Debat Perdana Pilkada Bandung, Pengamat: Tiga Paslon Nihil Strategi Khusus

Debat Perdana Pilkada Bandung, Pengamat: Tiga Paslon Nihil Strategi Khusus

Muhammad Iqbal - detikNews
Minggu, 01 Nov 2020 16:06 WIB
Ilustrasi Fokus Nasib Pilkada Langsung (Andhika Akbaransyah)
(Foto: Ilustrasi Fokus Nasib Pilkada Langsung (Andhika Akbaransyah)
Bandung -

Guru Besar Politik dan Keamanan asal Universitas Padjajaran Profesor Muradi memiliki sejumlah catatan penting bagi tiga pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bandung ketika menyampaikan visi misi mereka dalam Debat Publik perdana kemarin (31/10).

Catatan penting tersebut menyoal tema yang dibahas dalam debat, yakni 'Peningkatan Pelayanan dan Kesejahteraan Masyarakat'. Ketiga pasangan tersebut yakni, Nia Kurnia dan Usman Sayogi, Yena Masoem dan Atep serta Dadang Supriatna dan Sahrul Gunawan.

"Itu kemudian yang kita dalami lagi, apakah dengan visi misi yang mereka punya itu bisa sinergis dengan apa yang menjadi kehendak publik. Karena saya punya tiga catatan terkait tema kali ini," ujar Muradi via sambungan telepon, Minggu (1/11/2020).

Pertama, Muradi mengatakan, ketiga paslon tidak memiliki strategi khusus untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Karena, dari pengamatannya, visi misi ketiga paslon dinilai hampir serupa dan tidak ada yang berinovasi.

"Pertama, ini bicara soal bagaimana publik bisa mendapatkan akses pelayanan publik yang prima dengan luas wilayah Kabupaten Bandung yang besar, dari barat hingga timur itu kan kemudian dibutuhkan strategi - strategi khusus. Itu yang tidak keluar," ujar Muradi.

"Meski sama sedikit visi misinya, tapi harus ada inovasi yang berbeda, itu yang akan menjadi nilai tambah antar calon tadi," sarannya.

Kemudian, masalah pelayanan tidak lepas dari infrastruktur. Muradi menyebutkan, infrastruktur di Kabupaten Bandung masih belum merata. Maka dari itu ada pembagian kluster, kluster pedesaan, sub urban dan urban.

Maka diperlukan strategi khusus bagi warga yang dinilai kesulitan akses pada pelayanan. Sejauh ini, kata Muradi, ketiga paslon masih pada tatanan normatif belum membahas pada persoalan teknis.

"Bahasanya, gagasannya masih normatif, apa yang disampaikan mirip-mirip. Tapi bagaimana mengimplementasikan itu yang saya gak dapat," ucap Muradi.

Karena gagasan ketiga paslon dinilai normatif, maka Muradi meragukan manfaatnya bagi publik. Meskipun ada salah dua paslon memaparkan asas manfaat, Muradi menilai, itu masih kurang dan tidak mendetail.

"Yang ketiga kemudian adalah, bagaimana pubik juga mendapatkan manfaat dari e-governance. Tapi apa yang membuat publik bisa mendapatkan manfaat? Ada dua hal yang harus dilakukan, pertama adalah membangun infrastruktur digital kedua membangun sumber daya digital," ucapnya.

"Nah ini yang saya kira tidak disampaikan, (disampaikan) hanya oleh dadang, dan yena atau nia saya lupa, tapi (ketiganya) itu juga tidak begitu mendetail," paparnya.

(mud/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads