Setiaji menambahkan, Pikobar berkolaborasi dengan 16 pihak/start up/komunitas dalam pengembangannya. Selain itu, hingga kini terdapat 38 aplikasi/fitur dalam aplikasi Pikobar.
"(Aplikasi) Pikobar sekarang user friendly untuk tunanetra, jadi teman-teman netra sekarang bisa menggunakan Pikobar. Tombol yang tadinya dibaca, untuk tunanetra bisa dikeluarkan suara," ujar Setiaji.
"Aplikasi ini open source, jadi pemerintah kabupaten/kota bisa menggunakan aplikasi ini secara gratis dan dimanfaatkan juga. Ada (aplikasi) kabupaten/kota yang mirip seperti Pikobar, dari situ diharapkan muncul kolaborasi dan pengembangan fitur agar lebih baik," tutur Setiaji melanjutkan
Product Manager Pikobar Adityo Trimurdani, aplikasi Pikobar di bawah naungan unit kerja Jabar Digital Service (JDS) di Diskominfo Jabar merupakan upaya penanggulangan COVID-19 melalui solusi teknologi.
Terkait potensi serangan atau hack, Pikobar juga bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) selain juga memiliki tim sendiri untuk mengantisipasi serangan terhadap sistem.
Adapun fitur unggulan yang banyak digunakan warga antara lain fitur data informasi kasus di Jabar, nasional, dan dunia, cek sebaran kasus, dan periksa mandiri. Untuk situsweb, hingga kini total kunjungan mencapai 4,7 juta.
Untuk fitur teranyar bagi Teman Netra, Adityo menjelaskan, pihaknya memanfaatkan fitur bawaan Android dan iOS.
"Jadi di Android ada Talkback di iOS ada VoiceOver. Ketika kedua fitur itu di masing-masing device (gawai) pengguna diaktifkan, maka nanti aplikasi Pikobar tombol-tombolnya dikonversi menjadi audio. Jadi misal klik Data Jabar, yang muncul audionya," ujar Adityo.
Selain itu, dalam Pikobar juga sudah terhimpun 2.600 berita hoaks yang beredar dan melakukan klarifikasi data sehingga warga bisa tahu mana yang hoaks dan bukan hoaks. Hingga kini, aplikasi Pikobar sudah diunduh 750 ribu pengguna dan menangani 120 ribu pengaduan lewat hotline Pikobar. Di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) sejauh ini (hoaks) juga masih berkaitan COVID-19.
(yum/ern)