Legenda urban di beberapa daerah Kabupaten Ciamis, masih ada dan dipercaya sebagian masyarakat. Seperti di satu kampung ini tidak boleh ada pergelaran pertunjukan wayang golek. Mitosnya, bila memaksa menggelarnya, satu kampung akan mendapat malapetaka.
Percaya atau tidak, cerita mitos tersebut sudah ada di benak masyarakat Dusun Cariu, Desa Sukadana, Kecamatan Sukadana, Ciamis, Jawa Barat. Sampai saat ini masyarakat tidak ada yang berani menggelar pertunjukan wayang untuk perayaan sesuatu.
Cahdi Sastranatadiwangsa, Kuncen Situs Kabuyutan Eyang Candradirana, menuturkan cerita pantangan atau mitos tersebut sudah ada sejak zaman dulu. Warga Cariu tak ada yang berani melawan larangan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita munculnya larangan itu, konon, pada zaman dulu ketika sedang ada panggung pertunjukan, salah satunya menampilkan wayang dengan dalangnya bernama Jaya Braja berasal dari Cirebon.
Namun ketika pertunjukan wayang digelar tapi tidak ada seorang warga pun yang menyaksikannya. Warga Cariu malah tertidur di rumahnya masing-masing.
"Sejak saat itu munculah larangan, jangan ada pertunjukan di wilayah ini. Kalau ada yang memaksa melaksanakan pertunjukan wayang maka kampung ini bakal terkena malapetaka," ungkap Kuncen saat ditemui di Situs Kabuyutan Eyang Candradirana, Kamis (3/9/2020).
Malapetaka yang dimaksud, menurut Cahdi, akan banyak kejadian yang menimpa dusun tersebut bila larangan itu dilawan. Kejadian yang paling ditakutkan, sayuran, pohon dan tanaman di wilayah Cariu tak akan berbuah yang bisa menyebabkan terjadinya kelaparan.
Diketahui, di Dusun Cariu ini dominan warganya berprofesi bertani di kebun. Meski belum bisa dipastikan kebenarannya, namun warga tetap memegang teguh larangan tersebut.
"Jadi kalau larangannya dilawan, seperti memaksa menggelar wayang satu kampung ini pohon dan tanaman tidak akan berbuah," ucapnya.
Cahdi menerangkan Dusun Cariu ini awalnya merupakan sebuah Desa yang dibangun atau dibuka oleh Eyang Candradirana, lalu diteruskan oleh putri dan putranya, seperti Putri Kirana dan Panji Anom. Para sesepuh wilayah ini dimakamkan di Situs Makam Cariu atau Kabuyutan Eyang Candradirana.
Di situs ini banyak warga yang datang untuk berziarah dan berdoa. Tak sedikit berdoa untuk kelancaran hidup dan rezekinya. Makam tersebut dikelilingi oleh pohon besar dan pohon waregu.
Setiap peziarah yang datang ketika masuk ke area makam terlebih dulu harus membuka alas kaki. Meskipun sekelilingnya hanya batu dan tanah. Tapi itu mengandung makna untuk menghormati sesepuh meski telah meninggal dunia.
"Warga juga berdoa dan tawasulan disini salah satunya saat acara Hajat Bumi, pada Senin kliwon atau Kamis Kliwon," katanya.
(mud/mud)