Teror geng motor membuat warga di Kabupaten Sukabumi geger. Selain itu, ada 20 pasien positif COVID-19 di Kabupaten Cirebon.
Dua kabar di atas merupakan beberapa kabar menarik dari Jabar pada hari ini. Selain dua kabar itu, ada kabar lainnya yang tak kalah menarik. Apa saja?
Aksi Geng Motor Brutal di Sukabumi
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua video aksi perusakan yang diduga dilakukan gerombolan bermotor viral di media sosial dan aplikasi perpesanan. Tidak hanya merusak, mereka juga menggeledah rumah warga di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.
Video berdurasi 31 dan 34 detik itu menggambarkan suasana mencekam saat segerombolan pria bermotor tiba-tiba datang membawa senjata tajam. Rumah warga sempat dijarah, jaket atribut salah satu kelompok motor mereka ambil.
Penelusuran detikcom, video itu diduga sengaja disebar kelompok tersebut. Sejumlah saksi mata yang mengetahui kejadian itu bahkan sudah melapor ke polisi, mereka mengaku berada di lokasi saat teror itu terjadi.
"Kejadiannya Kamis (23/7) sampai Jumat (24/7) dini hari, ada beberapa lokasi di Cimaja dan Sukawayana, Cikakak. Yang saya tahu mereka itu dari salah satu kelompok motor, mereka menjarah rumah warga," kata pria, inisial Ba, salah satu warga Palabuhanratu melalui sambungan telepon, Senin (27/7/2020).
Menurut Ba, para pelaku menyasar rumah-rumah salah satu kelompok motor lawannya. Selain digedor, pelaku juga memecahkan rumah warga menggunakan senjata tajam.
"Menjarah di kedai Cimaja, lalu ke Jaipong, Cikakak. Orang sedang istirahat digedorin, kaca jendela dipecah. Mereka mencari anak salah satu kelompok motor padahal anak itu sedang kerja di kapal, keluarganya diteror mereka masuk kamar dan menggeledah," tutur Ba.
Kr, warga lainnya, mengaku mengenal orang yang melakukan perusakan. Saat kejadian, dia dan seorang rekannya tengah beristirahat di salah satu kosan sampai kemudian gerombolan itu datang.
"Sudah dilaporkan ke polisi, saya juga jadi saksi karena saat kejadian saya berada di dalam kamar kosan yang mereka rusak kaca jendelanya," kata Kr.
Kr mengaku tidak melakukan perlawanan karena gerombolan itu datang tiba-tiba sambil membawa senjata tajam. "Mereka bawa corbek, semacam celurit panjang lalu bawa pedang samurai. Saya bertahan di dalam kosan sampai mereka pergi," ujarnya.
Kapolres Sukabumi AKBP M Lukman Syarif saat dikonfirmasi detikcom melalui aplikasi perpesanan hanya menjawab singkat. "Segera kita ungkap," ujar Lukman.
Pergub Sanksi Denda Baru Diteken Ridwan Kamil
Sejak jauh hari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengumumkan per 27 Juli atau hari ini warga yang tak memakai masker akan dikenai denda hingga Rp 150 ribu. Namun hari ini belum ada satu pun daerah di Jabar yang memberlakukannya. Bahkan Pergubnya saja baru diteken Ridwan Kamil hari ini.
"Maka hari ini saya sudah tandatangani Pergub terkait sanksi dan denda tidak memakai masker, supaya kita bisa kembali melaksanakan kegiatan ekonomi, tetapi tetap menjaga kewaspadaan," ujar Ridwan Kamil dari Jakarta dalam Webinar Siasat Recovery BUMD di Era AKB, Senin (27/7/2020).
Kendati begitu, pria yang akrab disapa Kang Emil itu tidak menyebutkan kapan dan bagaimana teknis pemberian denda yang akan diberikan. "Itu update hari ini, yang rekan-rekan (wartawan) bisa kutip juga," ucap Kang Emil.
Sebelumnya, penerapan denda dan sanksi akan diberikan pada 27 Juli 2020. Warga akan didenda bila abai memakai masker di area publik, denda akan diberikan sebesar Rp 100 ribu - Rp 150 ribu, berikut kerja sosial.
"Diedukasi sudah, ditegur dengan surat tilang sudah, karena tingkat kedisiplinannya masih rendah, maka kami akan denda Rp 100.000 sampai Rp 150.000," ujarnya beberapa waktu lalu.
Akhir pekan lalu, Kang Emil menyatakan pemberian sanksi harus menunggu peraturan atau instruksi presiden yang belum turun.
Pemberlakuan denda ini akan berlaku selama dua pekan dan bukan hanya menyasar warga Jabar.
"Nah Jabar ini, kunci bisa mengendalikan Covid yang diapresiasi oleh banyak pihak walaupun penduduknya 50 juta tapi keterkendalian Covid-nya lebih baik dan terukur dibanding provinsi besar lainnya. Kuncinya yang saya ingin sampaikan adalah kekompakan , jadi covid ini adalah ujian persatuan," ujar Kang Emil.
Macan Tutul Ditembak di Karawang
Pegunungan Sanggabuana merupakan satu-satunya pegunungan di wilayah Karawang dan pantai utara Jawa Barat. Rupanya, di sana masih terdapat banyak satwa endemik meski sudah langka. Namun sayang, nasib hewan-hewan itu terancam pemburu gelap.
Bernard T Wahyu Wiryanta, seorang fotografer alam liar pernah memergoki seorang pemburu di Gunung Sanggabuana. Diam-diam, Bernard mengikuti pria yang nampak sedang berburu. "Di pundaknya, tergantung senapan panjang. Itu senapan dorlok," kata Bernard kepada detikcom, Senin (27/7/2020).
"Senjata yang ditenteng pemburu itu adalah model senapan yang dipakai tentara jaman perang sama Belanda dulu," Bernard menambahkan.
Senapan dorlok (didor lalu dicolok) adalah bedil yang dibuat secara tradisional. Populer digunakan saat masa penjajahan Belanda. Mekanismenya masih sederhana, dorlok artinya setelah ditembakkan mesti ditusuk untuk mengeluarkan selongsong kemudian diisi peluru lagi.
"Mekanismenya masih manual, memasukkan mesiu, kemudian pelurunya dari timah di cor, ini kalibernya bisa lebih besar dari AK-47 atau SS1," kata Bernard.
Pemburu gelap bersenjata dorlok, kata Bernard sudah makan korban di Sanggabuana. Seekor macan tutul (Panthera Pardus Melas) pernah ditemukan tewas usai ditembak pemburu gelap.
Aksi pemburu itu, kata Bernard dipergoki oleh tentara. "Salah satu tentara memberi kita laporan bahwa bulan Mei 2020 mereka bertemu pemburu yang habis nembak macan tutul, dan ini fotonya sebagai bukti," ungkap Bernard.
Namun hingga saat ini, kasus pembunuhan seekor macan tutul di Sanggabuana tak diketahui ujungnya.
"Usai menembak macan, pemburu itu diomelin tentara. Sayangnya polhut atau otoritas berwenang lain tak terlihat perannya," ujar Bernard.
Saat ini, kata Bernard tim dan warga setempat masih mengecek keberadaan bangkai macan tersebut. "Kalau ketemu infonya baru kita akan lapor ke Gakkum KLHK untuk disita," kata Bernard.
Pada Rabu dua pekan lalu (15/7), Bernard masuk ke Sanggabuana. Selama delapan hari, ia bersama 14 orang pegiat alam melakukan ekspedisi kehidupan liar di Sanggabuana.
Sanggabuana Wildlife Ekspedition itu dilakukan Komunitas Pendaki Gunung (KPG) Regional Depok yang didukung oleh KPG regional Karawang, KPG regional Bekasi, The Wildlife Photographers Community (WPC), dan tim dari Bara Rimba Karawang.
Dalam ekspedisi itu, tim menemukan, mendata dan mendokumentasikan beberapa satwa langka yang terdiri dari primata endemik, burung, karnivora besar, dan beberapa mamalia serta serangga.
"Tim ekspedisi berhasil menemukan owa Jawa, Surili, dan lutung jawa yang merupakan endemik jawa. Juga macan tutul dan macan kumbang serta elang Jawa," ujar Bernard.
Pembunuh Kakek di Bandung Ditembak
Polisi menembak kaki Ecep Saepudin alias Ucok (43) yang nekat membunuh Cece (77). Jasad kakek tersebut ditemukan di musala rumahnya, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ada luka bekas jeratan di leher korban akibat ulah sadis Ecep.
Ecep membunuh Cece pada Minggu (10/7) malam, sekitar pukul 22.00 WIB. Kemudian pada Sabtu (11/7) pagi, sekira pukul 09.00 WIB, Cece terkapar tak bernyawa di musala tersebut. Di tempat kejadian perkara (TKP), polisi menemukan kondisi kaleng, yang digunakan menyimpang uang, dalam kondisi terbuka.
Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan mengatakan pihaknya menangkap Ecep seminggu setelah kejadian pembunuhan tersebut. Ecep telah merencanakan menghabisi Cece. Korban dan pelaku ini saling mengenal.
"Kami sampaikan bahwa Polresta Bandung dibantu Polda Jabar dan Polsek Ciwidey berhasil mengungkap kasus pembunuhan berencana. Kenapa berencana? Ternyata pelaku telah menyiapkan alat-alatnya sendiri," ujar Hendra di Mapolsek Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (27/7/2020).
Alat yang digunakan Ecep berupa tali tambang. Tali tersebut untuk menjerat leher korban.
Polisi menangkap Ecep di kawasan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Ia melawan saat polisi hendak menyergapnya. Lantaran membahayakan keselamatan jiwa petugas dan warga setempat, polisi melumpuhkan Ecep dengan tembakan yang mengenai betis kanannya.
"Macam-macam kaburnya, sempat ke Pangalengan, Rancabuaya. Terakhir kita tangkap di Pangalengan," kata Hendra.
Ecep diganjar pasal berlapis di antaranya Pasal 480, Pasal 338 dan Pasal 340. Akibat perbuatan durjananya menghabisi kakek tersebut, Ecep terancam hukuman penjara seumur hidup.
20 Pasien di Kabupaten Cirebon Positif COVID-19
Kasus pasien positif COVID-19 di Kabupaten Cirebon melonjak. Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 Kabupaten Cirebon mengumumkan adanya penambahan 20 kasus pasien positif.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon Eny Suhaeni mengatakan 20 kasus anyar itu tersebar di empat kecamatan, yakni Plered, Losari, Astanajapura dan Gunungjati.
"Hari Sabtu (25/7) kemarin itu ada penambahan 19 kasus, sebelumnya pada Jumat (24/7) ada penambahan satu kasus. Jadi ada penambahan 20 kasus. Totalnya kasus di Kabupaten Cirebon 62 pasien positif," kata Eny kepada awak media di Universitas Gunung Jati (UGJ) Jalan Terusan Pemuda Cirebon, Jawa Barat, Senin (27/7/2020).
Eny mengatakan lonjakan kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Plered, yakni 16 kasus pasien positif anyar. Sementara itu, di Gunung Jati dan Astanajapura terjadi penambahan satu kasus.
"Untuk di Losari ada tiga kasus, dua di antaranya tenaga medis. Dua tenaga medis yang positif, salah satunya warga Jateng," kata Eny.
"Untuk di Plered, ya di wilayah Trusmi ada 16 kasus. Sembilan orang satu keluarga, lima orang aparat desa, ada asisten rumah tangga dan satu tukang becak. Tukang becak ini sering mangkal di rumah orang yang sebelumnya terkonfirmasi positif," katanya.
Lebih lanjut, Eny mengatakan tim medis sudah mengambil sampel swab terhadap 130 orang yang dari klaster Plered.
"Tetapi kami mengharapkan untuk meminta tambahan PTM dan reagen PCR kepada Provinsi Jawa Barat. Karena di Trusmi (Plered) lingkungannya padat, maka kami akan melakukan swab massal di lingkungan rumah dari 16 orang yang positif. Kurang lebih 500 sampai 1000 orang yang akan di Swab Massal," katanya
"Lonjakan pasien yang terjadi sekarang ini rekor di Cirebon, sangat tinggi," katanya.
Eny mengatakan semua pasien positif COVID-19 anyar itu menjalani isolasi di rumah sakit. Ia mengimbau masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19.