Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat dalam sepekan, dari mulai 5 daerah di Jabar ditetapkan zona merah pada akhir September hingga kisah jenazah wali yang sulit diangkat.
Berikut rangkuman berita menarik di Jabar dalam sepekan:
Ridwan Kamil Tetapkan 5 Daerah di Jabar Zona Merah
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengumumkan lima daerah yang masuk kategori zona merah (risiko penularan tinggi) pada pekan ini. Lima daerah itu yaitu, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Depok, Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon.
Mengacu pada evaluasi Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar pada 14 - 20 September, ada tiga daerah yang masuk ke dalam zona merah. Tiga daerah itu yakni Kabupaten Karawang, Kota Cirebon dan Kota Bekasi
Artinya ada daerah yang turun ke kategori sedang, seperti Kabupaten Karawang dan Kota Bekasi. Kemudian ada empat daerah yang masuk ke kategori penularan tinggi seperti Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan Kabupaten Cirebon, sedangkan Kota Cirebon tetap di zona merah.
"Minggu ini terjadi perubahan status zona merah, daerahnya adalah Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Depok, Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon," ujar Ridwan Kamil dalam telekonferensi pers dari Gedung Sate, Kota Bandung.
Pria yang akrab disapa Kang Emil itu mengatakan, angka reproduksi COVID-19 di Jawa Barat berada di angka 1,04. Angka penularan tersebut, dinilainya masih relatif terkendali. "Angkanya masih relatif terkendali," katanya.
Sementara itu, Kang Emil melaporkan bahwa rasio pengetesan di Jabar menurun. Hal itu dikarenkana ketersediaan reagen PCR yang mulai menipis dan kini tinggal tersisa 5.000 reagen.
"Sehingga sesuai prosedur kita minta ke pusat, akan turun 250 ribu PCR, yang dimana 50 ribu kita kelola dan 200 ribu lainnya akan menggunakan metoda baru, yaitu mengajak pihak swasta karena kapasitas lab kita mentok," ujarnya.
"Untuk meningkatkan kapasitas testing harus melibatkan swasta, tetapi nanti harga satuan pengetesannya harus disesuaikan dengan BPKP, tidak boleh mahal dan harus sesuai dengan BPKP," tuturnya.
Lima Daerah di Jabar Rawan Bencana Tsunami
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat 25 wilayah di Pulau Jawa yang rawan terkena bencana gempabumi dan tsunami (tsunamigenik). 25 wilayah tersebut terbagi dalam 5 provinsi yakni, 4 di Banten, 5 di Jawa Barat, 9 di Jawa Timur, 4 di Jawa Tengah, dan 3 di Provinsi DIY Yogyakarta.
Seluruh wilayah tersebut tercantum dalam Katalog Gempa Bumi Merusak tahun 1612-2014 (edisi kelima) yang ditulis oleh Supatoyo, Surono, dan Eka Tofani Putranto. Mereka menjelaskan sejumlah fakta terkait sumber gempa dan sejumlah wilayah rawan bencana.
Provinsi Banten memiliki 4 wilayah rawan gempa dan tsunami yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, dan Kota Cilegon.
Sementara itu di Jawa Barat terdapat 5 sebaran wilayah meliputi Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Pangandaran.
4 wilayah rawan di Jawa Tengah dari Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Wonogiri. Selanjutnya, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul menjadi daerah rawan di DIY Yogyakarta.
Jawa Timur menjadi daerah yang paling banyak rawan gempa bumi dan tsunami. Terdapat 8 sebaran wilayah yaitu Kabupaten Pacitan, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jember, Kabupaten Blitar, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang.
Kassubag Mitigasi Gempa Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Akhmad Solihin mengatakan, wilayah rawan gempa bumi dan tsunami dalam katalog yang dibuat PVMBG berdasarkan pada sejarah kejadiannya.
"Kejadian gempa bumi di suatu tempat itu berulang, artinya jika suatu daerah pernah terlanda gempa bumi besar, maka suatu saat akan mengalami kembali. Namun waktunya kapan belum tahu," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, katalog kejadian gempa bumi merusak ini, kata dia, memberikan gambaran wilayah mana saja yang pernah mengalami gempa merusak dan perlu upaya mitigasi gempa bumi untuk masa yang akan datang.
Saat disinggung berkaitan dengan wilayah yang berpotensi tsunamigenik seperti yang disebutkan dalam riset ITB, pihaknya menyebut belum dapat memastikan akankah sama atau tidak dengan wilayah sebaran yang disebut dalam katalog tersebut.
"Wilayah rawan gempa bumi dan tsunami di sini berdasarkan sejarah kejadianan gempa dan tsunami-nya. Jadi tidak sedetil riset rekan-rekan dari ITB," ujarnya.
Polisi Usut Teror Pencuri Celana Dalam di Kertajaya Cianjur
Polres Cianjur bakal meneyelidiki kasus teror pencuri celana dalam di Desa Kertajaya Kecamatan Ciranjang. Apalagi teror dari pelaku misterius tersebut sudah meresahkan.
Kapolres Cianjur AKBP Moch Rifai, mengatakan pihaknya akan meminta personel di Polsek Ciranjang untuk menyelidiki teror tersebut.
"Kami sudah dapat informasinya dari berita online, segera akan kami telusuri. Nanti dari Polsek Ciranjang yang akan ke lokasi," kata Rifai saat ditemui di Mapolres Cianjur, Jalan KH Abdullah bin Nuh.
Menurutnya aksi pencurian yang diduga karena pelaku mengalami kelainan ketertarikan seksual. Namun untuk motif pastinya baru bisa diketahui usai kasus terungkap dan pelaku.
"Kami akan segera ungkap, supaya motifnya pastinya diketahui. Apa karena kelainan hasrat seksual atau ada motif lain," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, warga Cianjur Jawa Barat digegerkan dengan aksi teror pencuri celana di Desa Kertajaya Kecamatan Ciranjang. Diduga pelaku menjadikannya bahan fantasi seks, sebab kerap didapati sperma di celana dalam hasil curian yang kembali ditemukan warga.
Ulah pelaku yang identitasnya masih misterius itupun membuat warga di desa tersebut resah.
Pelaku kebanyakan mencuri celana dalam perempuan di berbagai tentang usia, mulai dari remaja hingga lanjut usia. Namun beberapa kali didapati jika pelaku juga mengambil celana dalam pria.
Viral Klaim Vaksin COVID-19 China Berhasil, Ini Kata Tim Uji di Bandung
Dalam sebuah cuplikan viral, Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan disebut mengatakan bahwa uji klinis beberapa vaksin Corona COVID-19 buatan China berhasil. Belakangan, terungkap kutipan itu tidak lengkap.
Salah satu vaksin yang dikembangkan China yakni Sinovac, saat ini tengah menjalani uji klinis di Bandung, Jawa Barat. Manajer Lapangan Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Eddy Fadlyana mengatakan, uji coba vaksin Sinovac di Bandung akan tetap dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang sudah berlaku.
"Fase ketiga itu masih berlangsung. Jadi di mana-mana mau yang di Brazil dimanapun baru laporan awal belum selesai semuanya. Hanya dalam keadaan pandemi, WHO bisa mengambil keputusan diambil atau tidak (vaksin)," kata Eddy saat dihubungi detikcom, Jumat (25/9/2020).
Lebih lanjut, dia menegaskan uji efikasi vaksin dilakukan selama 6 bulan sejak imunisasi pertama dilakukan, baru bisa disebut berhasil atau tidak. Sementara itu, pelaksanaan uji coba di Indonesia dengan negara lain hampir berbarengan hanya selang dua minggu.
"Jadi Januari pun yang di Bandung udah selesai tahap awal. Tahap awal itu kalau bisa dipakai, Badan POM dibikin kebijakan masal ya bisa dipakai Januari. Kalo kebijakannya ada di Badan POM," ujarnya.
Dia menjelaskan, pelaksanaan uji coba terbagi menjadi dua bagian. Pertama untuk Januari 2021 sebanyak 540 orang selesai menjalani uji coba. Pemeriksaan darah, kadar anti bodi, dan keamanan vaksin sudah dapat diketahui.
Sementara, uji klinis yang kedua ada pada April 2021 dengan menggunakan subjek 1620 orang. Sedangkan yang saat ini sedang dilaksanakan adalah untuk melihat perbedaan pemberian vaksin Sinovac dan Placebo.
"Itu tergantung Badan POM mau pakai yang Januari atau April. Sampe sekarang belum ada vaksin COVID," tegasnya.
Diperkirakan awal tahun depan baru diketahui berhasil atau tidaknya vaksin Sinovac. "Secara ilmunya kaya gitu. Tapi kalau yang lain mau menyebutkan itu berhasil ya silahkan. Desember itu sudah bisa diketahui hasil yang 540 orang pertama," jelasnya.
Secara umum, Eddy menjelaskan, pelaksanaan uji coba vaksin merupakan multi center dari berbagai negara. "Hasil di Indonesia digabung Brazil, Bangladesh, dan negara lain. Digabung dan ditarik kesimpulan. Begitu ada hasil, laporannya baru boleh ditentukan (digunakan atau tidak)," paparnya.
Dia juga menyebut, tim peneliti memiliki berhak untuk menentukan vaksin tersebut berhasil atau tidak pada fase uji klinis ini. "Iya betul ada (boleh menyatakan berhasil/tidak) bikin laporan ke Biofarma dan bikin publikasi," pungkasnya.
Kisah Jenazah Wali Sulit Diangkat dan Batu Terus Membesar di Ciamis
Peninggalan zaman dulu banyak menyimpan cerita menarik. Seperti di Makam Gunungsari, Desa Imbanagara, Kecamatan Ciamis, Jawa Barat. Di tempat ini ada dua batu unik yang bentuknya terus membesar hingga kini.
Di Makam Gunungsari ini terdapat makam Waliyullah Syekh H Abdul Wajah yang merupakan menantu dari Syeh Abdul Muhyi (Pamijahan-Tasikmalaya) dari Mataram. Dia salah seorang penyebar agama Islam di wilayah Imbanagara Galuh pada masa itu. Penerus dari Syekh Abdul Muhyi.
Sedikit sejarahnya, Syekh H Abdul Wajah lahir di Sukapura-Tasikmalaya, namun keturunan asli dari Galuh, yang awalnya bernama Raden Wajah. Sejak kecil sampai dewasa ia diasuh oleh Syeh Abdul Muhyi dan kemudian dinikahkan dengan putrinya Raden Ajeng Wajah.
Lokasi makam ini juga merupakan salah satu tempat Syekh Abdul Wajah bersemedi dan menyebarkan agama Islam. Dia kerap pulang pergi ke wilayah Sukapura dan Galuh dalam menyiarkan agama Islam dengan melintasi Sungai Citanduy.
Konon menurut cerita, Syekh Abdul Wajah meninggal dunia ketika selesai melaksanakan salat duha di bebatuan di Sungai Citanduy. Namun air sungai membawa jenazahnya hanyut. Nah, menurut cerita, muncul dua batu yang menolong Syekh Abdul Wajah.
"Jadi ada dua batu menyelamatkan Syekh Abdul Wajah supaya tidak hanyut dan bergerak sendiri membawanya ke pinggir sungai," ujar Darman (59), kuncen Makam Gunungsari, saat ditemui di lokasi, Selasa 22 September 2020.
Meninggalnya Syeh Abdul Wajah diketahui oleh para santri dari Galuh dan Sukapura. Karena ia lahir di Sukapura, para santri mencoba membawanya, namun tidak ada yang sanggup mengangkatnya.
"Jadi sebelum meninggal Syekh Abdul Wajah pernah berpesan ketika ia meninggal ingin dimakamkan di wilayah Galuh. Setelah mengetahui wasiat itu, para santri dari Galuh (Ciamis) dengan mudah membawa jenazahnya dan dimakamkan di Makam Gunungsari ini karena sebagai keturunan Galuh," tutur Darman.
Konon, menurut dia, ada keajaiban yang terjadi saat jenazah dibawa ke lokasi makam. Dua batu yang dianggap telah menyelamatkan jenazah Syekh Abdul Wajah itu ternyata berada tak jauh dari area pemakaman.
"Jadi batu itu dengan sendirinya berpindah dari Sungai Citanduy ke sini. Padalah tidak ada santri yang membawanya. Jarak ke sungai juga cukup jauh," kata Darman.
Masih ada kisah keunikan dua batu tersebut. Darman, yang sejak kecil bersama kakek dan bapaknya, telah lama mengenal makam tersebut. Batu yang dulunya hanya sebesar ember ukuran sedang, kini terlihat membesar.
"Batu yang di depan gerbang itu tadinya di dalam, karena makam ditata jadi dipindahkan ke pintu depan kuburan. Dulu diangkat oleh tiga orang juga bisa. Sekarang lebih dari lima orang pun tidak bisa. Sejak tahun 70, seingat saya batu itu kecil. Tapi sekarang lebih besar dua kali lipat," tutur Darman.
Sedangkan batu yang satu lagi memiliki ukuran lebih kecil. Batu itu bukan hanya membesar tetapi juga melebar. Lokasinya berada disamping makam Syekh Abdul Wajah, tidak dipindahkan karena ukurannya saat itu masih kecil.
"Kalau setiap malam Jumat Kliwon banyak peziarah ke sini. Umumnya para santri berasal dari berbagai daerah selain dari Ciamis dan Tasikmalaya. Ya mereka berdoa dan tawasulan. Biasa sampai jam 2 sampai jam 3 dini hari," ucap Darman