus justru (pelaksanaan) protokol kesehatannya," jelas Andi saat wawancara, Kamis (5/11).
Dihubungi detikcom, Pimpinan Ponpes Al Bayan Heriyanto membenarkan soal pelaksanaan prokes di lingkungannya memang diberlakukan dengan ketat. Terkait adanya 57 santri yang terpapar, ia melakukan analisis sehingga muncul beberapa dugaan yang menjadi penyebab santrinya berstatus positif COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga masih menganalisis persoalannya ada di mana, celah paling mungkin prediksi saya ada tiga, (pertama) siswa yang sakit kita antar ke RS atau klinik jadi dia bersentuhan dengan orang luar, kita enggak tahu. Kedua sebetulnya SOP seharusnya tidak begitu langsung pulang hanya orang tua enggak mau jemput udah rawat sana saja," kata Heriyanto, Jumat (6/11/2020).
Menurut Heriyanto, pihak ponpes memiliki klinik kesehatan sendiri. Penanganan kesehatan dilakukan di lingkungan klinik. " Anaknya ngeluh kita rawat (dirawat di Albayan) jadi siswa kontrol ke dokter, penyakitnya kadang-kadang batuk atau flu atau gejala tipes balik lagi rawat disana saja ya sudah kita rawat," katanya.
Gejala (kemungkinan) pertama yang menjadi sebab lainnya dikatakan Heriyanto akibat adanya kontak dengan orang dari luar lingkungan pesantren.
"Gejala kedua kami kebetulan melakukan kegiatan out dor, salah satunya paint ball menggunakan pakaian dan helm. Dan itu enggak tahu sterilisaisnya seperti apa enggak kita kontrol di situ. Anak-anak menggunakan itu padahal pelaksanaannya di dalam (lingkungan Albayan) kemungkinan celahnya itu," ucapnya.
"Atau celah ketiga, (belum lama ini) kami mengundang beberapa lembaga masyarakat untuk berbakti sosial, walau itu celahnya kecil karena saat kegiatan ada guru yang mengawasi menjaga agar tetap physical distancing dilakukan. Yang kemungkinan (terjadinya kontak) satu dan dua yang agak dianalisa begitu (menjadi penyebab," ujarnya.
(sya/mso)