Kisah Ekspedisi 1.000 Jembatan Gantung: Dari Carstensz ke Pelosok Nusantara

Kisah Ekspedisi 1.000 Jembatan Gantung: Dari Carstensz ke Pelosok Nusantara

Yudha Maulana - detikNews
Sabtu, 29 Agu 2020 21:11 WIB
Ekspedisi 1.000 Jembatan Gantung
Jembatan gantung yang dibuat CRI di Sungai Sei Ular, Deli Serdang, Sumatra Utara. (Foto: DOK. Vertical Rescue Indonesia)
Bandung -

Keberhasilan membangun Jembatan Merah Putih di puncak tertinggi Indonesia Carstensz, Pegunungan Tengah-Papua pada 2015 lalu, menjadi pijakan besar Vertical Rescue Indonesia (VRI) dalam melakukan ekspedisi selanjutnya. Komunitas yang bergerak dalam aksi penyelamatan di medan terjal ini, kembali berekspedisi dengan membangun 1.000 jembatan gantung di seluruh pelosok nusantara.

Penggagas VRI Tedi Ixdiana ingat betul betapa sulitnya mencapai puncak Carstensz. Di ketinggian 4.800 meter di atas permukaan laut ditambah suhu minus 0 derajat, jelas bukan pekerjaan mudah untuk menyeberang jurang sepanjang 25 meter untuk menuju salah satu dari tujuh puncak tertinggi di dunia tersebut.

Banyak pendaki dari seluruh dunia bertaruh nyawa untuk menaklukkan jurang tersebut, tak sedikit pula yang meninggal saat berusaha menyeberang. Pasalnya, di tengah kondisi ekstrem, stamina pendaki benar-benar diperas. Sebelum menyeberang jurang, para pendaki harus memanjat tebing setinggi 500 meter terlebih dahulu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Banyak yang mencoba tapi terjerat di tali, bahkan ada korban jiwa," ujar Tedi.

Ekspedisi 1.000 Jembatan GantungSebelum pembangunan jembatan gantung, warga terpaksa menyeberang sungai di Sukabumi. (Foto: DOK. Vertical Rescue Indonesia)

Akhirnya VRI bersama Kodam XVII Cenderawasih membangun jembatan perintis, dengan menggunakan tali baja yang membentang di antara bibir jurang. Perjalanan menyeberang jurang yang bisa memakan waktu hingga satu jam, kini bisa dilewati dengan waktu setengah menit.

ADVERTISEMENT

"Ada pijakan tali di kiri, kanan dan tengah. Antrean pun bisa diputus dengan jembatan ini, kalau tersangkut pendaki bisa mundur atau maju dengan waktu yang singkat. Itu hadiah Indonesia untuk dunia pada 17 Agustus 2015," kata Tedi.

Dimulai dari Garut

Banjir bandang di Kabupaten Garut tak hanya menewaskan 34 orang, tapi juga menyapu sejumlah infrastruktur seperti jembatan yang melintang di atas Sungai Cimanuk pada 2016 silam. Ketiadaan jembatan membuat distribusi logistik menjadi sulit dilakukan, kalau pun warga bisa memutar jalan, jarak yang ditempuh pun bisa lebih dari 20 kilometer.

"Masyarakat tahu bahwa VRI membangun jembatan di Carstensz Pyramid, tahunya di media sosial. Akhirnya 2016 kita berangkat, padahal jembatan yang kita bikin bukan jembatan papan dengan dinding di kanan dan kirinya. Mereka hanya tahu bahwa kita bisa membangun jembatan tertinggi. Mereka bilang coba bisa buat jembatan di sana, sementara masyarakat menyeberang menggunakan perahu karet untuk drop logistik," tutur Tedi.

"Ayo kita bikin jembatan di sini, kita kemudian berupaya membangun jembatan darurat, walau ada yang pakai bambu dan bahan yang ditemukan di sekitar. Dalam waktu tiga hari selesai ada pijakan, teknologi kita tidak pakai beton, tapi pakai teknologi di salju atau lumpur, tidak mengikat ke beton tapi menggali tanah dan mencari bebatuan untuk dikubur," dia menambahkan.

Ekspedisi 1.000 Jembatan GantungJembatan gantung di Sungai Sei Ular, Deli Serdang, Sumatra Utara. (Foto: DOK. Vertical Rescue Indonesia)

Kisah VRI dalam membangun jembatan perintis pun tersiar cepat. Tedi mengatakan banyak masyarakat dari daerah terpencil yang melaporkan keadaan di daerahnya yang masih minim akses jembatan.

"Tiba-tiba ada kepala desa atau lurah minta tolong, 20 tahun jembatannya rusak sehingga ada kecelakaan. Di sana kita baru ngeh, ternyata banyak yang membutuhkan jembatan, kita jembatan biasa tali baja," ucap Tedi.

Tak jarang juga, sambung Tedi, ia mendengar ada kabar warga yang meninggal saat berusaha melintasi sungai. "Ada juga bapak yang cerita, kalau istrinya pergi ke pasar, tapi enggak pulang-pulang. Tahunya (jenazah istri) ditemukan (terhanyut) dua kilometer," ucapnya.

"Semua merenung, dari sana kita gagas 1.000 jembatan gantung untuk Indonesia, karena banyak yang minta. Tak hanya di Jabar, tapi juga di Sumatra, Sulawesi. Kenapa pakai kata nama 1.000, karena ini menyambung dengan ekspedisi kita sebelumnya, tahun 1987 - 2013, ekspedisi membuka jalur panjat tebing di 10 negara," kata Tedi melanjutkan.

Ekspedisi 1.000 Jembatan GantungTedi Ixdiana (Foto: DOK.Vertical Rescue Indonesia)

Sudah Bangun 105 Jembatan

Hingga tahun keempat ekspedisi digulirkan, VRI telah membangun 105 jembatan gantung di 12 provinsi di Indonesia. Jembatan yang dibangun pun memang yang sulit dijangkau oleh kendaraan bermotor.

"Alat-alat kita kadang diangkut pakai ojek yang rodanya pakai rantai, besi diangkut oleh itu. Genset, sling juga susah diangkutnya, tapi kita anggap itu bukan kendala. Ini ekspedisi, bukan proyek," Tedi menegaskan.

"Kalau berpikir bukan ekspedisi, pastinya kita akan kerepotan karena setiap mau membangun jembatan kita bertemu dengan jurang, makanya kita beri judul ekspedisi. Medannya juga berbeda," ucap Tedi.

Ekspedisi 1.000 Jembatan GantungTim membawa peralatan berupa sling dan tali untuk pembuatan jembatan gantung. Foto ini didokumentasikan pada 2017 saat proses pembuatan jembatan di Sungai Cidamar, Cianjur. (Foto: DOK. Vertical Rescue Indonesia)

Tantangan dalam mengemban misi mulia untuk menyambungkan akses daerah terisolir, tak hanya datang dari geografis semata. Secara sosial pun VRI pernah mendapatkan tudingan yang tak mengenakan, salah satunya dianggap tim kampanye salah satu partai politik tertentu.

"Tapi kendala itu kita bisa diatasi dengan kita melepas seragam (berwarna merah), masuk ke masjid dan gandeng TNI dan Karang Taruna. Karena VRI dan TNI juga punya rekam jejak yang baik, termasuk pelatihan dan pembekalan di TNI. Akhirnya masyarakat juga turun membantu dengan kemampuan mereka masing-masing, ada yang tukang las, dan lain-lain," tuturnya.

Sedikit banyak yang tidak tahu, ujar Tedi, pembiayaan jembatan gantung ini merupakan swadaya komunitas atau ibaratnya 'ngencleng'. "Kita di grup WA, terus di sana kita infokan mau bikin jembatan di Naringgul, atau di Garut. Hasil survei langsung kita berikan, nah dari sana biasanya ada yang mau minjemin kendaraan, nyumbang Rp 100 ribu," ucap Tedi.

Ekspedisi 1.000 Jembatan GantungJembatan gantung di Sungai Sei Ular, Deli Serdang, Sumatra Utara. (DOK. Vertical Rescue Indonesia)
Halaman 2 dari 3
(yum/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads