Ipung (30) dan Yadi (29) bergegas mengenakan topeng badut begitu sinyal lampu merah menyala di Perempatan Jalan Cipaganti, Kota Bandung. Mereka segera bergegas naik panggung yang berupa zebra cross untuk menampilkan trik-trik sulap di hadapan para pengendara kendaraan.
"Bapak, ibu, kakak, adik maaf menganggu waktunya. Saya akan menampilkan sejumlah trik sulap. Bisa anda lihat buku ini kosong, sim salabim dan lihat jadi ada gambarnya, kemudian kita ubah lagi, sim salabim, menjadi kosong kembali," ujar Ipung sambil mempertunjukkan 'buku sulap'-nya, Rabu (5/8/2020).
Ipung pun kemudian menunjukkan kebolehannya yang lain, seperti mengambil benda dari wadah yang kosong. Perhatian puluhan pengendara pun tertuju padanya. Hanya ada empat trik yang diperagakan karena terbatasnya waktu, momen ini disambut Yadi pun dengan sigap mengulurkan saringan ikan, berharap ada pengendara yang mau berbagi rezeki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keseharian itu dilalui kakak beradik itu sejak kurang lebih empat bulan lamanya, pada masa normal keduanya berjualan alat-alat sulap di SDN Merdeka, Kota Bandung. Namun, karena adanya wabah, sekolah ditutup. Akhirnya mereka harus turun ke jalan untuk menjaga dapur tetap ngebul di rumah masing-masing.
"Pertama, saya melihat di Youtube sambil belajar otodidak. Saya mencari barang-barangnya, karena di Bandung jarang. Saya cari alat-alatnya ke Jakarta di Mangga Dua. Saya jualan di SD-SD, tetapi karena keadaan sekarang PSBB makanya saya turun ke jalan," ujar Ipung saat ditemui detikcom.
Ipun mengaku sudah menekuni dunia jualan alat sulap selama enam tahun lamanya, ia pun terkadang diundang sebagai pesulap di berbagai acara untuk menunjukkan kemampuan sulapnya. Namun sekali lagi, pandemi membuatnya sepi undangan.
"Mengisi waktu luang saja di jalan ini, karena memang sebetulnya sudah tidak ada pilihan lagi. Anak dan istri harus makan, mencari sesuap nasi di jalan asalkan halal," katanya yang mengaku pernah mengikuti ajang The Master itu.
Menurutnya, agak berbeda menampilkan sulap di lampu merah dengan di acara biasa. Pasalnya, tenggat waktu yang sempit dan alat-alat sulap pun harus bisa terlihat jelas oleh pengendara.
"Sebetulnya banyak triknya, hanya posisinya yang dibawa ke stopan harus bisa dilihat oleh semua orang. Banyak trik yang kecil seperti memasukkan koin ke dalam gelas, air teh jadi air putih. Kita juga harus mengatur timing," ucapnya.
(yum/mud)