Masjid Agung Ciamis ini salah satu ikon daerah. Masjid tersebut telah beberapa kali bertransformasi dalam beberapa tahun. Bahkan masjid tersebut sempat menjadi sasaran kelompok Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Masjid Agung Ciamis ini terletak di Jalan Nasional Selatan Ciamis. Sehingga banyak dimanfaatkan untuk transit oleh warga dari luar kota. Untuk itu, DKM Masjid Agung Ciamis terus melakukan penataan agar warga yang transit dan beribadah semakin betah dan khusyuk.
Masjid yang bentuknya lebih representatif ini ternyata menyimpan sejarah panjang. Renovasi telah dilakukan berulang kali, terutama saat ada pergantian kekuasaan. Masjid Agung Ciamis juga pernah luluh lantak oleh api karena dibakar gerombolan DI/TII.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ceritanya, saat gerombolan masuk ke wilayah Ciamis. Terjadi aksi penyerangan ke markas TNI, perumahan warga dan salah satunya Masjid Agung. Kejadian itu terjadi sekitar 1958.
"Dulu gerombolan datang ke Ciamis melakukan penyerangan, banyak bangunan yang dibakar termasuk masjid agung. Tapi alhamdulillah tidak ada kerusakan yang cukup parah," ujar Ketua DKM Masjid Agung Ciamis Wawan S Arifien, Kamis 27 Agustus 2020.
Masjid Agung Ciamis dibangun sekitar 1882 pada masa pemerintahan Bupati Galuh RAA Kusumadiningrat (1839-1886). Bupati ke-16 yang dikenal masyarakat Ciamis dengan sebutan Kangjeng Prebu atau Kangjeng Dalem ini.
Kanjeng Prebu dikenal masyarakat sebagai Bupati yang paling berjasa dalam melakukan pembangunan. Terutama dari sarana infrastruktur pemerintahan dan infrastruktur publik di Ciamis. melalui Kanjeng Prebu juga menginisiasi pembangunan masjid jami di desa.
"Masjid Agung Ciamis dibangun di tanah seluas 8.500 meter persegi, dengan bangunan atap berbentuk kerucut dengan tiga tingkatan. Model ini serupa dengan Masjid Demak atau Mesjid Agung Bandung yang lebih dulu dibangun pada 1812. Konstruksi bangunan didominasi kayu jati," tutur Wawan.
Saat pembangunan masih berlangsung, Kangjeng Prebu pensiun dari jabatan Bupati Galuh pada 1886. Dilanjutkan oleh Bupati Galuh berikutnya yakni RAA Kusumasubrata, anak kandung Kangjeng Prebu.
Masjid Agung Ciamis selesai dibangun pada bulan Ramadan. Sesuai dengan yang tertulis pada prasasti kayu di bagian kanan bangunan, pembangunan mesjid ini selesai pada "Tanggal 30 Romadhon tahoen 1319 H/10 Djanoeari tahoen 1902 M Waktoe Boepati Kanjeng Dalem Raden Aria Adipati Koesoemah Soebrata". Sayangnya prasasti itu kini hilang.
Kemudian renovasi Masjid Agung Ciamis dimulai oleh Bupati Raden Yusuf Suryadipura pada 1958. Sebab masjid ini dibakar oleh gerombolan DI/TII.
Model bangunan dirombak. Model atap kerucut yang tadinya dari genting diubah menggunakan seng. Kemudian ditambahkan pula dua buah menara di kedua sisi bangunan.
Lalu renovasi ketiga dilakukan pada masa kepemimpinan Bupati Momon Gandasamita (1983-1988). Renovasi kali ini dilakukan secara total. Bangunan dibuat dari beton, termasuk kubahnya. Sementara dua menara kubah seng dirobohkan diganti sebuah menara beton. Tidak lagi ada atap kerucut tiga tingkat.
Renovasi terakhir dilakukan pada 2002 saat Bupati Ciamis Oma Sasmita. Bangunan mesjid agung menjadi lebih representatif.
Di bagian atap terdapat empat kubah kecil yang mengelilingi satu kubah besar di tengah. Di halaman dibangun dua menara besar. Selain mesjid dibangun pula basement yang memuat kantor DKM, Perpustakaan dan tempat wudu.
Pekarangan pun dibuat indah dengan kehadiran aneka pepohonan dan bunga-bunga. Satu yang paling menarik adalah pohon kurma, dimana pohon tersebut merupakan pohon khas timur tengah dan sering berbuah.