Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Cianjur meminta wisatawan tetap menghargai kearifan dan budaya lokal saat berkunjung. Perilaku yang dapat merusak nilai budaya diharapkan tidak dilakukan.
"Dari mana pun, ketika kita wisata ke suatu daerah, kebudayaan lokal tetap harus diikuti dan dihargai. Karena nilai itu yang dijunjung oleh warga lokal, sebagai kekayaan budayanya," ujar Kepala Disparpora Kabupaten Cianjur Yudi Ferdiana, Jumat (23/10/2020).
Yudi juga menyinggung terkait penyataan dalam video klarifikasi dan permohonan maaf dua pria yang berfoto bugil di Alun-alun Suryakencana Gunung Gede Pangrango.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, alasan jika foto itu diambil sebagai bagian riset artistik berteman fast fashion yang menuju keadaan nudism, tidak dibenarkan.
"Kalau mau riset atau mengkampanyekan sesuatu harus dilihat juga dimana mereka melakukan dan apakah sesuai dengan budaya lokal? Jika tidak, ya jangan dilakukan. Silakan riset di tempat lain yang memang bisa mengaplikasikan budaya tersebut. Atau bisa buat tempat sendiri, tidak di wisata yang bersifat umum," tegasnya.
Meski sudah meminta maaf, ia berharap agar keduanya di proses hukum sebagai efek jera agar tidak mengulangi dan tidak mengabaikan ataupun merendahkan budaya lokal.
Dia juga menegaskan agar wisatawan yang berkunjung ke Cianjur menjadikan hal tersebut sebagai pelajaran untuk tetap menghargai budaya di Tatar Santri.
"Cianjur ini penuh dengan destinasi wisata alam. Silakan berwisata tapi tetap hargai budaya dan kearifan lokal," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, pengunggah foto bugil berlatar Gunung Gede Pangrango merupakan mahasiswa seni di salah satu universitas di Jakarta membuat video klarifikasi. Dalam sebuah unggahan yang beredar di media sosial selama dua menit, Jumat (23/10/2020), mereka menjelaskan maksud unggahannya itu.
Kata akun eyi_oei dan bondanramadhani_, foto bugil mereka di Gunung Gede Pangrango adalah dokumentasi riset. Mereka menjelaskan riset yang dimaksud adalah soal seni telanjang.
(mso/mso)