Keramba jaring apung lepas pantai atau KJA offshore di Kabupaten Pangandaran kini dalam kondisi terbengkalai. KJA offshore yang dipasang dan diresmikan Presiden Jokowi dan Menteri KKP Susi Pudjiastuti pada bulan April 2018 silam, sudah lama dibiarkan tak terpakai.
Padahal proyek pembuatan KJA offshore itu menelan biaya miliaran rupiah. Delapan unit KJA offshore itu rusak karena dihempas gelombang. Sejumlah nelayan berpendapat kesalahan penempatan yang membuat KJA offshore itu gagal.
Kepala kantor pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan (PSDKP) wilayah Pangandaran, Rukmana membenarkan KJA offshore sudah tak beroperasi sejak lama atau beberapa bulan setelah diresmikan. "Rusak, tak kuat menahan arus gelombang," kata Rukmana, Selasa (1/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rukmana menjelaskan sebelumnya ada delapan keramba. Empat keramba masih ada di lokasi lepas pantai dalam keadaan rusak. Dua terhempas dan hanyut sampai ke perairan Bojong Salawe, dan dua lagi diamankan di sekitar pelabuhan Cikidang Pangandaran. "Selain karena arus kuat, pergerakan ikan juga turut mempengaruhi kerusakan," kata Rukmana.
Dia menjelaskan pemasangan KJA offshore itu sempat berpindah-pindah mencari posisi yang tepat atau posisi terbaik. Tapi kala itu kerap bersinggungan dengan lokasi penangkapan ikan atau fishing ground.
Rukmana menambahkan saat itu benih ikan yang ditebar adalah ikan kakap putih atau barramundi. "Jumlahnya sekitar 95 ribu ekor, semuanya lepas liar. Sebagian ada yang tertangkap nelayan," kata Rukmana.
Sementara itu Agus salah seorang nelayan Cikidang KJA offshore sudah beroperasi sejak pertengahan tahun 2018 lalu. "Padahal dulu sempat lihat ada penelitian dulu sebelum dipasang. Tapi memang pantai selatan itu ombaknya ganas. Langsung menghadap samudera Hindia," kata Agus.
Dia sendiri mengaku menyayangkan kegagalan program tersebut padahal memakan biaya yang besar dan bisa bermanfaat bagi nelayan dan masyarakat Pangandaran. "Sayang sekali, tak sampai panen keburu jebol," kata Agus.
Proyek KJA offshore ini sebenarnya teknologi dari Norwegia yang diterapkan di Indonesia. Selain dipasang di Pangandaran, KJA offshore serupa juga dipasang di Karimun Jawa dan Sabang.
Proyek KJA offshore dibiayai APBN 2017 sebesar Rp 42 miliar per daerah. Anggaran besar itu digunakan untuk membeli teknologi keramba dan fasilitasnya dari Norwegia.
Penerbaran benih di KJA offshore bisa lebih banyak yaitu sekitar 1,2 juta ekor. Hasil produksinya bisa lebih tinggi yaitu 816 ton per tahun, dengan delapan lubang per keramba.
(mud/mud)