Beragam peristiwa menarik terjadi di Jawa Barat sepanjang pekan ini. Salah satu yang menyita perhatian adalah klaim 'profesor' Hadi Pranoto soal obat atau serum yang diklaimnya bisa menyembuhkan COVID-19.
Tak hanya itu, kisah pencurian ponsel oleh buruh tani berujung haru. Pasalnya, sang ayah hanya ingin anaknya bisa mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) setelah tertinggal beberapa hari karena tak memiliki ponsel.
Kelakuan sebuah keluarga yang menggelar botram atau makan bersama di bahu jalan Tol Cipali juga jadi sorotan. Apa saja berita populer di Jabar pekan ini ? Berikut ulasannya :
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Lima Keluarga jadi Klaster Corona di Bogor
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan saat ini ada 5 keluarga yang menjadi klaster penyebaran COVID-19 di Kota Bogor. Ia meminta warga Kota Bogor tetap waspada dan menjalani protokol kesehatan agar penyebaran COVID-19 bisa terkendali.
Dedie menyebut, klaster keluarga pertama yakni keluarga di Perumahan Rimba Raya, Bogor Selatan Kota Bogor. Satu keluarga ini terpapar COVID-19 setelah salah satu anggota keluarganya mengikuti kegiatan keagamaan di Kediri, Jawa Timur. Sampai Kamis (30/7/2020), total kasus positif di klaster ini berjumlah 8 orang.
Klaster keluarga kedua yakni keluarga seorang pengusaha restoran di Bantarjati, Bogor Utara Kota Bogor. Di klaster ini, 6 orang dari satu keluarga dinyatakan positif COVID-19 setelah menjalani swab.
"Tanggal 21 Juli lalu, hasil swab Kepala Keluarga yang bergejala hasilnya + (positif). Ada 17 kontak erat dan 5 diantaranya positif," kata Dedie, Kamis (30/7/2020) malam."(Kepala keluarga) adalah pemilik restoran. Kita akan tutup restonya. Sedang disiapkan langkah teknisnya," sambungnya.
Selain itu, satu keluarga di Cimanggu City, Kecamatan Tanahsareal, Kota Bogor juga dinyatakan Positif COVID-19. Di klaster ini ada 4 orang yang dinyatakan positif COVID-19.
"Kemudian klaster Semplak, jumlah positif ada 14, 8 warga kota Bogor dan 6 warga Kabupaten Bogor. Kemudian klaster (keluarga) Sukadamai, ada 6 orang positif. (Rinciannya) 4 warga Kota Bogor, 2 warga Kabupaten Bogor," kata Dedie A Rachim.
Tonton juga 'Sekolah di Zona Hijau Jabar Boleh Dibuka, Dimulai dari SMA':
2. Polisi Bubarkan Keluarga Botram di Tol Cipali
Video anggota polisi patroli jalan raya (PJR) Polda Jabar bubarkan warga yang sedang asyik makan dipinggir Jalan Tol Cipali. Aksi botram warga itu viral di media sosial.
Dalam video berdurasi 30 detik itu, terlihat sekelompok warga yang asyik makan dibahu jalan tol. Warga tersebut diimbau petugas PJR untuk kembali ke kendaraanya dan segera bergegas melanjutkan perjalanan.
"Sok Bu, diangkat ya, makannya di rest area atau tempat yang aman," kata salah satu petugas.Warga tersebut sempat menanyakan, mengapa mereka dilarang makan di pinggir jalan tol tersebut. Petugas menjelaskan demi keamanan.
"Bukan enggak boleh makannya, tapi tempatnya yang dilarang. Ini sangat rawan Cipali tuh ya," ucap petugas.
Saat dikonfirmasi Panit PJR Tol Cipali Iptu Karyana membenarkan kejadian tersebut. Kejadian itu terjadi pada Jumat (31/7/2020) lalu.
"Iya benar, kejadian itu terjadi, Jumat (31/7) lalu," kata Karyana via sambungan telepon, Minggu (2/8/2020).
Dari informasi yang diterimanya, warga atau rombongan keluarga itu akan mudik dari Jakarta menuju Cirebon. "Kejadiannya di KM 108 A sekitar pukul 14.30 WIB," ucapnya.
Karyana menuturkan, pembubaran itu dilakukan karena dapat membahayakan pengguna kendaraan tersebut dan pengguna jalan lain. "Kami imbau pengguna jalan tersebut untuk kembali melanjutkan perjalanan," ujarnya.
3. Klaim Hadi Pranoto Buat Obat COVID-19 Bikin Geger
Hadi Pranoto, pria yang namanya sempat viral usai berdialog bersama penyanyi Anji enggan membuka riwayat pendidikannya. Dalam video yang viral, ia mengaku sebagai profesor mikrobiologi.
Obat herbal yang diklaimnya sebagai 'penemuan' juga diklaim bisa menyembuhkan penderita COVID-19 dan sudah diteliti sejak tahun 2000. Berbagai klaim ini menuai cibiran dan dinilai menyesatkan
"Penelitian sejak tahun 2000. Kajian kita lakukan itu adalah melihat kondisi perkembangan virus mulai dari SARS, MERS dan flu burung, dan itu memang pasti akan terjadi dan akan terulang lagi. Karena sebenarnya covid-19 ini sebenarnya dimulai dari perang di semenanjung korea 1940. Dan itu diledakan lagi pada kasus SARS dan MERS," beber Hadi saat juma pers di Jalan KH Abdullah Bin Nuh, Senin (3/8/2020).
"Pernah, kita sudah melakukan percobaan terhadap beberapa orang, yang terjangkit virus di luar covid ini, itu sembuh dengan obat ini. Kita lakukan uji coba di Indonesia, tahun 2014 kita sudah lakukan uji coba," imbuhnyaHadi menyebut, timnya merupakan orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari TNI hingga ahli mikrobiologi. Anggota tim risetnya, kata Hadi, merupakan sahabat-sahabat lamanya yang memiliki semangat yang sama untuk mendapat temuan baru yang bermanfaat untuk kepentingan kesehatan masyarakat.
"Kita adalah sahabat-sahabat lama yang berkumpul untuk melakukan kegiatan ini. Kita memang melihat kondisi alam yang begitu melimpah, dan kita ingin suatu temuan yang bermanfaat untuk kepentingan kesehatan manusia. Kemudian kita ajak mereka gotong royong dan bergabung dengan kkmuniyas penelitan kita," kata Hadi.
"Latar belakang kita berbeda-beda ya. Karena dari tim ini ada yang dari TNI, ada yang ahli mikro biologi, jadi banyak ya. Jadi kita gabungkan, kita eksplor potensi alam yang ada di Indonesia," imbuhnya.
Hadi yang ditanya latar pendidikannya juga enggan menjawab. Ia memilih dianggap sebagai orang biasa yang tidak memiliki latarbelakang pendidikan dengan alasan tidak mau menjadi kontroversi.
"Saya sementara waktu daripada menjadi kontroversi, anggap saja ndak sekolah. Jadi lebih enak, supaya tidak ada lagi kontroversi lagi di dunia pendidikan di Indonesia," kata Hadi.
Hadi mengaku banyak yang bertanya tentang siapa dirinya dan siapa yang membuat herbal anti COVID-19 dan bagaimana uji medisnya. Namun untuk menjawab itu, ia berharap lembaga pemerintah resmi milik pemerintah dapat melakukan uji klinis terhadap herbal yang diproduksinya.
"Memang ada banyak yang bertanya siapa yang membuat ini dan bagaimana uji klinisnya, makanya kita ingin uji klinis dilakukan oleh lembaga terkait yang resmi negara supaya tidak menjadi benturan, tetapi kita harapkan ini menjadi solusi dalam penanganan covid," sebutnya.
Pihak Bio Nuswa menegaskan bahwa terdapat produk yang mengatasnamakan produk mereka dengan nomor izin BPOM tertentu, dihimbau untuk berhati-hati.
"Jika terdapat produk "BIO NUSWA" atau produk lain yang mencantumkan Nomor Izin Edar POM TR 203636031 beredar di pasaran, maka dapat kami pastikan bahwa produk tersebut bukan merupakan produksi PT Sarakamandiri Semesta, sehingga kualitas dan keaslian produk tersebut bukan tanggung jawab kami," lanjut rilis tersebut.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) juga membantah klaim Hadi Pranoto. Pihaknya menegaskan hingga kini belum ada obat atau herbal khusus untuk menyembuhkan pasien Corona.
4. Gapura Sumedang Kembali jadi Sorotan Warganet
Sempat ramai di media sosial, kini gapura yang bertuliskan 'Selamat datang di Sumedang Kota Tahu' kembali disorot warganet. Ada apa?
Akun bernama Geber Bray membagikan foto kondisi gapura saat ini ke salah satu grup Facebook. "Assalamualaikum, Punten, Ari KANTOR DINAS TERKAIT alamat na dimana nya? ieu Tulisan TAHU nu aya dina Gapura Selamat Datang Di Kota Sumedang tos Ruksak," tulis akun tersebut sebagaimana dilihat detikcom, Sabtu (1/8/2020).
"Harusnya Gapura selamat datang di kota Sumedang ini dibangun Megah&Gagah Terbuat dari Tembok,Kayu Jati atau Besi & Beton kualitas internasional. Pak Sekda Kab Sumedang,dulu pernah bilang kalau Tugu ini akan di Renovasi, Mana Janjimu? Nuhun," kata Geber Bray.
Akun bernama Saefi AL Manafie ikutan bereaksi. Ia mengajak warga Sumedang urunan uang sebesar Rp 5.000 untuk biaya perbaikan gapura tersebut.
"Hayu ah rang udunan 5000 sewangmah kanu mampu atawa saridonawe," tulisnya.
Sekda Kabupaten Sumedang Herman Suryatman menegaskan pihaknya akan segera memperbaiki gapura tersebut. Soal komentar dan sorotan warganet berkaitan kondisi gapura, Herman menyebutkan hal itu sebagai kritikan positif.
"Tidak apa-apa kang, itu kritik membangun. Memang ada rencana diperbaiki atau di-redesign ulang," kata Herman.
Herman mengakui kondisi gapura tersebut mengalami kerusakan. "Itu ada huruf yang lepas, akan dibetulkan. Insyaallah desainnya jauh lebih baik," kata Herman.
5. Kisah Buruh Tani Curi Ponsel untuk Anak PJJ
Kasus buruh tani inisial A di Garut yang mencuri ponsel agar anaknya bisa ikut belajar online diselesaikan secara kekeluargaan. Korban sukarela mencabut laporan polisi.
Hal tersebut dibenarkan Kapolsek Tarogong Kaler Iptu Masrokhan. Polisi tidak akan melanjutkan penyelidikan perkara tersebut.
"Perkaranya sudah dicabut. Semua persoalan sudah selesai," kata Masrokhan kepada wartawan, Rabu (5/8/2020).
Masrokhan menjelaskan, pada Selasa (4/8) malam kemarin, pihaknya mempertemukan antara A dengan korban. Dalam pertemuan tersebut, korban memaafkan A dan menyatakan mencabut laporan di hadapan polisi.
"Kemarin setelah kita belikan ponsel, kita antar bapak ini untuk meminta maaf dan menyelesaikan persoalannya. Alhamdulillah korban ikhlas memaafkan dan mencabut laporannya," ucap Masrokhan.
Sekadar diketahui, A nekat mencuri ponsel di rumah korban sebulan lalu. A mengaku nekat mencuri lantaran anaknya sudah 10 hari tidak bisa mengikuti pelajaran yang digelar online gegara tak punya HP.
Kasus tersebut terbongkar setelah jejak ponsel diketahui anak korban. Senin (3/8), anak korban, AT, mencari keberadaan HP tersebut dan berhasil ditemukan di rumah A.
Namun bukan reaksi kesal dan marah yang ditunjukan AT saat menemukan ponsel ayah yang dicuri itu. Dia justru terenyuh melihat situasi rumah yang tak laik milik A.
Saat ditemukan, ponsel tersebut tengah digunakan belajar oleh anak kedua A. "Saya yakin tujuannya (nyuri HP) memang untuk agar anaknya belajar. Karena cuma satu HP yang diambil, padahal ada satu HP lain dan satu laptop saat itu," kata A.