Blok Jongor, tempat prostitusi legendaris di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, habis riwayatnya. Belasan warung remang (warem) di kawasan esek-esek prostitusi itu dihancurkan petugas gabungan.
Tak ada perlawanan dari pemilik warem. Mereka pasrah melihat alat berat merobohkan warungnya. Prostitusi legendaris itu kini rata dengan tanah.
Masyarakat sekitar lokalisasi Blok Jongor sejatinya sejak dulu menolak adanya bisnis haram itu. Namun, pemilik warung dan pekerja seks komersial (PSK) tetap kekeh. Mereka seakan tutup mata dan telinga atas gelombang protes yang dilakukan warga RW 08 Blok Jongor Kalijaga Desa Mundu Pesisir, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkamuflase Sebagai Warung Kopi
24 tahun lamanya prostitusi yang berada di pinggir Sungai Kalijaga itu eksis. Warem terus menjamur. Puncaknya terjadi dua pekan lalu. Gelombang protes masyarakat berhasil merayu pemerintah untuk membongkar warem. Kemarin, petugas gabungan telah menghancurkan seluruh warem di Blok Jongor.
Warem di Blok Jongor berkamuflase sebagai warung kopi biasa. Warungnya semi permanen. Warem menyediakan sejumlah kamar bagi tamu yang ingin kencan dengan PSK.
Saat pembongkaran warem, sejumlah pedagang mengelak. Salah satunya yaitu Rohani. Pemilik warung asal Kota Cirebon, Jabar, ini menangis saat melihat alat berat merobohkan warungnya.
"Saya di sini jualan kopi. Bukan jualan 'jablay' (PSK). Saya sudah bertahun-tahun di sini," teriak Rohani sembari menangis.
Namun, tangisan Rohani tatap tak menggoyahkan semangat petugas gabungan dari Satpol PP, polisi dan TNI untuk menghancurkan tempat prostitusi legendaris itu. Relawan pun turun tangan. Relawan merupakan masyarakat sekitar yang menolak keberadaan bisnis haram itu.
Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengaku tak akan menoleransi aktivitas prostitusi di Blok Jongor. Selain bangunan yang digunakan liar, Imron mengatakan bisnis prostitusi merupakan salah satu yang membahayakan masyarakat dan dibenci agama.
"Total ada 14 bangunan liar yang dijadikan tempat prostitusi. Yang tidak sesuai aturan tentu kami bongkar," kata Imron saat meninjau pembongkaran tempat prostitusi.
"Sudah 24 tahun (tempat prostitusi) ada. Maka, kami bersama masyarakat menertibkan tempat ini. Ke depannya akan terus monitor," kata politikus PDI Perjuangan itu menambahkan.
Sejak lama warga sekitar tempat prostitusi tersebut menolak. Bahkan, lanjut Imron, aparat setempat rutin merazia. Namun, aktivitas haram itu tetap dilakukan. "Kita juga akan koordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) untuk penanganan selanjutnya. Jangan sampai ada lagi," ucapnya.
Setiap warem memiliki empat sampai enam kamar. Sekat kamar ini dibuat sederhana. Tak ada kasur, hanya tikar.
Tonton juga video 'Akhir Kisah Blok Jongor Tempat Prostitusi Legendaris di Cirebon':
Tarif PSK Rp 250 Ribu dan Kisah Kondom Berserakan
Sebelum membongkar tempat prostitusi Blok Jongor, aparat dan pemerintah setempat melakukan inspeksi mendadak (sidak) di ke lokasi. Dari hasil sidak itu, mayoritas pemilik warung merupakan pendatang.
Menurut Camat Mundu Anwar Sadat, PSK di Blok Jongor ditarif sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 250 ribu untuk sekali kencan. "Ya dari hasil inspeksi mendadak (sidak), kita mendapatkan informasi bahwa kupu-kupu malam ini dibayar sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 250 ribu, itu sudah termasuk sewa kamar," kata Anwar.
Namun, Anwar mengaku belum mengetahui secara persis jumlah PSK yang terlibat di Blok Jongor. "Kalau untuk pemilik warung memang mayoritas adalah pendatang, ada yang dari Bekasi, Brebes dan bukan warga sininya," kata Anwar.
Pemilik warung tak bisa mengelak saat disidak petugas. Anwar mengaku menemukan sejumlah barang bukti berupa bungkus obat kuat dan alat kontrasepsi yang berserakan di warem.
"Bukti-bukti kita temukan saat sidak, ada obat kuat, alat kontrasepsi. Ada juga minuman keras," kata Anwar.
Aparat setempat telah mengendus adanya oknum yang mendukung menjamurnya warem di Blok Jongor. Hal itu dibuktikan dengan adanya kuitansi pembayaran penyewaan bangunan atau warung per bulannya. Setiap pemilik warung dimintai sewa sekitar Rp 700 ribu per bulannya.
"Kita akan melacak oknum ini. Ya sewanya dari Rp 500 sampai Rp 700 ribu. Barang bukti sudah kita serahkan ke kepolisian. Ini sudah ranahnya polisi," kata Anwar.
Tetap Layani Pria Hidung Belang Saat Siang Bolong
Aparat setempat sering merazia tempat aktivitas di Blok Jongor. Tetap saja, PSK dan pemilik warung tak kapok. Mereka tetap layani pria hidung belang.
Aktivitas prostitusi di Blok Jongor ternyata tak hanya malam hari. Siang hari pun mereka tetap melayaninya tamu. "Pernah kita juga memergoki adanya aktivitas prostitusi pada siang hari. Kita sering merazia, dari dulu. Dari camat yang lalu-lalu, hingga sekarang," kata Kapolsek Mundu Polres Cirebon Kota AKP Ade Subandi kepada awak media seusai pembongkaran.
Aparat dan pemerintah setempat langsung meminta pemilik warung, serta PSK yang terlibat agar tak lagi layani tamu setelah kejadian tersebut. Namun, surat pernyataan itu tetap tak digubris.
"Selalu begitu. Alasannya buat makan. Kemarin sudah diputuskan. Hari ini tidak ada tawar-menawar lagi. Bupati mendukung untuk lakukan penertiban," ucap Ade.