Kota Bandung menjadi salah satu daerah penyumbang kasus COVID-19 tertinggi di Jabar. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Rita Verita menyatakan dari kasus jumlah kasus yang disamapaikan oleh Satgas COVID-19 ada beberapa pasien yang bukan berasal dari Kota Bandung.
"Jadi itu memang data-data yang kami dapatkan langsung dari pusat. Pusat mungkin dari provinsi dan data itu, setelah di validasi ternyata ada beberapa bukan termasuk penduduk Kota Bandung, ada beberapa di luar penduduk Kota Bandung," kata Rita di Balai Kota Bandung, Selasa (11/8/2020).
Meski begitu pihaknya tetap melakukan pelacakan asal muasal orang yang terpapar COVID-19. "Sehingga, sampai sekarang masih kita lacak apakah itu penduduk Kota Bandung. Dari 90 orang yang kami dapatkan, ternyata 70 yang memang penduduk Kota Bandung. Dari 70 ini, 30 betul penduduk Kota Bandung dan sebagian besar sudah sembuh dan sisanya 40 sedang dilacak," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rita melanjutkan, sebagian dari warga yang terpapar COVID-19 itu sudah sembuh dan dinyatakan negatif. "Dengan mendapatkan data ini, kita tetap lakukan penyelidikan epidemiologi, lalu kita lakukan tracing dan sebagian sudah sembuh. Mungkin ini masuk delay report, salah satunya, tapi kita tetap lakukan pelacakan," ujarnya.
Selain itu, menurut Rita banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus COVID-19. Salah satunya ada warga yang melakukan pemeriksaan mandiri dan datanya langsung dilaporkan ke pusat.
"Banyak sekali, salah satu faktornya diperiksa mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Bandung dengan langsung dilaporkan. Data langsung dilaporkan dari lab-lab yang memeriksa, hanya Kota Bandung saja, tetapi tidak dirinci alamat dan lainnya. Setelah kita lacak, tidak semuanya penduduk Kota Bandung," ujarnya.
Berdasarkan data yang ada, saat ini jumlah kasus kumulatif sebanyak 549. "Per Tanggal 10 Agustus, positif kumulatif 549, positif aktif 50 orang, sembuh 445 dan meninggal 44 orang," ujarnya.
(wip/mso)