Warga Blok Jongor Cirebon berencana beraudiensi dengan pihak BBWS, selaku pemilik lahan. Ketua RT 4 Blok Jongor Wihaenu mengaku telah menyiapkan sejumlah rencana untuk menyulap tempat bekas pelacuran legendaris itu.
"Iya sudah ada rencana. Kita inginnya dijadikan fasilitas umum (fasum), seperti tempat pemancingan dan taman. Intinya harus dimanfaatkan, jangan dibiarkan begitu," kata Wihaenu.
Wihaenu menegaskan, pemanfaatan lahan itu upaya untuk mencegah agar tidak ada lagi praktik prostitusi di Blok Jongor. "Kita sudah mendapat dukungan dari pihak desa," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi saat ini, belasan warem di Blok Jongor itu telah rata dengan tanah. Sebagian pemilik warung telah meninggalkan lokasi tersebut. Reruntuhan bangunan masih berserakan.
Sebelumnya, Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengaku tak akan menoleransi aktivitas prostitusi di Blok Jongor. Selain bangunan yang digunakan liar, Imron mengatakan bisnis prostitusi merupakan salah satu yang membahayakan masyarakat dan dibenci agama.
"Total ada 14 bangunan liar yang dijadikan tempat prostitusi. Yang tidak sesuai aturan tentu kami bongkar," kata Imron saat meninjau pembongkaran tempat prostitusi.
"Sudah 24 tahun (tempat prostitusi) ada. Maka, kami bersama masyarakat menertibkan tempat ini. Ke depannya akan terus monitor," kata politikus PDI Perjuangan itu menambahkan.
Tonton juga 'Akhir Kisah Blok Jongor Tempat Prostitusi Legendaris di Cirebon':
Sejak lama warga sekitar tempat prostitusi Blok Jongor tersebut menolak. Bahkan, lanjut Imron, aparat setempat rutin merazia. Namun, aktivitas haram itu tetap dilakukan. "Kita juga akan koordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) untuk penanganan selanjutnya. Jangan sampai ada lagi," ucap Imron.
Setiap warem memiliki empat sampai enam kamar. Sekat kamar ini dibuat sederhana. Tak ada kasur, hanya tikar.