Hari ini Gedung Sate menginjak usia satu abad. Bangunan heritage yang menjadi ciri khas atau ikon Kota Bandung itu mudah dikenali dengan dekorasi berbentuk tusuk sate di bagian atapnya. Gedung yang mulai dibangun sejak tahun 1920 itu, telah beralih fungsi dari kantor pemerintahan kolonial Belanda menjadi kantor Gubernur Jawa Barat. Dikutip dari berbagai sumber, ada enam fakta unik yang melingkupi Gedung Sate, apa saja faktanya ?
1. Peletakan Batu Pertama oleh Dua Anak Gadis
Sebelum dikenal dengan sebutan Gedung Sate, gedung ini disebut dengan Gouverments Bedrijven atau GB. Dari data Museum Gedung Sate, rencana pembangunan GB telah dimulai pada 1907. Pelaksanaan pembangunan dilakukan pada 27 Juli 1920.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim pelaksana pembangunan gedung ini adalah Ir. J Gerber dan Ir Slors, di mana Gerber bertugas pada bangunan utama dan Slors memimpin pembangunan lingkungan Gedung Sate seperti jalan, drainase dan roil serta penyediaan tempat kerja yang mendahului pembangunan gedung. Fakta uniknya peletakan batu dilakukan oleh dua anak gadis dari Roelofsen en Coops sebagai simbol kerjasama antara pusat dan kota.
Proses pembangunan melibatkan 2.000 tenaga kerja yang terdiri dari 150 pemahat atau pengukir batu nisan berkebangsaan China, yang berasal dari Kanton atau Konghu. Dari ribuan orang itu, juga terdiri dari tukang batu dan kuli kasar yang berasal dari warga sekitar kota Bandung saat itu. Pembangunan Gedung Sate memakan biaya 6 juta gulden dengan waktu pelaksanaan 4 tahun.
2. Enam Juta Gulden Maknai Enam Butir 'Sate'
Biaya enam juta gulden itu dilambangkan dengan sejumlah benda bulat yang menyerupai butir 'sate' yang berjumlah enam buah. Banyak spekulasi lain soal bentuk benda bulat yang ditusuk tiang ini, ada yang menyebutnya sate, jambu air hingga melati yang berjumlah enam buah.
Penyebutan Gedung Sate ini muncul sebelum tahun 1936, terbukti dari buku Perhimpoenan Saudara yang terbit tahun 1936.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, tusuk sate itu merupakan hal yang paling ikonik dan mudah diingat oleh warga. "Kenapa sate ya ? karena dulu ada 6 juta gulden biayanya, satu juga disimbolkan sebagai satu sate. Kalau dulu bikinnya bala-bala, jadi gedung bala-ba;a. Karena sate jadi Gedung Sate," ujar Ridwan Kamil di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (24/7).
3. Gunakan Fondasi Seperti Candi
Fondasi yang digunakan Gedung Sate menggunakan batuan andesti seperti yang digunakan candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Temur. Ornamen pilar dan relung-relung bergaya Eropa terdapat di seluruh bagian Gedung.
Pada bagian atap digunakan sirap khas Nusantara yang dipadukan dengan konstruksi berangka baja yang menjadikannya sebagai bangunan besar pertama di Hindia Belanda yang menggunakan teknologi ini. Bangunan utama Gedung Sate menghadap ke arah Gunung Tangkuban Perahu di barat, tujuannya agar mendapatkan pencahayaan alami dari sinar matahari di waktu siang hari.
![]() |
Tonton video 'Dibuka Jadi Wisata, Gedung Sate Diserbu Warga':
4. Digunakan Sebagai Kantor Gubernur Jabar
Gedung Sate sempat menjadi Kantor Pusat Departemen Instansi Pemerintahan ata GB. Pada masa pendudukan Jepang, Gedung Sate dijadikan Pusat Pemerintahan (Sucho) Wilayah Jawa Barat dan kedudukan Komandan Militer Daerah. Setelah Kemerdekaan RI, kembali digunakan oleh Departemen Pekerjaan Umum hingga padatahun 1980, digunakan sebagai kantor Pemerintahan Jawa Barat yang masih berlangsung hingga sekarang.
5. Museum Gedung Sate Dibangun
Pada tahun 2017, Museum Gedung Sate dibangun. Museum ini juga memiliki nilai tambah dalam segi penyajian informasi yang edukatif dan menghibur melalui berbagai media interaktif di dalamnya. Pengunjung juga bisa melihat struktur fondasi Gedung Sate dan berbagai informasi lainnya. Karena pandemi COVID-19, museum ini ditutup sementara.
![]() |
6. Batal Gelar Peringatan Satu Abad karena Pandemi
Tampilan depan dan belakang Gedung Sate telah direnovasi di zaman pemerintahan Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Pagar pembatas antara kompleks bangunan dan jalan umum telah diangkat. Tujuannya, agar menjadikan bangunan tersebut bisa dinikmati oleh semua kalangan.
Gedung Sate pun sempat dibuka untuk umum pada Maret lalu, namun kembali ditutup karena pandemi. "Memang kita tadinya akan lakukan gebyar dengan segala keramaian, tapi kita sesuaikan lah dengan situasi," ujar Ridwan Kamil.
"Kita sudah deklarasi, tahun ini Gedung Sate dibuka untuk umum, tapi keburu COVID. jadi harusnya kalau normal ada tour guide, boleh masuk ke dalam. Sekarang kan enggak boleh (karena pandemi). Paling malam dilampuin lagi, Gasibu juga bagian Gedung Sate lagi dibangun tuh. Pilar-pilar, itu dalam rangka 100 tahun. Nanti 1 pilar 1 kabupaten/kota," katanya.