Nelayan di laut selatan Cianjur, Jawa Barat diminta untuk tidak melaut. Gelombang tinggi yang mencapai 4-6 meter dikhawatirkan mengancam keselamatan nelayan.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung Tony Agus Wijaya menjelaskan terdapat pusat tekanan rendah 1007 hPa di Samudera Hindia. Kecepatan angin tertinggi terpantau di beberapa wilayah, salah satunya ialah di perairan selatan Banten.
Kondisi tersebut mengakibatkan peningkatan gelombang tinggi di wilayah laut Selatan, dengan ketinggian gelombang 4-6 meter. "Untuk di Jawa Barat gelombang tinggi terjadi di Sukabumi, Cianjur, Garut, dan Tasikmalaya," ujar Tony, Senin (14/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data prakiraan tinggi gelombang di perairan Selatan Jawa Barat dari BMKG, gelombang tinggi terjadi hingga 17 September 2020. Ketinggian gelombang laut mulai berkurang menjadi 3,5 meter pada 18-19 September.
Tony mengimbau masyarakat menyesuaikan aktivitasnya dengan kondisi cuaca dan tinggi gelombang tersebut. "Agar aktivitas lancar dan tidak terhambat, dan antisipasi potensi bencana, dengan meningkatkan kesiapsiagaan. Dan selalu memperhatikan kondisi dan faktor alam," tutur Tony.
Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansah mengimbau para nelayan agar mematuhi setiap arahan dari BMKG untuk tidak melaut saat kondisi cuaca buruk. Apalagi beberapa hari lalu terjadi insiden tenggelamnya dua orang nelayan asal Ujung Genteng Sukabumi di perairan Selatan Cianjur akibat terhantam gelombang tinggi.
"Kami imbau tidak melaut jika dalam kondisi gelombang tinggi," ucap Deden.
Tonton video 'Nelayan di Sukabumi Dilaporkan Hilang, Perahu Ditemukan Terdampar':