Kakak beradik Trena - Treni akan segera bertemu setelah 20 tahun terpisahkan. Saudara kembar yang terpisah pasca kerusuhan di Ambon itu akan bertemu di Tasikmalaya.
Kemudian, aksi mahasiswa yang menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja kembali berakhir ricuh di Bandung. Sementara di Sukabumi, teka-teki pembunuh buruh garmen telah berhasil dikuak oleh polisi. Apa saja yang terjadi di Jabar Hari Ini ? berikut ulasannya :
Muncul Klaster Es Jus di Pangandaran
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Klaster baru penularan virus Corona muncul di Kabupaten Pangandaran. Penularan lokal ini berawal dari temuan seorang warga penjual es jus di Desa Wonoharjo Kecamatan/Kabupaten Pangandaran yang positif Corona. Sampai Selasa (20/10/2020), sudah ada empat warga yang dinyatakan positif Corona dari klaster tersebut.
"Ternyata telah terjadi klaster penularan di tempat penjual minuman buah di Desa Wonoharjo," kata Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Pangandaran Yani Achmad Marzuki.
Yani menjelaskan kasus ini berawal dari gejala sakit dan sesak nafas yang dialami oleh penjual minuman tersebut. Dia sempat berobat ke sebuah klinik kesehatan. Namun karena gejalanya dianggap mencurigakan pihak klinik merujuk ke RSUD Pandega Pangandaran. "Setelah dilakukan tes swab, hasilnya positif langsung kami rawat di ruang isolasi," kata Yani.
Selain itu, pihaknya langsung melakukan penelusuran atau contact tracing terhadap 13 orang. Hasilnya tiga orang lainnya dinyatakan positif. Ketiganya terdiri dari satu karyawan, seorang anaknya dan satu konsumen.
Konsumen yang tertular merupakan seorang guru honorer yang sempat jajan ke warung minuman tersebut. "Semua pasien sudah ditangani, kami tengah melakukan upaya menutup sementara warung es jus yang berdekatan dengan sebuah rumah makan tersebut," ucap Yani.
Yani menduga ada kemungkinan pasien terpapar saat melakukan aktivitas berjualan minuman buah-buahan dan kerap melakukan kontak dengan para pembeli. "Dia kan jualan pasti kan sering belanja ke pasar dan melakukan kontak dengan pembeli saat berjualan. Jadi kemungkinan pasien terpaparnya di situ," ujar Yani.
Sementara itu terpaparnya seorang guru honorer dari klaster ini, mendorong pihak pemerintah melakukan upaya penelusuran kembali. Mereka mengkhawatirkan terjadi penularan di sekolah tempat guru ini mengajar.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Pangandaran Surman mengaku prihatin dengan adanya laporan bahwa ada salah seorang guru honorer positif Corona. "Padahal saya sudah mewanti-wanti jauh-jauh hari kepada pegawai yang berada di lingkungan Dinas Dikpora termasuk guru untuk tidak mengadakan acara makan-makan ditempat umum seperti rumah makan. Soalnya virus Corona masih ada," tutur Surman.
Trena-Treni Segera Bertemu Setelah 20 Tahun Terpisah
Trena Mustika (24) dan Treni Fitri Yana (24), gadis kembar yang terpisah selama 20 tahun, segera bertatap muka. Mereka dijadwalkan berjumpa di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Sekadar diketahui, Trena saat ini menetap di Sukamaju Kaler, Tasikmalaya. Sedangkan Treni berdomisili di Kademangan, Blitar, Jawa Timur. Pertemuan keduanya direncanakan pada Kamis (22/10/2020).
Pertemuan yang diimpikan selama puluhan tahun ini menjadi kenyataan. "Saya senang luar biasa. Haru campur aduk menuju pertemuan pertama kami ini," ucap Trena kepada detikcom lewat sambungan telepon, Rabu (21/10/2020).
Trena menyebut adik kembarnya itu berangkat dari Blitar sore ini. Treni akan tiba di Kota Tasikmalaya pada Kamis (22//10/2020) pagi.
"Rencana mau berangkat habis asar. Sampai di Tasik nanti Kamis subuh," ujar Trena.
Trena tidak banyak mempersiapkan pertemuannya dengan Treni. Ia hanya mempersiapkan mental saja untuk berjumpa dengan sang adik yang terpisah sejak usia dua tahun.
"Saya siapkan mental saja. Serasa mimpi ketemu saudara kembar yang lama nggak ketemu," kata Trena.
Kedua anak kembar ini terpisah saat konflik yang terjadi di Ambon pada 1999. Trena-Treni sempat diurus orang berbeda. Aplikasi TikTok telah mempertemukan Trena dan Treni.
Proses Hukum Kenneth William Terus Berlanjut
Kasus video hoaks masjid pesantren Persatuan Islam (Persis) Bandung putar musik disc jockey (DJ) yang dilakukan Kenneth William masih diproses polisi. Keluarga pelaku pun sudah mendatangi pesantren untuk meminta maaf.
Hal itu diungkapkan oleh Advokat LBH PP Persis Zamzam Rasiqin. Menurut dia, pihak keluarga Kenneth sudah pernah datang ke pesantren dan diterima oleh guru.
"Beberapa kali datang ke pesantren dan datang ke LBH juga menyampaikan permohonan maaf dan lain-lain," ujar Zamzam saat dikonfirmasi, Rabu (21/10/2020).
Zamzam mengatakan keluarga Kenneth datang ke pesantren dan diterima oleh perwakilan guru. Sedangkan ke kantor LBH, pihak keluarga tak bertemu dengan Zamzam selaku kuasa hukum pelapor.
Terkait permintaan maaf tersebut, Zamzam mengatakan pihak pesantren Persis terbuka untuk memaafkan. Akan tetapi, proses hukum tetap berlanjut.
"Pada prinsipnya pihak Persis terbuka untuk menerima permohonan maaf Kenneth ini. Tapi untuk langkah selanjutnya dari permintaan maaf ini kita tetap pada proses hukum," tutur Zamzam.
Demo di Bandung Kembali Ricuh
Aksi demonstrasi mahasiswa yang berlangsung di Gedung DPRD Jabar, Kota Bandung, berakhir ricuh. Pantauan detikcom, Rabu (21/10/2020), sekitar pukul 16.45. Demonstran dari Poros Revolusi Mahasiswa Bandung (PRMB) yang menolak Omnibus Law Cipta Kerja ini berunjuk rasa saat hujan mengguyur deras.
Sebagian mahasiswa sudah balik kanan ke arah Jalan Trunojoyo. Namun masih ada sebagian mahasiswa yang menggoyang-goyangkan pagar DPRD Jabar hingga terbuka.
Saat gerbang berhasil terbuka, semburan air dari mobil water cannon yang di dalam Gedung DPRD Jabar langsung menyemprot massa aksi. Seketika itu situasi langsung pecah.
Polisi yang sebelumnya juga bersiaga di dalam gedung DPRD langsung keluar dan demonstran berlari ke arah Jalan Trunojoyo. Beberapa mahasiswa diamankan polisi. Polisi masih bersiaga di sekitar Gedung DPRD Jabar.
Awalnya mereka membakar ban dan membawa spanduk 'TOLAK OMNIBUS LAW' yang dipasang di pagar Gedung DPRD Jabar. "Hidup mahasiswa, hidup buruh, hidup rakyat miskin kota, hidup rakyat Indonesia," teriak salah satu orator.
Dalam aksinya, demonstran meminta wakil rakyat yang ada di Gedung DPRD Jabar agar menemuinya. "Kemana wakil rakyat kita," ujar orator yang dibarengi teriakan massa aksi.
Buruh Garmen di Sukabumi Dibunuh, Polisi Kantongi Identitas Pelaku
Polisi telah mengantongi identitas pelaku yang diduga menghabisi nyawa Imas (31) buruh garmen yang ditemukan tewas di kamar kontrakannya pada Senin (19/10) malam.
Kapolsek Cibadak Kompol Hadi Santoso membenarkan anggotanya saat ini masih bekerja keras mencari pelaku. Namun Hadi enggan menjelaskan status pelaku berikut keterkaitan dengan korban.
"Kami sedang melakukan pencarian pelaku, bekerja keras dengan anggota buser, kita mencari orang itu. Namanya sudah dikantongin dari kemarin, hanya orangnya belum digrewek belum ketangkap gitu aja mohon doanya," kata Hadi, Rabu (21/10/2020).
Hadi mengaku belum bisa mengungkap status pelaku apakah orang terdekat korban ataukah orang lain. Menurut Hadi ia khawatir mengganggu proses penyelidikan.
"Pokoknya gitu saja, mudahan tidak terlalu lama begitu aja. Mudah-mudahan tidak terlalu lama tertangkap," imbuh Hadi.
Diketahui, Imas tewas di kamar kontrakan dengan kondisi muka tertutup bantal dan ada luka irisan di tangan kanannya. Sebilah pisau tergeletak di samping jasad korban.
Autopsi telah dilakukan dokter forensik, sejumlah kejanggalan ditemukan di jasad perempuan yang sebelumnya sempat dikabarkan bunuh diri tersebut. Selain luka lebam, diketahui sayatan di tangan perempuan malang itu dangkal alias tidak tembus sampai ke urat nadi.
"Atas permintaan Kapolsek Cibadak, kami melakukan pemeriksaan jenazah. Ditemukan ada beberapa kekerasan tumpul di leher dan kekerasan tajam di lengan sebelah kanan. Ada sayatan di lengan kanan bawah hanya kedalamannya dangkal," kata Arif Wahyono dokter forensik RSUD Sekarwangi Cibadak Sukabumi kepada awak media, Selasa (20/10/2020).