Beragam cara bagi orang yang berniat untuk berbuat kebajikan, meninggalkan kemaksiatan serta lembah dosa. Salah satunya dilakukan oleh Budiman, seorang anggota polisi berpangkat Ajun Inspekstur Satu (Aiptu) yang bertugas di Polsek Bungursari, Polres Purwakarta.
Diakui Budiman kehidupannya kali ini dirasakan sebagai titik balik dari kehidupannya di masa lalu, kehidupan untuk dekat dan menjalankan perintah agama ia rasakan mulai dari tahun 2010 lalu, setelah ia keluar dari Satuan Bulik (Bunuh Culik) Reserse Polda Jabar dan Densus 88.
Padahal sebelumnya ia mengaku sangat jauh dari kehidupan islami terlebih ia kerap terjebak dalam kehidupan dunia malam, tempramen dan ia pun terkenal sadis kepada para penjahat yang diburunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan berbicara masa lalu, yang jelas sekarang itu berbicara masa depan, biarlah masa lalu jadi pelajaran bagi saya dan sekarang itu pikirkan masa depan, bagaimana kita hidup yang sebentar lagi bisa di terima ibadah kita oleh Allah SWT," ujar polisi yang bertaubat, Aiptu Budiman, Selasa (30/06/2020).
Budiman menjelaskan awal mula mendirikan pondok pesantren yang ia pimpin, berawal dari dipindahtugakannya dari Polda Jabar ke Polres Purwakarta, ia mulai menapaki kehidupan baru. Ia membangun rumah dan tinggal di tengah lahan kosong yang masih rimbun dengan pepohonan.
Terdapat lima orang warga sekitar mendatangi rumah dan mencoba mencari tahu identitas budiman yang pada saat itu berpenampilan seperti preman. Setelah mengaku sebagai anggota polisi, warga meminta agar budiman berubah penampilan dan melaksanakan ibadah shalat.
"Awalnya ada lima orang warga meminta saya shalat, karena dulu saya belum melaksanakannya saya menolak. Setelah di bujuk kemudian saya melaksanakan shalat. Kemudian saya bertaubat dan termotivasi untuk mendirikan tempat pengajian," ucapnya.
Ia berserta istrinya berniat untuk mendirikan tempat pengajian khusus anak-anak, namun dalam perjalanannya terdapat rintangan yang harus di hadapi, mulai dari dituduh mengajarkan agama sesat hingga tempatnya dirusak massa. Faktor biaya dan tidak adanya santri yang berminat belajar di tempat ini menjadi kendala.
"Dulu sepakat dengan istri untuk membuat pengajian untuk anak yatim-piatu dan dhuafa secara gratis, namun istri bingung terkendala biaya. Saya menggunakan gaji selain gaji pokok waktu itu ada dari Densus 88, saya gunakan untuk operasional pesantren ini. Dulu tidak ada santri maka saya santri pertama yang belajar di pesantren ini", pengakuannya.
Kini Yayasan Pendidikan islam dan Pondok Pesantren Madinah Darul Barokah Lodaya Purwakarta, memiliki santri sebanyak 250 orang. Di lokasi ini pun kini terdapat pendidikan formal Madrasah dan Aliyah.
Sementara menurut salah satu santri Muhammad Raihan (12) asal Karawang mengaku betah menimba ilmu di pondok pesantren ini. Ia seorang anak yatim piatu yang di tinggalkan orang tuanya pada usia 9 tahun.
"Sudah 3 tahun di sini, Alhamdulillah gratis, saya di sini belajar mengaji berbagai kitab dan merasa nyaman", ujar Raihan.
Terpisah, Kapolsek Bungursari Kompol Agus Wahyudin membenarkan jika Aiptu Budiman Bertugas di Mapolsek Bungursari. Menurutnya abah sapaan hangat Budiman dapat bekerja professional sebagai anggota polri dan pimpinan pondok pesantren.
"Betul ia bertugas di sini sebagai Panit Binmas Polsek Bungursari. Kami bangga memilki anggota sepeti beliau yang mampu mendirikan pesantren secara gratis". Kata Agus.