Ratusan peserta investasi kurban dan elektronik datangi rumah ketua kelompok di Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur Jawa Barat mempertanyakan nasib paket mereka yang tak kunjung dapat kepastian, Senin (3/8/2020) sore.
Di bawah pengawalan anggota kepolisian, para peserta yang menjadi korban dugaan penipuan berkedok investasi yang awalnya bakal mendatangi rumah HA di Desa Limbangansari Kecamatan Cianjur, akhirnya hanya berkumpul di rumah salah seorang ketua kelompok.
Setelah diskusi panjang, para korban pun mewakilkan diri pada ketua kelompok untuk membuat laporan ke Polres Cianjur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada sekitar 200 orang korban yang datang. Tapi para korban sudah membubarkan diri, ketua kelompoknya yang mewakilkan untuk melapor ke Polres Cianjur," ujar Kapolsek Warungkondang AKP Gito, Senin (3/7/2020).
Menurutnya, para korban yang rata-rata merupakan butuh pabrik di Sukabumi itu mengikuti berbagai paket investasi, mulai dari kurban, elektronik, hingga sepeda motor.
Sayangnya, bos investasi tersebut kembali tak memenuhi janjinya untuk merealisasikan paket mereka.
"Karena kemarin ada pesan suara, janjinya paling lambat hari ini kembali ke Cianjur dan memenuhi tanggungjawabnya. Tapi belum juga ada kejelasan. Makanya mereka mempertanyakannya," kata dia.
Di sisi lain, Kapolres Cianjur AKBP Juang Nadi Priyanto mengaku sudah menginstruksikan anggotanya untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kasus dugaan penipuan berkedok investasi paket kurban dan elektronik.
"Timsus sudah kami bentuk. Segera kami selesaikan kasus ini. Anggota sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut," kata dia.
Istri Polisi di Sukabumi Juga Jadi Korban
Korban investasi bodong di Cianjur tersebar hampir di seluruh wilayah Jawa Barat. Sukabumi diduga menjadi korban terbanyak dari kasus tersebut, tidak hanya buruh pabrik dan masyarakat biasa tapi juga istri polisi.
Korban inisial F, mengaku mengalami kerugian kurang lebih Rp 100 juta. Bahkan suaminya yang berprofesi sebagai anggota polisi ikut menyetor untuk paket umrah. F meminta namanya diinisialkan berikut tempat suaminya bertugas untuk tidak disebutkan. Melalui pesan suara kepada detikcom, F menyebut tempat suaminya bertugas berikut alamat tempat tinggalnya saat ini.
"Awalnya di ajak sama mamah, katanya ada investasi seperti ini, itu juga dari mulut ke mulut tahunya. Kalau mamah dari awal sudah ikutan cuma belum pernah ada yang cair, waktu itu pertama bulan agustus ada info umroh, itu Rp 7 juta satu keluarga ikutan 6 orang jadi Rp 7 juta kali 6 orang," ungkap F kepada detikcom, Senin (3/8/2020).
F menyebut ia menerima seluruh titipan uang itu untuk kemudian disetorkan ke ketua inisial Ae alias Mamih Juan. Janji umrah pada Desember dan Januari namun hingga saat ini belum juga diberangkatkan.
"Alasannya Corona, mau kembalikan uang tapi sampai sekarang tidak ada. Tidak hanya paket itu saja, ada paket lebaran Rp 750 ribu bisa dapat Rp 3,5 juta bahkan si bapak (suami) ikutan paket lebaran 5 paket. Ikutan juga paket antam untuk emas 200 gram," lanjut F.
F mengaku tidak pernah bertemu dengan bos investasi yang diduga bodong tersebut. Selama transaksi dia hanya berkomunikasi dengan salah satu ketua. Sejak kasus ini mencuat ke publik, sang ketua raib entah kemana.
"Mami Juan ini whatsappnya tidak aktif, informasinya dia juga merekrut sampai ribuan member. Saya tahu dari grup (korban). Dia itu kalau ada yang telat bayar sukanya nyindir-nyindir, saya yang kasihan orang-orang pabrik katanya ada yang sampai Rp 200 juta karena mereka bawa konsumen," ungkap F.
"Harapan saya ketua itu bisa berkomunikasi dengan saya pahit manisnya juga omongin, kemarin masa ngebeludak itu kenapa karena ketua semua bungkam. Saya datang dengan mamah saya totalnya Rp 100 juta lebih, itu punya saya sama keluarga," sambungnya.
Melalui nomor telepon yang didapat, detikcom mencoba menghubungi sang ketua inisial Ae alias Mami Juan melalui pesan singkat. Meskipun ada notif pesan terkirim, yang bersangkutan tidak memberikan jawaban. Saat di telepon, hanya ada layanan pesan suara.